♠️23. Berkelana tanpa arah

21 1 0
                                    

Anna menatap tak percaya pada apa yang diceritakan oleh Valen. Ia tak membayangkan sakitnya kaki ketika tertusuk gunting dengan cukup dalam lalu digerus sampai ke bawah. "Tapi, kamu udah bisa lari kan?"

Valen mengangguk. "Waktu kelas 6 SD aku udah bisa jalan normal terus akhirnya waktu aku kelas 9 aku udah bisa lari cuman ga boleh dipaksain aja."

"Terus nasib 3 orang itu gimana?"

"Mereka dikeluarin dari sekolah. Tulang rahang punya Owen penyok sebelah abis gitu mata kanan punya Nicho diambil gara-gara udah rusak parah," jelas Valen.

"Kapok seh. Salahnya sendiri kecil-kecil udah bejat gitu." Anna merasa puas dengan jawaban Valen.

"Sekarang kamu yang cerita waktu itu ayah bilang apa aja," tagih Valen.

"Aku ga seberapa inget seh. Tapi pas itu tau ga syarat apa yang dikasih om Phillip supaya bisa pacaran sama Lucas?" tanya Anna.

"Jadi dokter?" tebak Valen.

Anna tertawa mendengar jawaban Valen. "Bukan. Dia bilang harus setia."

Valen menatap Anna tak percaya. "Sumpah? Ayah bilang gitu?"

Anna mengangguk. "Mangkannya kita putus. Om Phillip bilang kita baru boleh pacaran waktu udah lulus kuliah dan kalau emang kita sama-sama setia pasti setelah lulus kuliah masih bareng. Pokoknya dia bilang gitulah."

"Terus kenapa kamu keliatan takut sama ayah?" heran Valen.

"Siapa sih yang ga takut kalau liat om Phillip?"

Pertanyaan Anna membuat Valen tertawa. "Ga salah sih."

"Lucas sama Om Phillip aslinya saling sayang ga seh? Cuman kek malu-malu aja. Kalau Om Phillip ga sayang Lucas pasti anaknya dibiarin gitu aja."

Valen mengangguk. "Sebenernya ayah sayang Lucas sih. Waktu kita di rumah sakit pas kejadian si trio itu ayah lebih sering ke kasur Lucas tapi pas Lucasnya tidur. Ayah ga mau nunjukin secara langsung ke Lucas dan mungkin itu juga yang bikin Lucas ngerasa ayah ga sayang dia," jelas Valen.

"Mereka kurang komunikasi seh," kesal Anna.

Valen mengangguk menyetujui perkataan Anna. "Bunda sering berusaha bikin komunikasi mereka lancar tapi mungkin setelan pabrik mereka tsundere," candanya yang membuat Anna tertawa.

"Itu diliat-liat Valen sama Anna akrab banget dah. Jangan-jangan Lucas ketikung lagi," curiga Jevan.

"Kok negatif banget gitu pikiranmu?" heran Viona.

"Lho kan cuma nebak," balas Jevan.

"Tapi, kamu sama Cia udah bener-bener ga ada perasaan?" tanya Viona.

Jevan melirik ke arah Viona heran. "Kok kepo giru seh?"

"Biar ada bahan ghibah."

"Ya udah ga ada lah. Udah move on," jawab Jevan.

"Halah palengan pas malem nanti galauin Cia lagi," ejek Viona.

"Engga anjeng. Cia itu udah aku anggep masa lalu yang udah ga isa di apa-apain," jelas Jevan.

"Ah moso?"

"Beneran. Tapi, kamu sama adek kelas kok ga lanjut seh?" Kini giliran Jevan bertanya.

"Ya aku tetep nunggu dia seh tapi tingkahnya dia udah kayak lost interest gitu. Ya udah mau gimana lagi," jawab Viona.

"Kasian rek dianggurin," ledek Jevan.

"Bangsat kon Van," kesal Viona.

Jevan lalu menatap Viona. "Kita sesama sad boy and sad girl harus saling menghibur Vi."

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang