7

269 49 1
                                    

"Aku tidak akan bisa hidup dan bernapas kalau dia hidup. Aku tidak bisa tenang selama dia masih sehat. Dan aku merasa begitu sesak saat menatapnya. Aku bersalah pada ayahku, Hen. Aku yang membuat dia bertemu dengan Tyrone. Aku yang membuat mereka dekat dan akhirnya ayahku dikhianati olehnya. Mana mungkin aku akan bisa tenang kalau dia masih bisa hidup dengan damai, sementara ayahku dan orang-orangku jadi mayat di tangannya?" Lavella terisak. Tangisnya redam oleh mulutnya yang menggigit tangannya. Tapi duka dalam isak tangis itu tidak mampu ditangani oleh siapa pun. Gadis itu menderita. Dia sangat terluka. Dia kehilangan dan dikhianati. Itu membuat dia semakin menderita dan Lavella membutuhkan seseorang sebagai tempatnya membalas dendam. Jika dibiarkan, gadis itu akan mengakhiri hidupnya sendiri.

Mata sewarna mutiara yang begitu indah itu telah kehilangan dayanya. Cahayanya sudah lenyap dan hanya menyisakan kekosongan yang menyesakkan. Bahkan Henson takut kalau dia pada akhirnya menjadi orang yang akan mencegah Lavella maka gadis itu akan merasa kehilangan dukungan semua orang. Itu membuat Henson menyentuh tangan Lavella yang tidak memegang obornya, menekan tangan itu. "Aku akan membantumu ..."

"Tidak," Lavella memberikan gelengan penolakan. "Membawamu ke tempat ini saja sudah cukup membuat aku merasa bersalah padamu. Apalagi sampai membawamu ke dalam rencanaku. Jika kau sampai terluka karena aku, aku tidak akan dapat memaafkan diriku. Paman pasti tidak akan mau kau celaka karena aku."

"Kau salah, ayah yang membuat aku berada di sini. Dia mengatakan dengan jelas, aku harus melakukan apa pun demi membantumu. Dia tidak dapat membantu temannya jadi dia menderita, Lavella. Tidak hanya kau yang mederita, semua yang tahu kebaikan ayahmu juga sama menderitanya."

Lavella lebih terisak mendengarnya, tahu dia tidak sendiri membuat dia lebih baik. Tadinya dia merasa begitu sepi dan sunyi.

"Ayahmu adalah panutan banyak orang, semua orang menyayanginya. Bahkan ayahku sudah bergabung dengan beberapa orang untuk melakukan pemberontakan. Tadinya aku tidak mau memberitahumu tapi aku melihat sendiri ayah tanda tangan surat persetujuan beberapa tempat yang bisa dijadikan tempat berkumpul. Ayah sudah siap menyerahkan nyawa demi membalas dendam. Dendam ini tidak hanya kau yang memilikinya. Semua orang juga memilikinya."

"Terima kasih. Katakan pada mereka, aku sungguh berterima kasih pada mereka. Sungguh."

"Maukah kau menunggu dan bergabung dengan ayahku, Lavella? Bukankah itu lebih baik? Mari hancurkan Tyrone bersama-sama. Buat dia menderita dan menyesali apa yang sudah dia lakukan pada ayahmu. Aku siap berdiri di sisimu," Henson coba meyakinkan.

Lavella tidak mau membuat mereka lemah dengan mengatakan kebenarannya. Karena sebanyak apa pun mereka melakukan pemberontakan, Tyrone bukan ayahnya yang tidak memiliki kelebihan apa pun dalam memimpin. Pria itu terlalu hebat untuk dipukul mundur. Semua orang jelas tahu dan setuju sehebat apa Tyrone. Apalagi pria itu memiliki prajurit bayangan yang dilatih secara rahasia dan diperintahkan di bawah komandonya. Para prajurit itu akan bertindak saat Tyrone berada dalam bahaya.

Tanpa ada gerakan dan tanpa ada suara, mereka membunuh seperti lesatan angin. Dan bergerak seperti lesatan cahaya. Sebelum Tyrone bahkan bisa mereka lukai, aroma pemberontakan jelas akan lebih dulu diketahui. Tyrone terlalu pintar untuk mereka lawan. Satu-satunya yang dapat diandalkan saat ini hanya dirinya sendiri. Lavella tahu kelemahan pria itu dan hanya dia yang bisa cukup dekat dengan pria itu. Bukan orang lain. Kalau bukan Lavella, mereka akan berakhir menjadi mayat.

"Henson, aku minta maaf."

"Jangan mengatakan demikian, aku hanya mau melindungimu."

"Bukan untuk apa yang sudah aku lakukan melainkan untuk apa yang akan kulakukan."

Wajah Henson menatap tidak yakin. "Apa yang kau katakan?Aku—"

Lavella meniup bubuk ke arah wajah Tyrone. Membawa pria itu pingsan tanpa bisa melanjutkan kalimatnya. Bubuk itu ditemukan Lavella di dekat pintu masuk dan dia mengambilnya tadi untuk berjaga-jaga. Siapa sangka dia benar-benar membutuhkannya. Karena Lavella harus melaksanakan niatnya. Kalau sampai beberapa teman ayahnya memutuskan melakukan pemberontakan, maka itu artinya mereka dalam bahaya. Lavella harus membunuh Tyrone demi melindungi mereka juga. Hubungannya dengan Tyrone benar-benar harus diakhiri.

Setelah menarik Henson keluar dari lorong itu dengan agak kewalahan, Lavella masuk lebih dalam ke lorong. Membawa langkahnya setengah berlari dan menemukan meja persegi panjang di mana begitu banyak botol yang ada di sana. Dia meraih satu botol dengan warna hijau dan segera menarik lepas besi yang panjang kecil sebesar lidi yang selalu menjadi penahan rambutnya tetap utuh tergelung. Mencelupkan besi itu di cairan berwarna hijau kental itu dan menunggu sampai dua puluh detik. Dia mengeluarkan besi itu kemudian dan meniupnya beberapa kali, untuk membuatnya kering.

Lavella berjalan keluar dari bangunan bobrok itu dan menutup pintunya. Dia menatap Henson sekali lagi dan hanya memberikan tepukan di kepala Henson. "Aku akan melindungi kalian semua," bisik gadis itu pada pria yang tampak lelap.

Setelahnya Lavella menaiki kuda. Besi itu sudah kering, dia menggelung rambutnya dan memakai besi itu untuk menahannya. Dia kemudian berkuda dengan kencang sampai ke pinggiran hutan. Di pinggir hutan dia turun dari kuda, menepuk pantat kuda dan mengatakan pada kuda itu untuk kembali ke pemiliknya. Kuda itu pintar, dia tahu ke mana harus mencari.

Lavella kemudian melangkah di bawah nauangan malam yang begitu gelap. Mengambil jalan setapak dan bergerak dengan menyelinap di antara kegelapan dekat rumah-rumah penduduk. Gadis itu beberapa kali memekik karena kerikil kecil yang mengganggu langkahnya. Sepertinya Henson juga tidak sadar kalau Lavella pergi dengannya tanpa mengenakan sendal sama sekali.

Saat sudah akan menyebrangi jalan besar untuk sampai ke sudut desa, seseorang meraih pinggangnya yang membuatnya berteriak dan tubuh itu diputar hanya untuk sampai ke gendongan seseorang. Pandangannya bertemu dengan mata abu paling gelap yang memberikan tatapan tidak senang. Wajah itu tegas dan begitu mendominasi. Biasanya pria itu memang akan bersikap dingin, tapi sekarang dia seperti sanggup membekukan satu desa dengan sikapnya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep

Rebirt The Queen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang