Bab 18

7.9K 238 7
                                    

Di sebuah ruangan yang begitu gelap, hanya ditemani dengan sebuah lilin terletak di sebuah meja bagian sudut.
Tak banyak barang-barang sana, mungkin itu adalah sebuah ruangan kosong yang tak terpakai.

"Maafin aku ya sayang, aku emang sengaja nyakitin kamu," Ucap seorang laki-laki dengan penuh rasa bersalah namun diiringi kekehen setelahnya.

Laki-laki tersebut, menyendiri berdiri di depan jendela transparan yang mengarah ke halaman, hujan sudah mulai berhenti, hanya tetesan hujan yang turun satu persatu dari genteng.

Ia mengangkat tangannya, terselip satu batang rokok di antara  ruang jari telunjuk dan jari tengahnya, kemudian satu tangannya yang lain menyalakan pematik, membakar ujung tembakau itu.

Matanya menutup, menikmati hirupan rokok, kemudian melepaskan batangan tembakau itu dari bibirnya, mengeluarkan asap yang hanya terbang di udara sampai batas jendela kaca.

"Gue tahu lo marah Al, tapi kalau nggak gini permainannya kurang seru, ini rahasia kita berdua, yang lain nggak boleh tahu termasuk mainan kita," Ucapnya entah pada siapa.

🐷🐷🐷

Peka terhadap pergerakan di dekatnya, mata Nathan langsung terbuka, mata laki-laki itu terlihat sayu dan sedikit memerah.

"Syukurlah kamu udah sadar." Nathan tersenyum sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi Zea.

Ternyata baru satu jam ia tertidur, sekarang sudah jam 3 dini hari.

"Kak Nathan nggak ngasih tahu tante Vania kan?" Tanya Zea.

"Belum, besok pagi aja. Lagian kamu kenapa sih berdiri kayak orang linglung gitu di bawah hujan? Kamu bikin aku khawatir tahu nggak,  bahkan tangan kamu juga  luka, " Ujar Nathan ia juga tak bisa menyembunyikan kekesalannya atas apa yang terjadi, ia kesal karena benar-benar khawatir.

"Kak Nathan marahin aku?" Tanya Zea tak percaya mendengar omelan Nathan.

"Emang aku bisa marah sama kamu?" Kata Nathan mengusap lembut rambut Zea, gadis itu kembali tersenyum.

"Maaf. Maafin Zea ya kak, udah bikin kak Nathan khawatir," Kata Zea tiba-tiba menangis, membuat Nathan di landa panik.

"Kenapa ze? Ada yang sakit? Biar aku panggilin dokter," Kata Nathan beranjak dari duduknya, tapi Zea langsung menahan tangan Nathan seraya menggeleng. Laki-laki itu kembali duduk.

"Cerita apa yang terjadi, sampai kamu bertindak bodoh kayak gitu? Kamu lupa kalau kamu gampang sakit?"

Apa yang tidak diketahui Nathan tentang dirinya, mungkin laki-laki ini lebih mengenal dirinya sendiri dibandingkan si yang punya tubuh.

Jika orang melihat kepedulian Nathan pada Zea, mungkin mereka akan menyimpulkan kalau perhatian Nathan terlalu berlebihan, membuat persepsi kalau laki-laki itu memiliki rasa yang lain untuk Zea, rasa yang dimiliki seorang laki-laki untuk seorang perempuan.

Namun semua itu salah besar, Nathan hanya menganggap Zea hanyalah seorang adik. Terlahir menjadi anak tunggal membuat Nathan kesepian, orang tuanya tak bisa memberinya seorang adik, karena masalah kesehatan.

Ia juga tak mau, jika orang tuanya mengadopsi anak. Suatu ketika Nathan kecil bertemu dengan Zea kecil
Sifat manja, cengeng dan gampang sakit membuat naluri seorang kakak muncul begitu saja, ia ingin melindungi gadis kecil itu, menjaganya, tak membiarkan satu orang pun menyakitinya, menjadi tempat gadis itu bercerita,ia akan menjadi benteng kokoh untuk melindungi seorang Zeana Ananta Kusuma.

Memusuhi setiap orang yang berpotensi merusak kebahagiaan gadis itu, itulah tekadnya. Ia tak peduli orang-orang menganggapnya budak cinta Zea, yang ia lakukan adalah untuk adik kecilnya, adik tercinta, prioritas utamanya.

ANOTHER SIDE (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang