Part 15

76 12 2
                                    

Magical Feeling

Part 15

.

.

.

Dua hari berlalu. Yangyang belum kembali, tapi ada surat yang diterima Renjun. Surat itu mengatakan bahwa Yangyang pulang terlambat dari perkiraan sebelumnya karena ada urusan administrasi yang belum terselesaikan. Di surat itu, Yangyang tidak memberitahu kapan dia akan pulang. Ini artinya Renjun masih harus mengasuh Sion dan Riku lebih lama lagi.

Walaupun Sion dan Riku dititipkan di rumahnya, tidak ada perubahan dalam jadwal kerja Jaemin. Dia kembali menjadi buruh pikul di pasar. Hari ini para petani sedang panen kentang yang akan diangkut ke kota. Jaemin diberi bonus beberapa buah kentang berukuran besar.

“Paman Jaemin.”

Jaemin berbalik. Dia berpikir untuk mengingat nama alpha tanggung yang berdiri di depannya. “Jisung, ya?” dan lawan bicaranya mengangguk. “Ada apa, Jisung-ah? Apa kamu ingin merenovasi rumah?”

Jisung menggeleng, “Bukan, Paman, tapi ini,” tangannya menyerahkan sepucuk surat kepada Jaemin. “Ini surat perintah untuk Paman.”

Jaemin menerima surat tersebut. Jika benar surat ini adalah surat perintah, maka...

“Benar, Paman. Paman direkomendasikan bergabung dalam pasukan penjaga perbatasan,” kata Jisung memperjelas.

“Bukannya untuk bergabung pasukan itu harus menjalani pelatihan?” tanya Jaemin memastikan.

Kini wajah Jisung terlihat bingung, “Loh, kudengar Paman sudah pernah berlatih semasa sekolah dulu?”

“Itu bukan latihan, tapi tempat tinggalku dekat dengan perbatasan saat masih sekolah,” beber Jaemin. “Makanya, aku ragu kenapa aku tiba-tiba direkomendasikan.”

“Maaf, Paman, perihal itu aku juga tidak tahu,” nada suara Jisung menurun, “tapi pasukan kita memang kekurangan personil, apalagi sebentar lagi bulan purnama.”

Jaemin masih perlu menimbang ini sebelum menyatakan hasil keputusannya, terutama dia harus menanyakan pendapat Renjun. “Siapa yang memberimu surat ini?” tanyanya.

“Ketua Pack, Paman.”

Di rumah, Renjun melukis dua pot bunga yang besok akan dibawa oleh Jaemin ke toko bibi penjual. Di ruang tamu, ada Sion dan Riku yang sedang bermain. Ketika Jaemin pulang, Riku menyambutnya dengan sorakan gembira.

“Di mana Bibi Renjun?” tanya Jaemin setelah memeluk dua anak itu secara bergantian.

“Bibi Renjun ada di teras belakang, Paman,” jawab Sion dan Jaemin langsung menuju ke belakang.

Bau cat menyapa Jaemin kala ia tiba di teras belakang. Posisi Renjun memunggunginya dan matenya masih fokus menggoreskan kuasnya. Jika sudah bekerja, Renjun tidak bisa diganggu gugat secara sembarangan.

“Mate,” panggil Jaemin dengan nada penuh tekanan.

“Pasti ini pembicaraan yang serius,” komentar Renjun. Hidup bersama telah mengajarkan Renjun bagaimana intonasi yang digunakan oleh matenya dalam berbicara. Ia melepaskan kuas sekaligus menanggalkan celemek yang menempel di tubuhnya.

Jaemin tak menjawab, tapi langsung menyodorkan surat perintah yang didapatnya dari Jisung. Renjun menerimanya. Tangan omega itu membuka lalu membaca isinya dengan segera.

Magical FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang