19

167 35 1
                                    

Lavella mendengus. Mendorong Tyrone hingga pelukan mereka terlerai. Dia bersedekap lagi dengan kesal, begitu mudah Tyrone mengakui kesalahan dan itu membuat dia malah semakin merasa bersalah. Karena bertindak tanpa mendengarkan penjelasan.

"Sapu tangan itu milik ibumu."

Lavella yang sedang memegang sapu tangan segera memandang sapu tangan itu. Dia terkejut. "Apa? Mana mungkin!"

"Tidakkah menurutmu aneh kau bisa membuat racun? Mengingat kau bisa membuatnya dengan sangat mudah dan menerapkannya pada kita berdua. Apa kau tidak curiga kalau kau memiliki dasarh Mudville di diriumu?"

Lavella menggeleng. "Ayah mengatakan kalau aku hanya berbakat. Aku pernah mencurigainya dan bercanda pada ayah soal itu, tapi dia mengatakan tidak boleh bercanda soal hal seperti itu. Jika ada yang mendengar akan membuat aku dan Capeland berada dalam bahaya. Makanya aku tidak pernah mengingatnya lagi dan aku percaya pada ayah, mungkin aku hanya berbakat saja."

"Armagedon sungguh hebat dalam menipu putrinya sendiri."

"Apa yang kau katakan? Ayah benar-benar berbohong padaku?"

Tyrone mengangguk santai. "Ibumu berasal dari Mudville. Dan sapu tangan itu adalah miliknya. Ayahmu sepertinya menyembunyikannya di sana agar tidak ada orang yang menemukannya. Kurasa ada kisah sentimentil dibaliknya. Itu membuat dia tidak menghancurkannya. Dan lebih memili h menyimpannya di tempat di mana dia menyimpan abu istrinya."

Lavella menggenggam kain itu dengan kuat. "Bagaimana kau tahu ibuku adalah orang Mudville? Apa itu hanya tebakan? Karena ayahku tidak mungkin memberitahumu."

"Dia mengatakannya. Setelah dia terkena fitnah soal peta kerajaan yang dicuri. Dia memberitahuku kebenaran soal kelahiranmu. Meminta aku segera menjatuhkan hukuman pada seluruh Capeland dan menyelamatkanmu. Karena menteri Stefanus sudah curiga dan hendak membongkar soal ibu kandungmu. Jadi ayahmu segera ingin diesksekusi bersama seluruh Capeland karena ingin melindungimu. Toh kalau menteri Stefanus benar-benar menemukan ayahmu yang berhubungan dengan orang Mudville maka itu sama saja kematia bagi semuanya. Jadi dia ingin segera diberikan hukuman untuk bisa menyelamatkanmu saja."

"Ayah benar-benar memintanya?"

"Dia meminta, memohon bahkan tapi aku tidak setuju dan menolaknya. Mengatakan padanya kalau dia harus memberitahumu. Tapi dia kemudian menyerahkan surat di malam harinya kalau akan ada orang yang membantai keluarganya atas perintahnya. Dia berharap aku mengatakan kalau itu dilakukan atas kesalahannya karena menyembunyikan peta kerajaan. Dia tahu kalau aku tidak akan tega membuat kau tahu kalau dia sendiri yang bunuh diri dan membunuh seluruh orangnya."

Lavella jatuh beku mendengarnya. Dia menatap Tyrone dengan tidak percaya. "Ayahku melakukannya. Ayahku sungguh melakukannya." Lavella menggeleng. Dia tidak ingin percaya tapi segalanya mulai terasa masuk akal. Karena bahkan Stefanus yang membenci ayahnya malah menginginkan penyelidikan lebih lanjut.

Seharusnya jika ada yang akan mengakhiri ayahnya, Stefanus adalah orang pertama yang akan setuju. Stefanus tidak menyembunyikan kebencian pada ayah Lavella.

"Aku minta maaf, Ty. Aku meragukanmu dan membencimu. Aku harusnya tahu, aku harusnya dapat melihat bahwa kau sama sekali bukan orang seperti yang aku dugakan. Aku bersalah padamu, Ty. Aku sungguh bersalah."

"Tidak masalah. Sudah kukatakan, aku tidak pernah menyalahkanmu. Aku malah menyalahkan diriku sendiri. Bagaimana pun aku yang tidak memberitahumu, membuatmu mendengar dari orang lain dan bahkan pada akhirnya mempercayai hal yang tidak semestinya kau percayai. Anda aku mengatakan sejak awal, segalanya tidak akan menjadi permusuhan yang dalam bagimu. Semua salahku."

Lavella tidak heran kenapa Tyrone sangat membenci Henson. Andai Lavella menjadi Tyrone, dia juga akan membenci Henson. Tapi Lavella juga mengerti, Henson tidak tahu apa pun. Dia mengatakan apa yang dia dengar dan coba membuat Lavella menyadari kesalahannya saat itu.

Hanya saja Lavella tidak akan mengatakan itu di hadapan Tyrone. Dia tidak akan melakukan pembelaan pada Henson, mulai sekarang dia akan menjaga perasaan Tyrone sebaik mungkin.

"Lalu soal peta itu, seperti apa sebenarnya ceritanya, Ty?" Lavella sudah berdiri tegak, mengusap airmatanya dan memandang Tyrone dengan tegas. Karena ini bukan saatnya untuk menangis. Mereka harus melakukan sesuatu soal peta itu. Ayahnya memiliki peta itu, pastinya. Itu yang mungkin membuat Tyrone berada di sini.

"Petanya sudah ada di tanganku. Dulu ayahnya menjadi jenderal yang menyerang Mudville dan dia membutuhkan tempat kembali melalui banyak celah bebatuan di bukit. Jadi ayahmu membutuhkan peta kerajaan. Itu makanya petanya ada padanya. Dia tidak mengembalikannya karena mereka berdua melupakannya. Ayahku dan ayahmu."

"Apa yang kau katakan pada ayah saat mengambilnya?"

"Aku memintanya karena ayahku mengatakannya. Aku sengaja membuat ayahku mengatakannya. Petanya ada di tanganku sekarang jadi seharusnya Stefanus tidak akan berhasil menjebak ayahmu dengan peta itu."

"Stefanus pelakunya?"

"Ya. Dia selalu dihalangi oleh ayahmu dalam melakukan banyak hal. Termasuk penggelapan pajak dan membayar pada budak. Jika ayahmu disingkirkan maka mulus jalannya untuk menguasai uang rakyat. Aku sudah membicarakannya dengan ayahmu dan dia setuju, kami akan melakukan penjebakan pada Stefanus. Karena tidak mungkin langsung menuduhnya saat kaisar sendiri begitu mempertahankanya."

"Aku mengerti kau harus melakukannya, tapi apakah itu benar-benar harus. Bagaimana pun juga Stefanus adalah pamanmu. Dan dia sangat menyayangimu."

"Menyayangiku, aku berterima kasih. Tapi soal apa yang dia lakukan pada rakyat, aku tidak dapat menolerir. Jika ketahuan sekarang, ayah masih bisa menyelamatkannya dengan mengasingkannya ke tempat yang jauh."

"Terjadi sesuatu di masalalu?" tebak Lavella, melihat dari wajah Tyrone, jelas sesuatu yang mengerikan terjadi.

"Dia dikuliti oleh rakyat."

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Rebirt The Queen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang