Part 5

151 23 5
                                    

Magical Feeling

Part 5

.

.

.

Paginya, Renjun terbangun karena merasa pegal di bagian lengan. Kala matanya sudah terbuka lebar, dia terkejut bukan main. Dia berada di hutan belantara dengan posisi kedua tangan terikat di dahan pohon. Kakinya masih menapak di tanah, tapi tetap saja ini mengejutkan. Siapa yang berani melakukan ini pada dirinya?

“Ukh,” Renjun merasa panas dalam tubuhnya. Ini sudah waktunya untuk minum suppressant, tapi karena ada di tempat entah berantah, dia tidak bisa minum obat tersebut. Malang betul bagi Renjun. Sudah pegal karena posisinya sangat tidak nyaman, kini ditambah pula dengan keadaannya yang kepayahan menahan hasrat dalam tubuhnya yang sedang bergejolak tanpa bantuan suppressant.

Dalam keadaan seperti ini, suara kaki yang menginjak rumput membuat Renjun waspada. “Mate, aromamu sungguh menggoda,” Jaemin muncul. Seketika Renjun diliputi perasaan gelisah, takut, dan sedikit membutuhkan.

“Apa kamu yang membawaku kemari?” tanya Renjun. Dia berusaha menahan diri dengan mengedepankan logika.

“Ya, dan lihat ini,” Jaemin menunjukkan botol berisi suppressant, “aku juga membawanya.”

Renjun bernafas lega. Rupanya Jaemin masih memikirkannya. “Berikan padaku. Tubuhku panas dan sakit,” pintanya.

Mendengar permintaan Renjun barusan membuat sorot mata Jaemin menggelap. Botol obat yang dirancang khusus omega itu ia genggam hingga hancur berkeping-keping. Renjun melongo. Sebenarnya apa mau Jaemin? Kenapa sikapnya terlihat main-main?

“Jaemin, kamu ini kenapa?” tanya Renjun tak habis pikir. “Cepat ambil lagi sebelum alpha lain mencium feromonku!”

Namun, Jaemin tidak mengindahkan seruan Renjun. Ia malah tertawa sombong. “Tidak ada yang berani kemari karena akulah Sang Alpha!”

Renjun menelan air ludah. Mendadak hawa sekitar menjadi pekat dan suram. Sensasi dan perasaan ini sama seperti saat ia disetubuhi oleh Jaemin beberapa hari yang lalu. Jaemin yang gelap dan dingin.

‘Junie, tolong aku.’

Tidak ada yang membantu Renjun. Junie tidak menangkap atau merespon komunikasi yang dikirimkan oleh Renjun, sedangkan Renjun sudah separuh jalan disiksa oleh Jaemin. Jaemin seperti kesetanan dan sepertinya memang benar tidak akan ada yang datang sebab feromon Jaemin menguar di sekeliling mereka. Renjun ingin percaya kepada Jaemin, tapi jika seperti ini terus, nyawanya akan melayang.

Renjun hampir jatuh ketika Jaemin membalik tubuhnya. Syukurnya, Renjun masih ada tenaga dan berhasil menahan tubuhnya dengan kedua tangan. “Jaemin, tolong pelan-pelan,” mohonnya. Tubuhnya sudah menanggung rasa panas gairah sekaligus sakit fisik.

Plak

“Diam. Bukannya kau juga mendesah karena keenakan?” tuding Jaemin.

Tamparan itu mengakibatkan bibir Renjun sobek. Renjun mendesis karena rasa perih. Jaemin membuka pahanya. Alpha itu hendak memasukinya lagi.

“Jaemin,” tangan Renjun terangkat. Luka lamanya terbuka lagi dan ditambah oleh luka-luka baru yang ditorehkan Jaemin. Bahkan, beberapa bagian kulit di tangan mungil itu sudah terlumuri darah. Renjun hendak mengusap pipi Jaemin. Saat telapak tangannya sudah menyentuh kulit Jaemin, kesadaran Renjun seolah dicabut paksa sehingga tangannya jatuh. Meninggalkan bekas darah yang panjang di pipi Jaemin. Membuat Jaemin seperti seorang pembunuh berdarah dingin.

Magical FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang