Kenzolia✓

1K 66 25
                                    

happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading!

part ini memuat adegan yang dapat menimbulkan trauma. harap bijak memilih bacaan.




-kenzolia-


Markzion menatap Lilia iba. Dimata teduhnya terlihat sebuah penderitaan. Markzion tahu itu. Karena dialah yang membuatnya menderita. "Kau tahu, Lilia? Andai saja kau bukan terlahir dari darah daging Arkana family mungkin saja aku akan menyayangimu sepenuh hati sebagai sosok yang dicintai oleh putraku. Namun, aku terpaksa melakukan ini."

"Kau adalah sumber dari kebahagiaan sekaligus kesakitan dari orang-orang itu."

Lilia tidak perduli pada rasa sakit disekujur tubuhnya yang melebam dan luka. Meski tak bisa melawan dengan kondisi yang kurang memungkinkan, Lilia tetap menatapnya dengan sorotan tajam tak gentar sedikitpun. Bukankah dia sudah dihadapkan pada situasi yang lebih mengerikan daripada saat-saat ini?

Bahkan, dia sudah merasakan kematian.

Dia mengingat setiap wajah yang mencambuknya tiada henti. Orang-orang yang menyebabkan kematian Nirli pada hari kecelakaan itu.

Flashback on.

Atlas meraih tangan Nirli. Cowok itu mengerutkan dahinya.

"Mau kemana lo jam segini?"

"Ya pulang, lah? Papi nyariin gue kalau gue gak pulang sekarang"

"Oh. Yaudah. Hati-hati."

Nirli melangkah dengan suasana yang jengkel. Bagaimana bisa cowok itu membiarkannya pergi sendirian ditengah malam seperti ini?

Bobi melangkah mendekati Atlas kelang lima menit kepergian Nirli.

"Nirli mana?"

"Udah balik."

"Hah? Bawa motor?"

"Dijemput, katanya."

"Terus orangnya mana sekarang??"

Seanno menyela. "Udah balik Bob. Lo gak dengar?"

Bobi mengacak rambutnya. "Balik gimana maksud kalian? Orang jemputannya baru aja tiba tuh, di depan."

Semua mata menengadah sosok Bobi.

KENZOLIA [ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang