5; No Choice

71 8 9
                                    

≈ S P R I N G D A Y ≈
~About spring days and you, who erased my dark world~

     

   

Kim Sejeong, benar atas seluruh katanya. Dia berhasil memenuhi filosofinya, mengabadikan seluruh kenangan manis mereka di tempat ini melalui cenderamata berupa sepasang sepatu ..yang bahkan hingga detik ini masih tergantung sempurna di tempat semula. Meski waktu cukup menanggalkan seluruh daun, menyisakan pohonnya hanya berupa ranting kering.

   
Lebih tepat lagi, kini keadaan telak persis seperti hari yang lalu. Dimana musim dingin mulai mengucapkan selamat tinggal, menyisakan sedikit bulir salju di atas tanah berumput kering itu.

    
Setidaknya itu mampu memperbaiki hati Jungkook, merasa diri rampung kembali —disaat fakta mengatakan bahwa diri, bahkan tubuhnya hancur berceceran. Kenangan itu cukup membuat Jungkook merasa baik, disaat raga secara nyata lebih dari kata busuk.

    
     

"Kenapa kau memilih merusak dirimu?"

    
Jungkook menoleh ke sisi, mengamati seraut cantik itu bertabur ketenangan ..meski tahu sekali, ada begitu banyak luka yang tak bisa teraba oleh Jungkook secara langsung.

  
"Bahkan itu bukan pilihan bagiku." ..sebab Jungkook tidak memiliki pilihan yang lain, hanya itu satu-satunya jalan yang Jungkook miliki.

   
"Melakukannya demi masa depan Junkyu?" ..telak uang yang menjadi patokan permasalahan disini.

   
Dan Jungkook tidak bisa menampik.

   
"Tidakkah kau berpikir? Apa yang kau hasilkan itu justru akan merusak masa depan Junkyu secara tidak langsung. Kau memberi makan Junkyu dengan uang apa? Menyekolahkannya dengan uang yang mana? Semua itu kotor, sama saja kau memberi makan Junkyu dengan bangkai. Dan memberi lumpur hitam sebagai bekal belajarnya."

   
Skakmat, Jungkook kalah telak.

   
Itu terlalu kasar, tetapi Jungkook tidak akan menyalahkan. Bahkan jauh sebelum Sejeong mengatakannya, Jungkook sudah lebih dulu banyak memaki diri sendiri. Tetapi sekali lagi, Jungkook tidak memiliki pilihan lain.

    
"Kau tidak mengerti bagaimana berada di posisiku."

   
"Bagaimana aku bisa mengerti, jika kau tidak mengatakan alasannya padaku?" Semudah membalikkan keadaan, tuntutan jelas Sejeong telak membungkam Jungkook.

   
"Bahkan kau pun tidak mengerti bagaimana berada di posisiku. Aku terluka parah, saat mengetahui kau telah terlibat dengan begitu banyak perempuan ..bahkan setiap hari." Sesakit ulu hati tertikam besi berkarat, Sejeong tidak bisa lagi mempertahankan air matanya. Jatuh meluruh, menjadi tanda mutlak atas segala nyeri yang menekannya akhir-akhir ini.

   
"Tapi lupakan tentangku, sebab aku sendiri tidak yakin ..apakah kau masih mengingat cintaku padamu, atau tidak."

   
Jika Sejeong terluka, maka Jungkook lebih daripada sekarat. Disaat fakta mengatakan bahwa jalan memperbaiki telak telah tertutup, Jungkook sungguh akan mati.

    
Jungkook bukan tidak mengingat, terlebih tidak menganggap cinta Sejeong. Jungkook hanya merasa tidak pantas, bahkan sejak dulu.

   
"Sekarang titik permasalahannya ada pada Junkyu." Sejeong menyeka kasar air mata yang terus berbondong keluar, sekalipun gagal —sebab jejak kembali basah oleh yang baru. "Tidak bisakah kau mencari pekerjaan yang lebih baik?"

     
"Pekerjaan apa yang bisa diharapkan untuk seseorang sepertiku?" Jungkook memutus pandangan, ke sembarang arah tuk menghindari sorot menyakitkan sepasang netra coklat itu. "Sekolahku bahkan tidak selesai."

    
Menyerah yang diudarakan Jungkook lantas berbalas dengusan kesal —Sejeong membenci segala hal yang tidak ia ketahui perihal Jungkook selama ini.

    
"Kau tidak bisa berhenti hanya sampai disana. Ijazah yang tidak rampung berada dalam genggaman, tidak menunjukkan bahwa dirimu itu bodoh. Kau pintar, berbakat, bahkan kau tampan. Banyak tempat yang bisa menerimamu, sekalipun teramat kecil ..itu tidak lebih buruk. Daripada kau harus berakhir menjual seluruh harga dirimu seperti ini."

    
Jungkook terkekeh menanggapi rentetan omong kosong itu, seudara getar mengandung getir menyakitkan di dalamnya. "Sekarang katakan padaku, tempat seperti apa di jaman sekarang yang menerima seorang kriminal sepertiku?"

     
Satu sama.

   
Kini Jungkook yang berhasil men-skakmat Sejeong, hingga ke titik syok terdalam. Sepasang mata monolid yang telak melebar, hingga garis rahang nyaris akan menjatuhkan diri ..teramat menjelaskan, Sejeong tidak siap dengan situasi ini.

    
"Sebagian besar ucapanmu itu salah besar, selain ketampanan yang kau maksud. Dan faktanya hanya tempat kotor semacam Meix'ji club, dimana aku bisa mendapatkan uang hanya dengan menjajakan ketampanan bahkan tubuhku."

    
   

Demi Tuhan, Sejeong teramat membenci kalimat terakhir yang terlontar. Itu kotor sekali, menjijikan!

   
Tetapi Sejeong tidak bisa teralih dari pernyataan Jungkook sebelumnya. "Kriminal apa yang kau maksud? Apa yang sudah kau lakukan?"

    
   

"Aku yakin kau akan membenciku, jika aku mengatakannya."

    
Tubuh Jungkook terguncang kuat, terpaksa menghadap Sejeong secara sempurna. Cekalan kuat menahan kedua bahunya, cukup menyakitkan bagaimana cengkraman Sejeong tidak main-main. Rupanya tidak berubah, tenaga gadis itu memang gila.

    
"Katakan padaku, apa yang sudah kau lakukan, Jeon Jungkook-ssi?!"

    
    
    
   
     
    
    
    
   

"Jeon Jinhyun, ayah kandungku. Aku membunuhnya."

    
    
    
     
    
   
     

   
  

≈ S P R I N G D A Y ≈
~To be continued~
  
    
Dikit dulu, agak syok soalnya😌

Copyright©Sep6.

Spring Day || Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang