Kenzolia

926 45 38
                                    

Diatas gedung biru itu Arkana berdiri memegangi senapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diatas gedung biru itu Arkana berdiri memegangi senapannya. Dia tersenyum pada Kenzo yang menampakkan ekspresi cemas campur keresahannya. Dia tahu betul bahwa yang sedang menguasai pikiran pria itu adalah putrinya sendiri yang baru saja berhasil terkena tembakan.

"Apa yang brengsek itu lakukan?!" Teriak Zeyden

Zerix ikut tersenyum smirk, "lelaki brengsek memang selalu berumur panjang."

"Ngomong apa lo? Brengsek ya brengsek aja! Gak usah di campur sama umur biar usianya makin pendek. Secara gak sadar ucapan lo itu memberikan keselamatan buat dia." Potong Letto

"Ya gakpapa lah, ya, itung-itung dapat pahala?"

Zegan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ditengah situasi genting seperti ini mereka masih sempat-sempatnya memperdebatkan hal tak berguna seperti itu. Zegan jadi penasaran. Ini perang sungguhan atau mimpi?

Tirta menginterupsi anak-anak Artheiro untuk maju.

"Jangan gegabah."Ucap Zeyden menghentikan mereka. "Bisa jadi, dengan penuh emosional, lo pada gak bakal kembali setelah masuk kedalam sana. Kita gak tau apa yang ada disana. Gunakan akal sehat lo semua sebelum bertindak."Jelasnya memperingati.

"Keputusan ada ditangan kalian berdua,"ujar Atlas melirik Tirta dan Kenzo bergantian.

•••||•••||•••

"Zil. Lo liat kan?"

"Liat apa sih, Yo? Udah deh, lo gak usah asal ngomong gak jelas gitu, deh, Yo. Fokus aja nyetir! Kita harus sampai dirumah sakit sebelum terlambat! Pendarahannya banyak banget, lo tau?!"

Trio mengigit bibirnya.

Dia menatap Lilia dari kaca spion mobilnya, mungkin, hanya pikirannya saja.

"Sosok yang gue liat dibalik pohon waktu itu, dia mirip banget sama lo."

"Gila lo! Jangan bikin gue merinding. Gue gak punya kembaran, bodoh! Ngaco nih anak?"

"Gue serius."Jawab Trio. "Memang bukan kembaran lo, Zil, tapi dia adalah orang yang memang pengen menyerupai wajah lo."

"W-What?!"

"Dan dia lagi ngikutin kita di belakang."

Zilvi langsung menolehkan kepalanya kebelakang. Di detik itu juga peluru pistol menembus kaca bagian belakang. Zilvi gemetaran tak berani menoleh kedepan lagi karena dibelakang sana sebuah mobil sudah berhenti dan salah satu penumpangnya telah tertembak dikepala.

KENZOLIA [ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang