≈ S P R I N G D A Y ≈
~About spring day and you, who erased my dark world~
"Lepaskan, Sejeong-ah."
Jungkook merampas pelan pisau di tangan Sejeong, berikut bawang bombai diatas tatakan yang baru terpotong menjadi dua bagian. "Sudah ku bilang, biar aku yang mengerjakan semua ini. Kau diamlah, jangan melakukan apapun."
Omelan Jungkook justru mengundang kekehan puas dari sang pelaku, gemas. Sejak dulu, Sejeong paling menyukai Jungkook dalam mode cerewet seperti ini.
Tetapi agaknya kesabaran Jungkook sudah cukup terkikis, sebab Sejeong berkali-kali melanggar ucapannya ..untuk diam. Maka kini dia menggiring gadis itu tuk duduk di meja makan.
"Diam disini, dan lihat saja aku memasak." Lebih daripada totalitas, menggemaskan bagaimana Jungkook menyiapkan segelas susu ..bermaksud membuat Sejeong anteng di tempat. "Sekali lagi, jangan kemana-mana." Tegasnya, sebelum berlalu kembali menuju pantry.
Tetapi Sejeong tetaplah Sejeong.
Hanya dua menit menurut, mengamati bagaimana lihai pergerakan Jungkook di sekitar pantry, selagi menanggalkan setengah gelas susu. Selanjutnya dia kembali beranjak, menuju lemari pendingin.
Jungkook menotice, tetapi tiada sergahan lagi. Dia hanya menghempaskan napas panjang, agaknya sudah cukup lelah menangani gadis kelebihan daya itu.
Sayangnya, Jungkook akan hidup selamanya bersama gadis kelebihan daya semacam Kim Sejeong itu.
"Pinjam." Sudah berada di sisi Jungkook begitu saja, Sejeong menyahuti pisau yang usai digunakan Jungkook. "Ah, tidak. Itu bekas bawang." Meralat sendiri, lalu mengambil pisau yang baru di tempat penyimpanan.
Memotong apel yang diambilnya menjadi beberapa bagian, memilih menetap di posisinya tanpa beratensi kembali menuju meja makan. Menikmati setiap potongan apel, disela atensi lebih daripada menikmati paras tampan itu. Sekalipun yang ditatap terus fokus pada setiap menu masakannya, memenuhi dengan baik tawarannya menjadi chef dadakan untuk Jiyoon dan Sejeong —di kediaman keluarga Kim.
"Dimana Junkyu?" Bahkan hanya untuk sekedar bertanya, Jungkook tidak beratensi menatap tujuan bicaranya.
"Sedang bermain di halaman rumah, bersama appa." Keterangan apa adanya, segera ditanggapi anggukan faham dari Jungkook.
"Ingin?" Sejeong menyodorkan sepotong apel, terlalu tepat di depan mulut Jungkook.
Dan tiada sergahan atau jawaban melalui suara, Jungkook serta-merta menerima suapan Sejeong. Hanya menggigit setengahnya, sisanya lantas dilahap Sejeong. Kesempatan besar, jelas tidak akan disia-siakan.
"Manis?"
Jungkook hanya mengangguk tuk menanggapi. Tetapi kemudian ia telak tersentak, total membelak ..kala Sejeong terlalu cepat merengkuh kedua sisi wajahnya, dan mengecup bibirnya cukup dalam.
"Itu jauh lebih manis." Katanya, tiada berdosa bagaimana dia justru terkekeh melihat Jungkook mengerjap beberapa kali.
Usai seluruh menu masakan tersaji dengan baik, waktunya menikmati sajian penuh cinta itu di meja makan. Biasanya hanya berdua —Jungkook Junkyu maupun Jiyoon Sejeong— kini bersama, membuat suasana menjadi lebih ramai dan jauh lebih berarti.
Dan seperti biasa, setiap suapan memasuki mulut, sebuah pujian akan ikut mengudara. "Masakan Hyung-ie memang selalu yang terbaik!"
Jeon Jungkook, memang tidak pernah gagal setiap kali bertempur dengan semua bahan makanan di depan pantry. Lebih daripada Junkyu ataupun Sejeong, Jiyoon pun perlu mengakui.
"Ini sungguh kau sendirian yang membuatnya?" Tatapan itu sarat akan ketidakpercayaan, atau barangkali ..Jiyoon terlalu takjub.
Jungkook hanya menanggapi dengan seulas senyum, sebab jawaban diambil alih oleh Sejeong. "Aku bahkan dilarang menyentuh apapun. Kecuali sedikit membantu menyajikan ke meja makan."
Prok prok!*
Jungkook terkesiap kala seudara tepuk tangan menggema begitu saja —tepat di atas kepala, usai memenuhi mulutnya dengan suapan besar. Jiyoon terpejam dan menggeleng frustasi, tetapi tidak lebih hanya sedang menikmati, seperti ..seenak itu, lho.
Memahami, Sejeong terkekeh lucu melihat tingkah sang ayah. Terlebih ..
"Ahjussi berlebihan sekali!"
.. ejekan yang menjadi terdengar menggemaskan dari belah bibir mungil si Jeon kecil, telak menyulut gelakan setiap pribadi.
Kebersamaan ini.. lebih daripada menyenangkan. Teramat berharga, tiada tanding. Dan Jungkook sungguh bersyukur telah diberi kesempatan untuk berada di titik ini.
Jungkook merasa diri telah rampung kembali. Pulih mungkin masih teramat jauh, tapi kini ..Jungkook sudah menemukan obatnya. Perlahan, Jungkook pasti akan sembuh sepenuhnya.
"Jungkook-ah." Usai menginterupsi dan mendapat atensi, Jiyoon kembali berlanjut melahap suapannya. Seperti tidak rela menjeda, sekalipun sudah di porsi kedua.
"Kenapa tidak membuka cafe saja? Masakanmu sungguh luar biasa, pasti akan banyak peminatnya."
Jungkook tertegun. Itu ide teramat baik dan luar biasa mencerahkan, tapi .. "Aku tidak cukup memiliki tabungan lebih untuk mengawalinya."
Jiyoon menggeleng dan mengibaskan tangan di udara, disela kunyahannya. "Tidak perlu khawatir tentang itu, aku yang akan menanggungnya. Nanti aku pun bisa merekomendasikan masakanmu pada rekan-rekanku di kantor."
Terkejut, lebih daripada itu. Dan dukungan yang diberi Sejeong melalui anggukan serta seulas senyum manis meyakinkan, Jungkook sungguh tidak bisa menanggapi apapun selain..
"Terimakasih Jiyoon Ahjussi, Sejeong-ah. Terimakasih untuk semuanya."
"Bagus jika Hyung-ie memiliki cafe sendiri. Jika nanti sudah memiliki banyak uang, 'kan Hyung-ie bisa cepat menikahi Noona."
Jeon Junkyu itu.. suasana haru telak pecah oleh gelak tawa sebab ucapan tak terduganya itu, polos sekali.
Meski yeah.. ada benarnya juga.
≈ S P R I N G D A Y ≈
~To be continued~
Dikit dulu, ya. Yang penting Jungkook nya udah otw bahagia.Copyright©Sep11.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day || Jeon Jungkook
القصة القصيرة°Birthday Project Jeon Jungkook ft. Kim Sejeong° "About spring days and you, who erased my dark world." •• "Bisakah kau berhenti melakukan semua hal bodoh itu?" "Aku merusak diriku bukan semata-mata untuk kesenangan. Dan kau tidak akan pernah menger...