🚩Re-Publish! New Version of Bad Luck [ for Luina ]🚩
❗️50% Different [ updated with additional scenes with deeper conflicts ]❗️
•
"You look so scared, baby. What's going on?"
"Relax, L. We're not here to bite you."
"Come on, Lui. You know there's n...
Regaska buru-buru menangkap tubuh Luina yang merosot sebelum tubuh gadis itu jatuh ke aspal.
Semuanya terjadi begitu cepat. Bahkan Alex dan Zirga yang berada di sebelah Luina pun tidak menyadari pergerakan gadis itu yang tiba-tiba.
Javas menebar senyum kemenangan, sebelum kemudian berlari pergi ke motornya, dan meninggalkan Fourich yang panik melihat Luina yang pingsan karena ulahnya.
"Sial. Ngapain diem aja?! Kejar!" Zirga mengeluarkan perintah pada semua bawahannya yang ia pencar di dalam sirkuit.
"Naa.. Hei, bangun. Please." Regaska mencoba membangunkan Luina dengan mengguncang tubuh gadis itu.
"Fuck!" Teriaknya kala tak mendapati tanda-tanda bahwa gadis itu akan sadar.
"Gue bunuh lo, Javas!!"
Ia masih ingat bagaimana gadis itu yang khawatir akan luka di punggung tangannya yang tak seberapa.
Ardanthe meremas lembut rahang Luina dengan rahang mengeras. Ia jadi mengingat saat dimana gadis itu mengelus rahangnya yang terkena tendangan tadi pagi.
Begitupun Alex yang juga menyaksikan sendiri ketakutan Luina akan perkelahian Regaska dengan Javas. Tangannya mengepal mengingat hal tersebut.
"Bawa Luina ke mobil! Kita pulang sekarang!" Seru Alex mendahului teman-temannya untuk masuk ke bagian kemudi.
Regaska langsung menggendong Luina untuk masuk ke dalam mobil. Diikuti Zirga dan Ardanthe yang juga terlihat kalut.
***
Tampaknya Fourich tidak membawa Luina ke rumah sakit. Mereka justru memilih untuk memanggil dokter pribadi, untuk memberi pengobatan intensif pada gadis itu di rumah.
Satu hari penuh—Luina tidak sadarkan diri akibat dari benturan keras yang dia dapatkan.
Tepat pukul 3 dini hari, dimana Hari Minggu sudah berganti menjadi Hari Senin—Luina yang dibaringkan di kamar Regaska, akhirnya sadar. Gadis itu mengerjapkan mata, kala sinar lampu di atas sana terasa menyorot tajam pada kedua matanya yang baru terbuka.
Setelah penglihatannya mulai jelas, barulah Luina merasakan pening dari kepala belakangnya.
Gadis itu mendesis sakit. Namun tangan kirinya yang hendak ia bawa untuk menyentuh bagian yang sakit, malah terasa ngilu dan berat.
Dia lalu menoleh ke arah kiri untuk mengecek. Dan seketika itu juga dia tertegun ketika menemukan tangan Regaska yang terluka, tengah menggenggam erat tangan kirinya yang diinfus.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.