♠️21. Waktu tenang

13 1 0
                                    

°°°°•So far, ini chapter terdamai sih wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

So far, ini chapter terdamai sih wkwkwk. Enjoy the story guys🥂

°°°°

Suara langkah kaki milik Valen kini terdengar. “Lucas udah gapapa cuman aku ga berani nutup lukanya,” ujarnya.

“Ha? Kenapa? Darahnya ga bakal abis ta?” tanya Mica.

Valen menggaruk tengkuknya. “Pokoknya di dunia medis ada kok penjelasannya kalian ga perlu khawatir.”

“Kamu bohong.” Anna yang sedari tadi diam kini angkat bicara.

“Telingamu merah,” lanjutnya.

Valen mengusap-usap telinganya. “Ini gara-gara panik bukan bohong.”

Jordan bangkit berdiri lalu berjalan mendekati Valen. “Menurutmu kita goblok? Di dunia medis mana ada nanganin orang kepanah, panahnya dicabut terus ngebiarin lukanya kebuka. Yang ada si pasien meninggal.”

Lucas menghela nafasnya kasar melihat Valen terpojok. “Kita ga bisa mati. Jantung kita aja ga berdetak.”

Kini semua insan disana terdiam mendengar jawaban Lucas.

Mereka sontak mengecek nadi dan dada mereka dan benar saja mereka tak merasakan detak jantung sama sekali.

Padahal saat pertama kali datang kemari, mereka masih dapat merasakan detak nadi mereka.

“Kita ga isa mati disini. Meskipun kita luka kayak apapun itu! Harusnya Viona sama aku udah meninggal dengan luka kek gitu!” jelas Lucas.

“Kenapa kamu baru bilang sekarang?” tanya Mica.

“Karena tadi masih dugaan. Kita baru bisa masti’in kalau udah ada 2 kasus yang sama,” jawab Valen.

Lucas menghela nafasnya. “Kita juga ga ngasih tau supaya kalian ga nyia-nyia’in nyawa kalian. Kalau kalian udah tau kalian ga isa mati disini, kalian pasti semudah itu buat nyerah.”

“Oh, pantes tadi kamu segampang itu ngelepas pegangannya Jevan sama Valen. Pantes kamu segampang itu nyerah buat manjat. Pantes kamy segampang itu ganti’in Jevan kepanah. Sia-sia aku nyelametin kamu cok!” Kini nada Jordan naik. Lelaki itu sudah terlihat dipenuhi emosi.

“Aku ga nyerah sat! Buktinya aku masih berusaha buat naik! Kita emang ga isa mati disini tapi, aku ga ngerti kalau aku nyentuh air itu keadaanku bakal gimana anjeng! Kalau kasus Jevan meskipun aku tau dia ga bakal mati, tapi sakitnya pasti kerasa! Kita berdua baru bisa masti’in apa beneran kita bisa mati disini apa engga barusan!” Lucas ikut terbawa emosi.

“Berarti kasusnya Viona masih dugaan? Dan baru sekarang kalian bukti’in? Kamu kepanah dan isa mati gara-gara tebakanmu tolol!” Jevan membalas perkataan Lucas.

“Ga usah emosi! Sekarang bukan waktunya emosi,” peringat Viona.

“Ah, bangsat!” kesal Jordan lalu pergi dan duduk di area yang cukup jauh dari mereka.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang