pecah pisah (part 1)

0 0 0
                                    

Bahkan untuk berkata "yasudahlah" saja aku sudah bosan, harus bergerak dengan cara dan gaya bagaimana lagi kalau sudah di posisi ini?

Sebenarnya tidak ada batas untuk sebuah kesabaran, tapi untuk hal ini aku kecualikan.

Bagiku menyerah itu lebih baik daripada putus asa kan?

Semoga orang lain meng-amini teoriku tadi.

Sekali lagi aku katakan untuk hal ini aku kecualikan karena ini masalah hati dan harga diri. Maka aku menyerah dari rasa sabar yang lama aku tahan.

Tania,

Aku harus minta maaf padamu, karena kepribadianku yang dulu sudah beda dengan yg sekarang, bahkan rasa sudah tidak sama lagi.

Jika boleh aku misal-kan, ketangguhanku dulu seperti ranting kering dan sekarang sudah beda lagi.
Aku yang sekarang adalah paku tua tajam berkarat yang siap merusak tubuh siapapun yang aku tusuk dan tidak aku sukai.

Sedikit berlebihan mungkin, tapi akan aku buktikan ketidaksabaranku ini.
Padamu.
Tania,

" sudah kamu siapkan semua barang yang kakek perintahkan, nak?"

" sudah mbah".
Ucapkan penuh tunduk didepan mbah sewu di tengah malam satu waktu.

" ini ada foto, rambut, dan kain yang pernah dia pakai, mbah".
Lanjutku sembari memberikan bungkusan kain batik milih tania yang aku dapatkan dengan caraku sendiri beberapa waktu lalu.

" baik, apa yang kamu mau dari ini semua nak?".

" aku hanya ingin dia seperti dulu lagi mbah, lebih peduliin aku, bukan orang baru itu"

" orang baru siapa maksudmu?"
Selidik mbah sewu mengernyitkan dahi.

" Nilam, mbah, dia sepupuku sendiri. Tania tiba-tiba berubah sejak mengenal Nilam"

" aku sudah lama niat mendekati Tania mbah, menurutku dia sudah sedikit luluh dengan caraku selama ini, tapi Nilam tiba-tiba hadir".

Suasana seketika hening, mbah sewu menatap tajam ke arahku,
Bola matanya seakan mau keluar, tangannya bergetar namun badannya kaku. Entah ada apa.

" sebaiknya kamu pergi dari sini, dan jangan kembali lagi"
Mbah sewu tiba-tiba mengusirku tanpa aba-aba.

"Maksudnya mbah?"

"PERGIIII"

"ba..  baik mbah"
Aku perlahan bangkit dan hendak berdiri.

namun sepersekian detik justru mbah sewu menahanku untuk tetap duduk dan melarangku bergerak, tangannya memegang pundakku, aku bingung.

Perlahan mbah sewu berbisik.

"Bukan kamu nak, tapi sosok di belakangmu".

BERSAMBUNG .....

"SHADOW" Dia selalu disiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang