Part 7

120 22 6
                                    

Magical Feeling

Part 7

.

.

.

Setelah berpisah dengan Yangyang di plaza, Renjun melanjutkan perjalanan seorang diri. Dia tidak memikirkan beban apa pun saat berjalan bersama Yangyang, tapi setelah sendirian, Renjun menyadari sesuatu. Niat hati dia pergi ke pemukiman untuk membeli kebutuhan berkebun, tapi sekarang Renjun pulang dengan tangan kosong. Malang lagi, uang Renjun habis untuk membeli media tanam dan pupuk tadi. Dia mendesah. Hidupnya jadi serba kesusahan karena dikucilkan seperti ini.

Renjun menapaki jalur bebatu yang mengarah ke rumahnya. Jalur bebatuan ini dia buat agar ada pijakan yang baik apabila tanah sedang gembur atau becek setelah turun hujan. Sebentar lagi dia akan sampai di rumah, jadi dia mengatur ekspresinya agar tidak tampak sedih di depan matenya.

Renjun melihat Jaemin yang berdiri di depan rumah. Sepertinya matenya sudah menunggu dirinya pulang. “Jaemin?” suara Renjun memanggil.

Jaemin menoleh, “Mate, aku sudah menunggumu pulang!” serunya.

“Ada apa?” tanya Renjun bingung, lalu matanya mengikuti arah tangan Jaemin yang sedang menunjukkan sesuatu, tepatnya adalah kebun kecil berisi bebungaan dengan bunga daffodil di bagian tengah. “Wah, Jaemin,” Renjun segera menghampiri kebun kecil tersebut. “Apa kamu yang membuatnya?”

Jaemin pun berjongkok, mengikuti Renjun yang antusias atas hasil kerjanya. “Ya, aku membuatnya saat kamu pergi,” jawabnya.

“Aww, Jaemin,” Renjun sampai tidak tahu harus bilang apa. Dia menghadap ke arah alphanya, “Terima kasih, kamu tahu apa yang aku inginkan,” ungkapnya. “Ah, daffodil ini terlihat cantik.”

Renjun hanyut dalam kesenangannya. Jaemin juga senang karena melihat Renjun sesenang itu. Namun, ia segera menyadari bau sesuatu yang samar dari Renjun. “Mate, apa kamu baru berinteraksi dengan alpha?” tanyanya menahan rasa terbakar dalam hati alias cemburu.

Senyum Renjun seketika pudar. “Aku dipanggil pemimpin pack dan bertemu musuh bebuyutanmu,” jawabnya tanpa basa-basi.

“Pemimpin pack?” tanya Jaemin memastikan. Apa lagi yang diinginkan oleh orang itu? Tidak cukup orang itu mengusik hidupnya, bahkan Renjun pun kena imbas pula.

Renjun bangkit dan diikuti Jaemin. “Bisa kita masuk dulu?” mintanya, lalu ia berjalan lebih dulu.

Setelah masuk ke dalam rumah, Renjun tidak langsung menceritakan apa yang terjadi kepada Jaemin. Dia pergi ke belakang untuk membersihkan diri. Renjun merasa risih, apalagi setelah dia tahu Jaemin mencium bau alpha lain yang menempel pada tubuhnya. Dia menghabiskan waktu sejam hanya untuk mandi. Renjun keluar dan mendapati Jaemin duduk di kursi ruang tamu.

“Mate,” panggil Jaemin, wajahnya agak khawatir, “kamu tak apa? Mandimu lebih lama dari biasanya.”

Renjun duduk di samping Jaemin. “Aku tidak suka karena ada bau alpha lain di badanku,” tuturnya.

“Aku bisa men-scenting kamu lagi, Mate,” ujar Jaemin.

Ekor mata Renjun melirik, “Kenapa kamu tidak mengklaimku saja sekalian?”

“Kamu ini suka sekali yang barbar begitu, ya?” gurau Jaemin.

Nafas Renjun memberat. “Apa kamu masih bisa bercanda setelah tahu kalau aku hampir saja di-scenting alpha lain karena belum ada marking darimu?”

Magical FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang