Part 8

108 19 3
                                    

Magical Feeling

Part 8

.

.

.

Demikian, Jaemin mulai bekerja di hari berikutnya. Dia berangkat sebelum matahari terbit karena bongkar muatan dimulai saat hari belum terang. Renjun masih di alam tidur ketika Jaemin berangkat, tapi sudah bangun saat Jaemin pulang. Omega mungil itu mempersilakan alphanya menyantap sarapan yang sudah disiapkan.

“Bagaimana hari pertamamu bekerja?” tanya Renjun sambil menemani Jaemin makan.

“Hanya dapat upah sedikit,” bilang Jaemin apa adanya. “Penduduk desa belum mempercayaiku dan ragu menyewa jasaku karena aku seorang alpha.”

Renjun tersenyum, “Syukuri saja. Hidup kita tidak melulu tentang uang,” hiburnya dan Jaemin mengangguk.

Setelah Jaemin menyelesaikan sarapannya, Renjun terlihat sedang bersiap dengan beberapa kantung kain yang cukup besar. Saat ditanya oleh Jaemin, Renjun bilang, ia akan pergi sebentar ke hutan. Jaemin menawarkan diri untuk menemani, tapi Renjun menolak karena dia hanya pergi di sekitar rumah dan akan pulang sebelum sore hari.

Renjun menatap ke arah Jaemin, “Jangan bermuka seperti itu,” ujarnya, “aku ini omegamu yang hebat.”

“Ya, aku tahu, tapi masuk ke dalam hutan sendirian itu agak berbahaya,” wajah Jaemin masih mengguratkan kecemasan.

“Jaemin, apa kamu lupa?” lalu Renjun menunjuk tengkuk belakangnya. “Aku ini milikmu. Jika ada apa-apa, aku akan memanggilmu dengan cepat. Lagipula ada Junie.”

Jaemin menghampiri Renjun, “Aku akan menunggumu pulang. Hati-hati, ya, Mate,” dan keduanya berciuman sebelum Renjun berangkat.

Nah, sebenarnya Renjun ke hutan untuk mencari dedaunan kering, berbagai jenis bebungaan, biji-bijian, kerikil, dan ranting-ranting. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena Renjun tidak akan bertemu dengan nenek sihir atau melakukan ritual sesat. Dia hanya ingin membuat kerajinan tangan yang bisa dijual di pasar setelah mengetahui Jaemin bekerja sebagai kuli pikul. Dengan begini, keduanya bisa berangkat bersama ke pasar walau tidak setiap hari.

Matahari masih terik, tapi Renjun sudah kembali ke rumah. Jaemin yang sudah mengendus bau Renjun sebelum orangnya muncul lebih dulu berdiri di teras. Dia sungguh menunggu Renjun pulang, bahkan rela tidak melakukan apa pun. Mungkin terdengar berlebihan, tapi sebenarnya Jaemin takut jika Renjun diperlakukan kurang baik lagi oleh alpha Pack Timur.

“Jaemin!” panggil Renjun dengan senyum lebar dan melambaikan tangannya ke udara. Hal ini membuat Jaemin juga ikut tersenyum.

Jaemin menuruni tangga, “Sudah selesai, Mate?” tanyanya sambil menyambut Renjun.

Renjun mengangguk, “Aku banyak menemukan yang bagus.”

“Kamu cari apa di hutan?”

“Banyak hal,” dan Renjun mengeluarkan hasil perburuannya. “Aku akan sibuk untuk beberapa hari ke depan.”

“Kenapa?” tanya Jaemin tak mengerti. Ia melihat bermacam-macam benda yang tidak ia ketahui manfaat atau fungsinya hingga dibawa pulang oleh Renjun, kecuali bunga-bunga beraneka warna.

“Nanti kamu akan tahu.”

Hari-hari terlewati dengan rutinitas yang hampir sama. Sebelum matahari merangkak naik, Jaemin sudah meninggalkan rumah. Renjun bangun tak lama setelah Jaemin berangkat kerja. Dia menyiapkan makan pagi dan makan lebih dahulu karena jam pulang Jaemin tidak menentu. Sembari menunggu Jaemin pulang, Renjun membuat kerajinan dari bahan-bahan yang sudah pernah ia kumpulkan sebelumnya. Beberapa sudah ada yang jadi, tapi Renjun merasa belum cukup untuk dipasarkan karena pilihannya masih terbatas. Di malam hari pun, Renjun masih mengerjakan kerajinan sampai ditonton oleh Jaemin.

Magical FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang