Bukankah jiwa Agam dikenal orang termalas, orang masa bodo, orang ogahan dengan hidup tapi takut mati. Itulah yang dilakukan pria berumur 25 tahun dalam raga anak sekolah menengah akhir. Dia bahkan tak peduli sekitar yang membisikkan dirinya akan tingkah berubah- maksudnya, Reiga dulu dikenal badboy si onar yang tak pernah absen masuk ruang bimbingan konseling kesiswaan, tapi sekarang anak itu berubah kalemnya sujud syukur.
Ya, tapi jiwa ogahan hidupnya masih melekat pada dirinya. Seperti, satu sekolah mengadakan bersih-bersih di hari jumat. Tentu para murid bergegas melaksanakan rutinitas yang diadakan sekolah itu, ada beberapa murid yang menjalankan dengan hati tabah, ada yang gerutu tak jelas, ada yang lesehan. Tapi, ada yang ogahan macam Reiga.
"Rei, itu bagian atasnya." Putri yang merupakan ketua kelas hanya bisa menghela nafas melihat kerja bakti Reiga.
Reiga melihat atas jendela. "Udah bersih kok," katanya dengan malas.
Putri mendengus. "Lan, kakak lo nih. Susah banget diomongin." Putri menyerah, ia lebih baik mencari sumber secara langsung.
Lani ikut mendengus, tingkah kakaknya ini benar-benar orang pemalas kebangetan. "Kak, naik kursi. Noh bagian atas belum bersih." Lani sedang membereskan kursi di naikan ke meja.
"Nanti jatoh," jawab Reiga. Ia lebih baik mengelap kaca yang tetap itu-itu saja.
"Dahlah, gue mau urus yang lain." Lani kembali mengangkat kursi dengan satu tangan. "Woyyy!! Ini pada lakik kemana?! Bukannya bantuin apa?! Kalau ada yang nginjaki kantin tanpa beres-beres! Gue patahin kaki lo pada!" Para murid laki-laki dikelasnya mulai terbirit-birit kembali ke kelas saat akan kabur buat ke kantin. Ancaman Lani tak pernah bohong.
"Aduhh..." Tiba-tiba suasana kelas hening saat Malla terjatuh karena lantai basah. "Hiks, Lani. Kamu kalau ngepel yang bener dong."
Lani mengerutkan alisnya bingung, ia melihat kedua tangannya yang tak memegang gagang empelan. Ya walau jarak lantai basah tak jauh darinya, tapi kan. "By the way, gue gak megang empelan. Noh si Jingga yang megang," tunjuk Lani pada teman kelasnya. Jingga merupakan siswi bar-bar yang ditakuti siswa kelas lainnya.
"Apa?! Lo yang jalan kagak liat-liat! Lagian napa sih muter-muter kagak jelas! Udah tau lagi di empel." Nahkan, sama dengan Lani kalau kerjaan miliknya di ganggu.
Malla menunduk malu, bahkan murid kelasnya mulai membisikkan dirinya yang bertingkah penuh caper. Malla hanya ingin dilirik kembali oleh Reiga, ia merasa apa yang seharusnya jadi milik dia direbut oleh Lani.
"Emang pickme dia, tingkahnya mau dipandang kasihan oleh semua orang."
"Gue sih malu, bersikap sok tersakiti. Padahal dirinya sendiri yang nyari perkara."
"Aduh, kok ada ya dikelas kita orang begituan. Geli diliatnya."
"Cih, caper dia."
Reiga melihat sebentar drama yang terjadi itu. Ia kembali fokus mengelap kaca hingga berubah menjadi cermin. Tapi, kaca itu mengarah pada lapangan basket yang memperlihatkan beberapa murid laki-laki sedang bermain, termasuk Zayn.
Zayn mengalihkan pandangan, ia tak sengaja melihat Reiga yang juga melihat dirinya. Zayn tersenyum manis sambil melambaikan tangan kanannya tinggi-tinggi. "Hai manis!" sapanya yang menjadi bahan pusat perhatian.
Reiga melotot tak percaya, ia malah bersembunyi berjongkok untuk menghindari tatapan murid lain. Ia merutuki Zayn yang secara spontan memanggil dirinya dengan kata manis. Sungguh menggelikan, lagian, dia cowok tulen yang seharusnya dipanggil si tampan.
"Emang ashu si Zayn," dumel Reiga menutup wajahnya di lipatan tangan.
♛┈⛧┈┈•༶
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑩𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒂 𝒄𝒐𝒎𝒊𝒄 𝒇𝒊𝒈𝒖𝒓𝒆 𝒄𝒉𝒂𝒓𝒂𝒄𝒕𝒆𝒓
Teen Fiction(𝟏𝟖+) 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 𝒏𝒐𝒕𝒆𝒔 𝑩𝑿𝑩 | 𝑻𝒓𝒂𝒏𝒔𝒎𝒊𝒈𝒓𝒂𝒔𝒊 | 𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓𝒆🔞 | 𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒕𝒊𝒄 | 𝑴-𝒑𝒓𝒆𝒈 Agam, dia hanya pria yang ogah hidup tapi takut mati. Diusia nya yang ke 25- dia hanya hidup seadanya saja, kerja, makan dan tidur. Ter...