Part 14

98 14 6
                                    

Magical Feeling

Part 14

.

.

.

“Tapi kita bisa ‘kan?” dan Renjun segera bertransformasi dengan Junie. Riku menggumamkan seruan kagum yang panjang.

“Serigala Bibi Renjun cantik sekali!” puji Riku sambil bertepuk tangan. Sion pun sependapat dan ikut bertepuk tangan bersama Riku.

Ini pertama kalinya mereka melihat bentuk Junie. Tangan kecil Riku terangkat dan mengusap surai Junie. Sekali lagi, Riku memekik girang. Rambut Junie sangat lembut di sela-sela jarinya. Hati Junie senang-senang saja karena dia memang menyukai anak kecil.

Jaemin mendesah kecil. Ia paham maksud Renjun. Jadi, ia mengangkat tubuh kecil Riku dan mendudukkannya di atas punggung Junie. “Pegang Bibi Junie dengan erat. Jangan sampai lepas kalau tidak mau jatuh,” peringat Jaemin dengan sedikit memberi ancaman. Namun, sepertinya Riku tidak terlalu menghiraukannya. Anak itu sudah hanyut dalam kegembiraannya.

Jaemin beralih. Ia memandang Sion. “Sion nanti naik dengan Paman Nana, ya,” lalu Jaemin bertukar tubuh dengan Nana. Mata Nana menatap Sion dan menggerakkan kepalanya agar anak itu naik ke punggungnya.

Junie mendekati Nana dan keduanya saling bertatapan. Sudah lama mereka tidak jalan-jalan bersama. Meski sekarang ada dua personil tambahan, Junie tetap menghargai waktu kebersamaannya dengan Nana. Keduanya pun mengangguk usai memastikan anak-anak aman, lalu melesat membelah hutan.

Riku terus heboh lantaran wajahnya terpapar angin yang cukup kencang. Beda jauh dengan Sion yang tampak tenang, tapi juga merasakan debaran pada jantungnya. Keduanya tidak punya interaksi dengan werewolf dewasa selain guru mereka. Bersama Jaemin dan Renjun, mereka sadar jika mereka sangat menginginkan kasih sayang orang tua.

‘Aku mencium bau rusa di dekat sini,’ kata Nana kepada Junie.

‘Ayo, kita berburu sekalian,’ ide Junie yang langsung diiyakan oleh Nana.

Junie berhenti. Serigala betina itu bertiarap dan memberi kode supaya Riku turun. Riku menurut. Kemudian, Renjun kembali.

“Sion, turun dari pundak Paman Nana,” perintah Renjun dan dengan perlahan Sion turun.

“Kenapa kita berhenti, Bibi Renjun?” Riku langsung masuk dalam mode anak-anak yang belum puas bermain.

“Kita tunggu di sini,” titah Renjun. “Kita akan melihat bagaimana Paman Jaemin dan Paman Nana menangkap buruannya.”

Mendengar itu, Riku hendak berteriak, tapi dengan segera tangan Renjun menutup mulut kecilnya. Renjun membuat isyarat agar Riku tidak ribut supaya hewan incaran Nana tidak kabur. Omega muda itu membawa Sion dan Riku ke tempat yang agak tersembunyi, sedangkan Nana mulai mengendap-endap mendekati mangsanya.

Seekor rusa dewasa terlihat sedang berjalan pada jarak 5 kilometer. Rusa itu tidak tahu jika ajal akan menjemputnya. Saat rusa tersebut lengah, Nana langsung menyergap sekaligus menerkam bagian di bagian leher. Renjun tersenyum. Dia selalu takjub dengan cara berburu Nana yang cepat. Terlebih, ada Sion dan Riku bersamanya. Mungkin inilah gambaran jika ia dan Jaemin sudah punya anak nantinya.

Kesenangan ini tidak hanya dirasakan oleh Renjun, melainkan oleh dua werewolf kecil yang ikut menonton. Keduanya sampai tidak mengedipkan mata saking cepatnya Nana melumpuhkan mangsanya. Sion, si alpha kecil, mencatat bagaimana serigala Jaemin menerkam rusa itu di kepalanya. Sementara itu, Riku sudah membayangkan daging bakar yang menggugah nafsu makannya.

Magical FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang