7; Pain Hug

67 6 7
                                    

≈ S P R I N G D A Y ≈
~About spring days and you, who erased my dark world~
      
     
  
     
    

        
"Jungkook-ah.."

   
Lirihan itu terdengar menyesakkan, dan akan lebih menyakitkan jika menatap luka yang menumpuk di dalam kilat jernih itu. Maka Jungkook enggan memenuhi panggilan, seolah apatis bertahan dalam ketidakpedulian. Meski telak hati lebih daripada terluka, ingin ikut menangis.

     
Tubuh Jungkook berguncang kecil ke sisi, hingga rengkuhan merampas dekapan erat. Selaras dengan cengkraman kuat menyasar jaket di bagian punggung, isak tangis telak tepat di sisi telinga. "Maafkan aku."

     
Tidak perlu, dan tidak seharusnya. Bagaimanapun.. "Kau tidak melakukan apapun, Sejeong-ah. Ini hanya perihal takdirku yang terlalu buruk."

    
Tak elak tangisan Sejeong kian menjadi, dia menggeleng rusuh —menampik, sebab tidak setuju. "Jika ada yang perlu ku benci, maka aku membenci diriku sendiri."

    
Benci, sebab tidak mengetahui masalah Jungkook sejak awal. Sebab mata telak tak pernah terbuka atas penderitaan Jungkook sejak dulu. Dan benci bagaimana ia tidak berada di sisi Jungkook di masa-masa kelamnya.

     
Sejeong terlambat. Atau barangkali waktu yang tidak mengizinkan.

    
"Ayo sembuh." Kelima jemari Sejeong menelusup surai Jungkook, mengusaknya penuh afeksi. Mengantarkan sepasang mata bulat itu tuk terpejam, nyaman —tetapi hati telak kian tertikam nyeri.

    
"Aku mungkin bukan obat untukmu. Tapi ayo mencari obatnya, sedikit demi sedikit, pelan-pelan. Dan aku akan selalu menemanimu."

     
Terlalu penuh makna, Jungkook merasa .. diri terlalu buruk tuk menerima afeksi sebesar itu. Di atas setumpuk perasaan yang ditawarkan Sejeong, ia tidak bisa bahkan hanya sekedar untuk membalas dekapan si gadis Kim. Jungkook mengakui, dirinya terlalu jahat.

    
"Aku ingin tenang, Sejeong-ah. Beri aku sedikit waktu."

      
     
     
     

Sederhana, tetapi telak itu membuat Jungkook menjadi jahat dan bodoh. Disaat Sejeong menekan kewarasan tuk menerima segala kerusakan diri, mental, hingga masa lalunya. Tetapi Jungkook justru menekan pertemuan tuk terjeda.

    
Jungkook hanya merasa masih terlalu malu, untuk lebih lama menampilkan diri di hadapan Sejeong dalam kondisi busuk seperti ini.

   
Jungkook perlu waktu, mencari topeng tuk mempertebal urat malu. Agar bisa berdiri lebih percaya diri, seperti si kriminal tanpa berdosa.

    

Merengkuh malam tanpa pelindung, disela gelap mata terpejam ..merasai diri digempur perasaan dingin oleh semilir angin yang menerpa. Meratapi betapa hancur diri, seperti omong kosong kini. Niat hati ingin mengosongkan diri pun telak gagal, dosa terlalu menumpuk, kesalahan terlanjur menggunung, tidak bisa dihapus atau hanya sekedar dilupakan begitu saja.

     
   
"Hyung-ie.."

  
Panggilan manis sontak menyulut sepasang netra coklat itu kembali menampilkan eksistensi, mengamati sosok mungil itu memangkas jarak dengan langkah kecil sepasang kaki mungilnya.

Spring Day || Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang