1.0. Hujan

1.6K 160 16
                                    

Suasana sore memang paling enak dibuat jalan-jalan apalagi dengan cuaca yang sangat indah. Reiga menghabiskan waktu sendiri disekitar area komplek perumahan besar, dia habis membeli jajanan gerobak yang selalu dijalanan. Satu kantong plastik sedang sudah terisi menu jajanan serta sebuah eskrim berwarna kuning yang sedang ia jilatin.

Beberapa tetangga melirik dirinya, bahkan ada yang menyapa. Siapa yang tidak asing dengan putra kedua Majendra, para tetangga selalu salah fokus memandangi wajah Reiga; dia tampan tapi ada manis nan cantik. Beberapa pria yang berpas-pasan dengannya selalu dibuat salah tingkah.

"Loh nak Rei, habis jajan toh?" Seorang wanita baya menyapa lelaki itu. Dia sedang berjalan-jalan bersama seorang anak kecil.

Reiga memandang wanita itu bingung; bingung karena kurang tau siapa wanita itu. "I-iya tante, saya habis jajan di seberang sana," tunjuk Reiga kebelakang dirinya.

Wanita itu tersenyum. "Owalah, banyak banget jajannya. Tante baru ketemu lagi sama kamu, gimana kabar kamu? Sehat-sehat?" tanya dirinya dengan ramah.

Reiga tersenyum kaku. "Iya tante, saya sehat selalu. Kalau tante gimana?" Mata Reiga tak sengaja melihat bocah wanita itu. Dia melihat kantong plastik miliknya sedaritadi sambil menjilat terus bibir bawahnya- mungkin tergoda oleh jajanan miliknya.

"Kamu mau?" tawar Reiga sambil menyodorkan jajanan miliknya.

Anak itu bersembunyi dibalik wanita baya, dia menatap Reiga dengan malu-malu. "B-boleh?" izinnya.

Reiga mengangguk dan tersenyum, dia berjongkok untuk menyamai tinggi mereka. "Boleh kok, kamu bisa ambil jajanan kakak apapun itu." Reiga membuka kantong plastiknya, memperlihatkan apa saja jajanan miliknya.

"Wahh~ ada eslim!" girang anak itu setelah melihat sebuah eskrim dengan bungkus rasa coklat.

Reiga melihat arah pandangan anak itu, dia sedikit sedih saat eskrim miliknya akan diambil; padahal eskrim itu rasa paling spesial untuknya. Tapi melihat mata binar anak itu, Reiga merasa tak tega. Lagian dirinya bisa beli lagi kok nanti, jadi tak masalah untuk memberi eskrim spesial dirinya kepada anak itu kan? Baiklah, dia kasih saja eskrim miliknya, dan tak lama anak itu kegirangan.

"Makasih kakak!" ucapnya setelah mendapatkan sebuah eskrim.

Reiga tersenyum senang. "Iya, sama-sama. Tapi kamu jangan keseringan makan eskrim, nanti giginya ilang. Emangnya kamu mau gak punya gigi gara-gara makan eskrim terus? Nanti gak bisa makanan daging lagi," tuturnya.

Anak itu menggeleng cepat. "Vino cuman sekali makan esklim kok! Habis itu udah," katanya dengan logan cadel.

"Anak pintar." Reiga mengusap rambut anak itu.

Wanita baya sedaritadi menyaksikan kedekatan mereka. "Kondisi tante baik-baik saja, makasih banyak ya sudah memberikan eskrim kesukaan kamu sama keponakan tante. Padahal tante yakin kamu sangat menyukai rasa coklat."

Tubuh Reiga membeku, kenapa wanita baya itu seolah tau apapun tentang dirinya. Padahal, dalam komik tidak ada seorangpun tau tentang Reiga, apa makanan atau minuman yang disukai lelaki itu. Bahkan Reiga diketahui sangat membenci rasa manis, sebelum raganya diisi oleh jiwa Agam.

"Tante, tau darimana kalau say-"

"Apa yang gak tante tau tentang kamu?" Wanita itu mengulur tangan untuk memegang pipi Reiga. Membantu lelaki itu untuk berdiri. "Kamu sudah besar, dan kamu akhirnya kembali lagi." Perkataan wanita itu membuat tanda tanya bagi Reiga.

"Maksudnya?"

Sebelum menjawab pertanyaan Reiga, anak kecil yang bernama Vino itu menarik ujung baju wanita baya. "Tante, Vino mau pipis," katanya dengan ekspresi gelisah.

𝑩𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒂 𝒄𝒐𝒎𝒊𝒄 𝒇𝒊𝒈𝒖𝒓𝒆 𝒄𝒉𝒂𝒓𝒂𝒄𝒕𝒆𝒓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang