Agam yang terlalu cuek, Agam yang terlalu malas, Agam yang tidak tau rasanya berpacaran, Agam yang tidak peka. Tapi kenapa? Dia harus dihadapan oleh semua itu? Reiga, dirinya hanya bisa pasrah saat empat lelaki memperebutkan tubuhnya. Mengabaikan pekikan keras yang tak ingin mengalah untuk pulang bersama dengannya.
Ya, empat harem yang tak malu dipandang bingung oleh semua murid karena memperebutkan bocah mantan onar. Lagian, apa yang menarik darinya? Cantik? Tidak, imut? Tidak tidak! Tampan? Kalau itu sih ya. Begitulah pikiran Reiga mengenai raganya.
"Gue yang ngajak Rei balik bareng! Kenapa kalian tiba-tiba dateng terus ikut-ikutan ngajak bareng sama Reiga?" Darren protes. Dia duluan yang mengajak Reiga pulang bersama, tapi saat diparkiran sudah dihadang oleh tiga makhluk tak diundang. Menyebalkan sekali!
Jahnsen menarik tubuh Reiga agar berada disisinya. "Gue yang chat dia untuk pulang bareng. Jadi gue yang duluan ngajak dia balik bersama!"
"Enggak! Gue yang sempat nelepon Reiga untuk pulang bareng! Jadi gue duluan! Kalian lebih baik ngalah!" Zayn tak ingin kalah. Dia memeluk tubuh Reiga bagian depan, sedangkan dua sisi tangan Reiga diperebutkan oleh Jahnsen dan Darren.
"Tapi gue yang ngirim telepati! Jadi gue duluan!" timpal Johnsen membuat suasana hening. Bahkan Reiga yang lebih baik menikmati susu kotak mulai teralihkan pada lelaki itu.
"Lah? Emang bisa telepati? Kok gue baru tau?" ujar Zayn tak percaya. Dia sempat ngebug memikirkan apa benar jika Johnsen telepati sama Reiga.
"Kapan lo punya kekuatan begituan?" Darren juga ikutan.
"Ashu! Lo bodohin kita bertiga!" Akhirnya Jahnsen tersadar setelah ikutan berpikir. Sejak kapan saudara kembar miliknya bisa bertelepati dengan orang lain? Bukankah hanya yang memiliki ikatan darah atau kandung?
Johnsen memasang wajah pelongo. "Tadi bisa kok, benarkan Rei?" Johnsen memberikan kode. Sedangkan yang dikasih kode hanya terdiam tanpa seribu kata.
"Dahlah! Reiga akan pulang sama gue!" Darren mencoba menarik Reiga dari tubuh besar mereka.
Jahnsen kembali menarik tangan Reiga. "Gak! Gue duluan!"
"Lu pada apaan sih! Gue duluan!"
"Kagak kagak! Gue duluan!" Zayn dan Johnsen ikutan rebutan Reiga. Keempat lelaki itu tak ingin kalah, bahkan mereka melemparkan tatapan menusuk- jika saja dalam kartun atau animasi lain, mungkin kedua mata mereka mengeluarkan sebuah laser merah.
Lani menatap kasihan tubuh kakaknya yang dijadikan bahan rebutan. Ingin bantu, tapi dia tak ingin meninggalkan sebuah momen seperti ini. Sedangkan Evando hanya bisa melemparkan doa agar temannya baik-baik saja setelah dijadikan tali tambang untuk empat lelaki primadona. Semoga badan Reiga masih utuh.
"Berhenti!!" Akhirnya Reiga mengeluarkan sebuah suara. Ia merasa jengah saat tubuhnya digoyang sana-sini. Hal itu menyebabkan kepalanya terasa pusing dan ingin muntah.
Reiga menghela nafasnya. "Gue akan balik sendiri," katanya secara mutlak.
"Tapi, gue ingin lo pulang bareng agar selamat," kata Darren dengan pandangan cemas.
"Iya, gue takut kalau dijalan ada apa-apa saat lo pulang sendiri," ujar Zayn yang ikutan cemas.
"Cuaca panas, bagaimana lo pulang pake mobil gue?" Jahnsen membujuk. Takut jika sinar matahari melukai tubuh Reiga seinci apapun itu.
"Rei, pulang sama gue aja. Sekalian kita ke supermarket buat beli stok susu kotak buat lo." Johnsen mengeluarkan godaan agar Reiga ikut. Mungkin dengan kata susu favorit lelaki itu akan menerima ajakan dirinya. Kan untung kalau begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑩𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒂 𝒄𝒐𝒎𝒊𝒄 𝒇𝒊𝒈𝒖𝒓𝒆 𝒄𝒉𝒂𝒓𝒂𝒄𝒕𝒆𝒓
Teen Fiction(𝟏𝟖+) 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 𝒏𝒐𝒕𝒆𝒔 𝑩𝑿𝑩 | 𝑻𝒓𝒂𝒏𝒔𝒎𝒊𝒈𝒓𝒂𝒔𝒊 | 𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓𝒆🔞 | 𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒕𝒊𝒄 | 𝑴-𝒑𝒓𝒆𝒈 Agam, dia hanya pria yang ogah hidup tapi takut mati. Diusia nya yang ke 25- dia hanya hidup seadanya saja, kerja, makan dan tidur. Ter...