catoptrophobia

5 1 0
                                    

sungguh hari yang sangat melelahkan.

malam itu..

dibalik cermin tempat biasa berdandan, dia menyisir rambut lurusnya yang jika dibiarkan terurai akan menyentuh punggung. beberapa hari ini dia sibuk diluar, kesana kemari mempromosikan produk tempat dia bekerja dibawah sinar matahari . rambutnya agak kusut dan terkesan kurang terawat. ini pasti akibat sinar matahari.

"eh loh loh loh"

merasa tidak percaya, dia tatap cermin dengan tatapan tajam, ada yang aneh.

"kok ada uban? parah !!!"

diumurnya yang masih remaja ini, dia tak percaya ada uban tumbuh disela rambutnya yang suah lama dia rawat dengan baik. sangat tidak mungkin jika uban itu ada hanya karena terkena sinar matahari beberapa hari ini. masa iya ?, tapi uban itu benar-benar ada dan tidak hanya sehelai, ada lebih dari 5 helai jika dia hitung dalam pikirannya.

segera mungkin dia bergegas ke kamar mandi dan membersihkan seluruh badan yang seharian ini dia biarkan terbakar dibawah sinar matahari. pekerjaan menuntutnya seperti itu. uban itu membuatnya sadar jika selama ini dia tidak begitu memperhatikan penampilan. tapi,  masa iya separah itu?. pikirannya berkecamuk.

untuk sementara ini mungkin lebih baik menyegarkan tubuh terlebih dahulu, mungkin syaraf-syarafnya butuh untuk di tenangkan dengan air hangat malam itu. ya, air hangat.

sambil membiarkan air shower  membasahi seluruh tubuhnya, dia coba sesekali melihat ke arah cermin kamar mandi, sesekali dia menguraikan rambutnya kedepan wajah. warnanya hitam pekat rata dan tak terlihat uban sehelaipun, dia coba cari-cari lagi dan tetap tidak ada sehelaipun uban. lebih dekat ke arah cermin dia lebih memantapkan lagi hatinya. dia coba acak-acak rambutnya dan sekali lagi tidak ada uban yang terlihat. rambutnya lurus rapi dengan warna yang sangat seirama, hitam pekat.

" haha ... apa aku bilang Rin? tadi itu cuma perasaan kamu doang, kamu itu masih muda, cantik dan akan awet muda, masa umur 23 udah ubanan?"

dia coba mantapkan hati dengan mencoba berdialog dengan bayangannya sendiri dibalik cermin. walalupun ada rasa ragu sebab uban itu terlihat begitu jelas sebelumnya.

" iingat ya Ririn yang cantik, kamu itu tidak boleh percaya pada hal mistis, semua itu hanyalah cerita kosong yang tak terbukti"

dia masih saja berbicara dengan bayangannya sendiri.

"setelah bersih-bersih kamu harus istirahat yang cukup ya cantik ! besok masih banyak produk yang harus kamu promosikan"

"TING TONG TING TONG"

" wah sudah jam 21.00, harus cepat-cepat nih"

jam 21.20, Ririn sudah membaringkan badannya di ranjang tatapannya lurus ke langit-langit kamar, otaknya masih dibayangi tentang apa yang dia lihat dibalik cermin tadi, uban itu benar-benar nyata terlihat. 

tak lama dia bangkit mendekati cermin, dia ingin meyakinkan hati dan ingin segera tidur tanpa terus dibayangi apapun.

dia arahkan pandangannya ke arah cermin perlahan, tangannya gemetar tiba-tiba. ada apa ini?

"dug..."

betapa terkejutnya dia setelah melihat kedepan cermin, yang dia lihat bukanlah dirinya, melainkan sosok nenek tua kurus, keriput dan pucat. seluruh rambutnya putih, bola matanya hitam kecil dan ada luka bakar di pipi kanannya.

Ririn tak bisa berkata apa-apa, mulutnya terkunci, tubuhnya kaku sekaku-kakunya. 

sejurus kemudian tubuhnya tumbang ke lantai, pandangannya kabur, blur, buram lalu gelap.

dia pingsan.

Ririn mencoba  membuka matanya perlahan, hari sudah pagi, dan tubuhnya masih tergeletak di lantai, tangannya menggenggam segumpal uban.

"SHADOW" Dia selalu disiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang