Bab 27

9K 277 13
                                    

Bian terus memperhatikan sila, perempuan itu terlihat lega setelah mengatakan jawaban tentang perasaan yang bian ungkapkan sebelumnya.

Tak terkecuali sila, yang ada di ruangan itu menunggu apa yang dikatakan bian setelah ini.

"Tidur lo, terlalu miring dan mimpi lo terlalu ketinggian, sadar lo itu siapa." Bian memasukkan satu tangan kirinya ke  dalam saku.

"Bian, kamu ngomong apa sih?" tanya sila tak paham, wajah gadis itu mendadak bingung apalagi setelah Bian merebut mikrofon dari tangan sila, setelahnya ia melaju dua langkah ke depan.

"Menurut kalian, siapa perempuan yang tak tahu malu di Gautama. Kalau tebakan kalian bener gue kasih uang cast 1 juta," Ujar bian tiba-tiba mengajukan sebuah kuis, membuat siswa dan siswi di sana bisik-bisik satu sama lain dengan orang di sebelahnya.

Sedangkan sila yang berdiri di belakang bian, mencoba untuk terlihat baik-baik saja gadis itu berusaha menampilkan senyum dan menghampiri bian.

"Bian, kita ngomong di belakang aja ya," ajak gadis itu mencoba menyentuh tangan bian, tapi laki-laki itu malah menghempaskannya begitu kasar, membuat Sila tambah tertekan dengan keadaan.

"Ngomong disini aja, biar semuanya bisa dengar. Kalau gue deketin lo cuma buat Zea cemburu. Mana mungkin gue punya perasaan sama lo," ujar bian mengejutkan sila dan yang lainnya.

"Bian, kamu pasti bohong kan, aku yakin kamu lagi ngeprank aku, kamu sendiri yang bilang kalau kamu cinta sama aku, dan aku nggak mungkin salah memahami perasaan kamu selama ini sama aku bi," jelas Zea napas gadis itu memburu seiring dengan setiap kata yang dikeluarkannya.

"Segitunya lo berharap kalau gue suka sama cewek modelan kayak lo," Gelak tawa bian sambil memegang perutnya seolah ini bagian terlucu yang sayang untuk di lewatkan.

"Sila-sila dari segi manapun nggak ada yang menarik dari lo, kecuali murahan."

"BIAN!!!" teriak Sila marah, wajah gadis itu juga memerah, ia sungguh tak terima dengan kata terakhir di kalimat Bian.

"Lo nggak ada hak buat ngebentak gue, cewek sialan," Desis Bian yang langsung mendorong Sila hingga gadis itu tersungkur ke lantai panggung.

"Lo itu seharusnya bersyukur gue baikin selama ini, beliin lo barang apa yang lo mau, tapi jangan ngelunjak bermimpi jadi cewek gue." lanjut Bian.

Tak ada yang berani menganggu adegan yang tersaji di depan, layaknya drama percintaan namun ini melebihi kenyataan yang sengaja di pertontonkan.

"Kamu nggak bisa memperlakukan aku kayak ini bian," tukas sila mencoba berdiri.

"Kalau lo masih ingin aman di Gautama, jaga sikap lo mulai sekarang," ancam bian menjatuhkan mikrofon.

Laki-laki itu berniat pergi ia harus menemui Zea, ia yakin gadis itu sedang menyendiri dengan penuh tangis sekarang, sebenarnya ia tak berniat membuka kedoknya perihal kepura-puraannya yang menyukai Sila, tapi ia tak menyangka bahwa sila akan  bertindak seperti ini, ternyata dugaannya  pada gadis tak pernah meleset, Pansos melalui dirinya adalah jalan yang tepat untuk Sila agar kelas sosial gadis itu menjadi lebih baik dari yang sekarang.

"Bian, apa lo lupa pertunangan lo sama Zea udah berakhir dan itu semua karena keberengsekan lo," Kata sila kini cara bicara gadis itu tidak selembut sebelumnya.

"Dan apa lo lupa gue siapa? Apa yang gue mau pasti gue dapetin dan itu juga berlaku untuk seorang Zeana Ananta Kusuma," Jawab bian menoleh ke arah Sila sambil menyunggingkan senyum  tipis penuh intimidasi lewat sorot matanya yang dalam dan tajam baru setelahnya ia pergi ke luar dari Auditorium.

ANOTHER SIDE (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang