0.1. Masuk dunia komik

4.8K 406 8
                                    

"Dia pingsan? Aduh gimana ini."

"Hey! Berikan pertolongan pertama untuknya! Berikan inheler padanya!"

"Rei, bangun cok."

"Dia kagak bangun-bangun anjir!"

"Kak Rei."

"Hiks, kak. Maafin Malla."

Suara riuh mengisi tengah lapangan basket saat sosok pemuda terkena lemparan bola basket tiba-tiba pingsan. Teman-teman kelasnya begitu heboh dan mulai mengelilingi pemuda itu. Satu pemuda lain memangku kepala pemuda pingsan itu, menepuk bahkan berteriak memanggilnya. Tapi tak ada respon sedikitpun dari pemuda itu.

"Kak Nicki, apa perlu kita bawa ke rumah sakit? Daritadi kak Rei kagak bangun-bangun." Seorang gadis bersurai hitam gelombang mendekati pemuda itu. Ia menatap cemas pada sosok pemuda yang terbaring tak sadarkan diri.

"Evan! Siapin mobil sekarang!" Nicki berteriak pada pemuda yang berdiri tak jauh darinya.

"I-iya!" Evan segera pergi dari sana untuk menyiapkan mobil. Ia juga mencemaskan temannya itu yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Padahal awal jam pelajaran olahraga, Reiga begitu aktif sampai jungkir balik.

Saat Nicki ingin menggendong tubuh adiknya, tiba-tiba mata Reiga terbuka perlahan. Nicki mengurungkan niatnya untuk membawa adiknya ke mobil. "Rei, mana yang sakit?" tanyanya cemas.

"Ugh, dimana gue?" Perlahan mata kucing itu terbuka total, ia melihat beberapa orang yang mengelilingi dirinya. Termasuk Nicki yang masih memangku tubuhnya.

"Aaaaa!! Menjauh!!" Rei memberontak hingga gendongan dari Nicki terlepas. Pantat Rei tercium mulus ke tanah lapangan. "Aduh, sakit," gumamnya dan mengusap-usap pantatnya.

"Rei! Lo gak papa?!" Mereka semua cemas saat Reiga sudah sadar dari pingsannya. Sosok gadis berambut hitam lurus mendekati Reiga dengan wajah penuh cemas.

"Kak Rei, kakak gak papa? Mana yang sakit? Sini biar Malla bawa ke uks." Saat tangan gadis itu ingin menyentuh tangan Reiga, tiba-tiba ia mendapat tepisan kasar serta tatapan tajam dari Reiga. Hal itu membuat gadis bernama Malla itu terkejut, bersama orang-orang disana.

"Jangan sentuh gue!" gertak Rei. "Shh, sebenarnya gue dimana sih?" Ia melihat sekitar dirinya. Sebuah sekolah besar serta halaman luas lainnya. Tapi kenapa dirinya ada disini? Bukankah dia terjatuh tak estetis hanya gara-gara sabun? Terus kepalanya terbentur kuat pada sisi bak mandi. Membayangkan itu semua membuat bulu kuduk pemuda itu meremang merinding.

"Rei, apa kepala lo masih sakit?" Nicki tak percaya apa yang ia lihat tadi. Tidak biasanya Reiga menolak sentuhan Malla yang merupakan adek tersayangnya, tapi tadi— dia dengan kasar menepis tangan Malla serta memberikan pandangan tajam. Apa ini karena lemparan bola basket yang Malla tak disengaja? Tapi tidak mungkin sampai segininya deh.

"Ini semua gara-gara lo! Apa mata lo buta hah?! Padahal kak Rei ada di depan mata lo. Kenapa bisa lo lempar ke kak Reiga hah?!" Gadis bersurai hitam gelombang mulai menyentak Malla. Ia begitu murka mengingat kejadian tadi.

"Lani, ini bukan salah Malla. Dia tak sengaja!" Nicki membela Malla. Ia yakin Malla tak sengaja melakukan itu.

Lani berdecih sinis. "Terus aja lu belain anak pungut macam dia! Otak lo dah di kotorin sama dia!" berang Lani.

"LANI—"

"Shh... Bisa diam kagak sih?! Banyak bacot amat!" Reiga bangun, dia menepuk-nepuk pantatnya untuk membersihkan kotoran debu tanah dari celananya. Dia menatap malas orang-orang yang baru saja membuat keributan.

Reiga meneliti wajah mereka, ia merasa tak asing oleh dua gadis serta satu pemuda itu. Tak lama matanya membulat sempurna setelah menyadari apa yang terjadi padanya. Sungguh gila pikirannya saat ini setelah tau dimana dirinya saat ini— dia transmigrasi kesebuah komik yang baru saja dirinya baca.

𝑩𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒂 𝒄𝒐𝒎𝒊𝒄 𝒇𝒊𝒈𝒖𝒓𝒆 𝒄𝒉𝒂𝒓𝒂𝒄𝒕𝒆𝒓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang