Bab 19

8.2K 311 14
                                    

Setelah mendapat kabar tentang Zea yang masuk rumah sakit dari Nathan. Vania dan fadli langsung menjenguk gadis itu. Kondisi Zea jauh lebih baik dari kemarin.

"Tan, Zea mau ngomong sesuatu sama tante dan om fadli," Ujar gadis itu ia melirik Nathan, seolah mengerti Nathan keluar dari ruangan Zea beralasan jika ia harus mengurus administrasi gadis itu.

"Kamu mau ngomong tentang bian? Tenang aja nanti kalau dia udah pulang tante marahin, seharusnya dia yang sini jaga kamu," Kata Vania.

Zea meraih tangan Vania, gadis itu tersenyum. Vania juga menatap tangan kiri Zea yang di perban, ia merasa bersalah melihat kondisi gadis itu.

Nathan tidak mengatakan apa yang membuat Zea masuk rumah sakit pada Vania.

"Zea sebelumnya mau minta maaf sama tante dan om fadli, tapi Zea harus menyampaikan ini," Ujar gadis itu masih berpikir bagaimana cara mengatakannya pada kedua orang itu.

Sedangkan Vania sedang menunggu apa yang ingin disampaikan gadis itu, ia merasa tak enak melihat Zea.

"Zea ingin membatalkan pertunangan Zea dengan kak bian," Ucap gadis itu dengan satu kali tarikan napas.

"Zea harap, tante dan om fadli bisa menerima keputusan Zea," Lanjut Zea.

"Tunggu-tunggu, tente nggak ngerti maksud kamu ze," Ujar Vania ia seolah-olah ngeblank untuk sesaat.

"Hubungan pertunangan Zea dan kak bian nggak mungkin berlanjut tan, selama ini kak bian kesiksa dengan hubungan satu pihak ini, Zea udah dengar semuanya saat kak Nathan nganterin zea pulang ketika zea ulang tahun," Kata zea mengingat saat bian adu mulut dengan mamanya.

"Ze, tante ngerti perasaan kamu, cuma tante harap kamu masih bisa bertahan menghadapi sikap bian, cepat atau lambat bian akan ngerti sama perasaan kamu, ok,"  bujuk vania.

"Enggak Tan, Zea nggak bisa. Perempuan yang diharapkan kak bian itu bukan zea. Zea  mulai sekarang harus menerima kenyataan itu, Zea enggak mau egois, kak bian berhak menentukan pilihannya sendiri," Jawab gadis itu berusaha tegar.

"Zea harap tante dan om fadli bisa mendukung keputusan Zea, dan jangan salahin kak bian soal masalah ini," Pinta gadis itu mengusap lembut tangan vania.

Vania terdiam sejenak, ia menatap fadli yang berdiri di sampingnya, suaminya itu mengangguk, memberikan jawaban untuk menerima keputusan Zea, ia juga mengusap kedua bahu istrinya agar vania tak menolak permintaan gadis itu.

"Kalau itu keputusan kamu, tante akan terima, atas nama bian tante mau minta maaf sama kamu ze," Ucap vania bersungguh-sungguh, ia kehilangan kesempatan menjadikan Zea menantunya padahal ia sudah berharap kalau cuma Zea lah yang pantas menjadi menantu keluarga Wijaya.

"Zea akan pulang ke rumah hari ini," Kata gadis itu.

"Iyaa, kamu harus istirahat nanti tante minta bik surti buat jus dan makanan kesukaan kamu," Kata vania.

"Maksud Zea, bukan ke rumah tante, tapi ke rumah Zea," Jawab gadis itu menjelaskan.

Belum cukup menerima satu kabar, sekarang vania mendengar kabar lain dari Zea.

"Kamu pasti marahkan sama tante, makanya mau pindah, iya kan ze? Kamu kurang nyaman apa dirumah tante, biar tante perbaiki," Ucap vania antusias ia sudah terlanjur nyaman ada teman cerita di rumah karena kehadiran Zea  selama kurang lebih 3 bulan belakang ini.

"Zea cuma kangen rumah tan, lagian nggak ada alasan yang tepat lagi buat Zea tinggal di rumah  tante, bentar lagi mama sama papa juga mau pulang," Jawab gadis itu ceria.

"Yaudah, kalau itu buat kamu nyaman, tapi jangan cuekin tante ya, kamu juga harus jengukin tante ke rumah," Kata vania.

"Siap kapten," Jawab gadis itu yang langsung di peluk oleh vania.

ANOTHER SIDE (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang