Part 2

212 29 6
                                    

Magical Feeling

Part 2

Note. Karena belum ada yang kasih saran buat nama panggilan kesayangan, sementara aku pake nama kesayangan yang ada di otak.

.

.

.

Keesokan paginya, Renjun bangun dengan hati yang ringan. Dia bahagia dan makin bertambah kala matanya menemukan Jaemin di sampingnya. Alphanya sudah bangun dan terus memandang ke arahnya.

“Selamat pagi, Mate,” sapa Jaemin.

Sebuah senyum terkembang di wajah Renjun. “Selamat pagi, Cora."

Jaemin mengerjab, “Mate, barusan kamu bilang apa?” tanyanya agak menuntut.

Raut kebingungan tampak sekali di wajah Renjun. “Uh, sepertinya aku bilang ‘Cora’ barusan,” jawab Renjun walau dia tak seberapa yakin sebab kata itu keluar begitu saja dari mulutnya setelah melihat wajah Jaemin. “Kenapa?”

Jaemin memandang dalam diam hingga seperkian detik, lalu ia tersenyum. “Memorimu mulai pulih,” katanya. “Cora adalah panggilan sayangmu untukku. Cora dari kata corazon.”

“Sungguh?” Renjun tersenyum. Dia senang karena setelah sekian lama, ada satu ingatan yang berhasil dia ingat secara tidak sengaja. “Aku akan memanggilmu Cora mulai sekarang,” katanya. “Barangkali dengan begini ingatanku yang lain bisa kembali.”

Satu hal dari sekian banyak hal yang disukai Jaemin dari Renjun, yakni sifat pantang menyerah yang dimiliki omeganya. Jaemin bangkit dari posisinya, lalu menyibakkan selimut. Ia melihat tubuh Renjun. “Semalam kamu lumayan agresif. Apa ada bagian yang sakit?”

Renjun menggeleng, “Tapi bisa bantu aku ke kamar mandi?” dan Jaemin mengangguk.

Usai membersihkan diri bersama-sama, keduanya duduk di meja makan mungil. Renjun menyiapkan sarapan kecil-kecilan. Jaemin jadi teringat dengan kehidupan mereka sebelum tragedi itu terjadi.

“Kamu benar-benar tak berubah, Mate,” komentar Jaemin saat menonton rutinitas Renjun.

“Benarkah?” tanya Renjun antusias. Dia senang karena telah menemukan seseorang yang mengetahui masa lalunya saat ia masih lupa ingatan.

“Ya, kamu selalu menyiapkan makan kecil di pagi hari untuk kita makan bersama,” ujar Jaemin.

Renjun tersenyum, tapi dalam senyumnya terdapat perasaan sendu. “Aku tidak bisa mengingat sedikitpun tentang kita di masa lalu.”

“Kamu pasti sangat menderita,” tutur Jaemin.

“Ya, dan sangat menyiksa saat heat datang,” tambah Renjun.

“Maaf,” cicit Jaemin.

Renjun mendesah. “Sebenarnya kita sudah benar-benar terikat atau belum di masa lalu?” tanyanya tiba-tiba.

Jaemin menatap Renjun heran. “Mate, kita sudah menikah,” ujarnya.

“Jangan berbohong,” tekan Renjun. “Tidak ada tanda kepemilikanmu di tubuhku.”

Tanda yang diberikan alpha kepada omega adalah bukti sekaligus pernyataan yang membuat omega senang serta aman. Tidak akan ada alpha atau beta lain yang mengganggunya sebab omega itu sudah dimiliki. Namun, tidak demikian dengan Renjun. Selama ini ia selalu didekati oleh alpha dan beta yang penasaran akibat aroma omeganya.

Magical FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang