Part 13

82 16 6
                                    

Magical Feeling

Part 13

.

.

.

Jauh sebelum mengenal Nyonya Jeong, Renjun selalu menilai jika Nenek adalah sosok yang misterius di Pack Timur. Hidup sebatang kara dan selalu menarik diri dari kehidupan luar. Jika Renjun berada di posisi Nenek, dia pasti akan bosan setengah mampus karena tidak ada gairah dalam hidup. Namun, sepertinya memang itulah tujuan hidup Nenek. Bahkan, Renjun bisa dekat dengan Nenek berkat keteguhan Renjun semasa lajang sebab selalu penasaran dengan hunian yang ditempati manula tersebut.

“Lagi-lagi kamu terlibat masalah, Renjun,” ujar Nenek dengan mulut tipisnya. Kerutan telah merenggut kecantikan dari wajahnya, tapi itu sudah tidak ada artinya lagi.

“Pengurus pack sini sakit semua, Nek,” keluh Renjun. “Hidup bebas yang dulu ada di tanganku tiba-tiba mereka rampas begitu saja,” mata Renjun menyalang. “Aku ingin melawan, tapi aku selalu memikirkan bagaimana nasib kami jika aku bertindak gegabah.”

“Sabar, Renjun,” Nenek tersenyum. “Moon Goddnes tidak tinggal diam. Pasti ada jalan keluar dari semua cobaan ini.”

“Aku ingin berpikir positif seperti Nenek, tapi setiap melihat sikap Jaemin yang pasif, aku jadi kesal,” cerita Renjun. Inilah yang ia tidak sukai dari Jaemin. Jaemin itu alpha, kenapa dia mau mengalah demi menghindari keributan? Dia punya hak untuk melawan sebab dirinya seorang alpha.

“Nenek paham kegundahanmu itu, tapi terima saja, Renjun. Jaemin memang alpha yang tidak ingin cari masalah,” tutur Nenek dan Renjun hanya mendesah guna melapangkan hatinya. Usai Nenek mengobati, Renjun mengucap terima kasih, lalu pamit.

Di jalan menuju plaza, Renjun mengamati langit yang sebentar lagi menjadi jingga. Langit senja selalu berhasil menenangkan hati Renjun tatkala dirinya marah. Ia jadi teringat dengan sungai di kampung halamannya dulu. Dia selalu menanti berbunganya daffodil kesukaannya. Sekarang bukan bulan Maret, daffodil pun belum bersemi.

“Renjun!”

Renjun belum bisa menoleh, jadi dia membalikkan tubuhnya saat suara wanita memanggilnya. Rupanya bibi penjual tanaman. Wanita itu berlari kecil ke arahnya.

“Ada apa, Bi?” tanya Renjun. Dia juga berjalan ke arah si Bibi.

“Aku mencarimu di pasar, tapi orang-orang bilang kamu tidak berjualan karena sedang terluka,” jelas si Bibi.

“Maaf, Bibi. Kondisiku memang belum membaik, apalagi Jaemin sedang ikut borongan orang merenovasi rumah.”

Si Bibi terdiam. “Sebenarnya aku ingin meminta kerja sama denganmu,” bilangnya setelah menimbang kembali keputusannya.

“Kerja sama apa, Bi?” tanya Renjun mulai tertarik.

“Begini, pemasok pot bunga langgananku berhenti karena mereka gulung tikar, sedangkan aku tidak mau stok di tokoku kosong begitu saja. Bisnisku juga bisa berhenti jika aku tidak menstoknya,” dan Renjun mengangguk sebagai tanda mengerti. “Aku ingin meminta bantuanmu. Apakah kamu bisa membuat pot bunga dari tanah liat?” tanya si Bibi.

Mata Renjun membulat. Dia tidak menyangka tawaran ini akan datang dengan sendirinya. “Aku bisa, Bi!” jawab Renjun penuh semangat. “Bibi mau ukurannya seberapa?”

“Sesuaikan saja dengan standarmu, Sayang,” si Bibi tersenyum. Dia lega karena Renjun mau membantunya.

Renjun mengangguk, “Aku akan membuat tiga ukuran. Nanti akan kuminta Jaemin untuk mengantarnya ke toko Bibi.”

Magical FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang