aisyah

2 0 0
                                    


#part1

Tak ada sesuatu yang menandingi keindahan minggu pagi ini, Bunda memasak sarapan pagi untuk kami di dapur, papa menemani ku duduk di sofa sambil menonton acara weekend keluarga. Kak Sum memainkan Androidnya disamping kami,



dia terlihat sibuk main game tak menghiraukan tatapan kami yang sesekali membidik ketika dia tiba-tiba tertawa sendiri entah karena sedang menang main game atau apalah, intinya dia terlihat sangat menikmati pagi akhir pekan ini.
Minggu 02 Maret 2015.



Dengan suara lirih Aisyah membaca tulisan di buku diary nya yang sengaja dia tulis beberapa tahun lalu.


Buku kecil bersampul gambar karakter Hello Kitty itu masih terjaga dengan baik, hanya saja warna yang dulu nya Pink terang, kini sedikit kusam karena dijilat zaman.



Dia hadapkan wajah imutnya ke langit senja dibalik jendela, tampak wajah sang bunda tersenyum pasi minta dipeluk, Aisyah mencoba membalas senyum itu, anak itu rindu.




"tok,,tok,,tok,," ada yang mengetuk pintu kamar Aisyah.



"Aisyah, papa pulang, nak"



Masih dengan tatapan kosong meraba senyum sang bunda di indahnya senja, Aisyah enggan merespon panggilan Ayahnya.



Dia merindukan sosok yang telah lama meninggalkannya, Fatma Ayumi, bunda tercinta.



Sang ayah tiba-tiba sudah di belakangnya memandang putrinya termenung menatap tenggelamnya fajar seorang diri.




Ada sedikit butir air mata yang hendak menetes tapi tertahan.




"nak, Aisyah, ayah pulang. Aisyah kok bengong?" mencoba membangunkan lamunan putrinya dengan pelan didepan pintu.




Aisyah masih menulis



Dia masih merindukan suasana indah beberapa tahun yang lalu, masa dimana Sumi sebagai kakak satu-satunya sering membantunya mengerjakan PR diwaktu senja seperti ini.




Tapi semenjak sang ibu meninggal, orang yang biasa dia panggil kak Sum itu kabur dari rumah entah kemana dia tak ingat.


yang dia ingat bahwa ayahnya sudah mengusir kak Sum dari rumah, dan sampai saat ini dia belum tahu alasannya. Waktu itu umurnya masih sangat muda, 11 tahun.




"Aisyah, ayo kebawah, sudah hampir malam gak baik menyendiri"



Akhirnya Aisyah terketuk, dia palingkan wajahnya ke arah sumber suara, tampak 2 orang yang berdiri di depan pintu, Sang ayah dan 1 orang perempuan berpakaian ketat.



Ingin sekali Aisyah membunuh wanita itu, tapi dia masih kecil.



Masih dengan senja dibalik jendela kamar Aisyah, tidak lama lagi gelap menyelimuti bumi pertiwi.

Tidak lama lagi rutinitas membosankan itu kembali harus dijalani Aisyah bersama orang yang itu-itu saja, entah kapan berakhir dan kiamat.

"Kok pandangan Aisyah gitu sama Bunda?"



Aneh, senyum wanita itu semakin lama semakin membuat hatinya memanas.
Amarahnya semakin tidak berarah dan ingin sekali dia berteriak "KAMU SIAPA? KAMU BUKAN BUNDA KU, PERGI SANA, KELUAR DARI KAMARKU,"

Tapi bukankah Bundanya dulu tidak pernah mengajari dia melawan orang yang lebih tua, baiklah, diam saja lah. Pikir Aisyah kecil.



"Ayah, Aisyah ingin jalan-jalan, boleh?" Dial mulai bersuara, pelan.


"Boleh dong." timpal wanita itu.


Ahhh, kenapa harus wanita itu yang menjawab?
Dasar aneh.



"Aisyah mau jalan-jalan kemana? Nanti habis makan malam saja jalan-jalan ya, sekarang kita makan dulu dibawah," sambung ayah.



"Aisyah hanya ingin jalan-jalan sama ayah" ucapnya tanpa memperhatikan wanita itu.





Mendengar ucapan Aisyah, wanita itu memperlihatkan wajah penuh amarah yang tertahan.





Tanpa komando, wanita itu lalu meninggalkan mereka berdua dan berbegas keluar kamar dengan penuh kebencian, ada sedikit rasa lega dihati Aisyah melihat kejadian itu.


Wanita tak beradab itu setidaknya tidak ada dalam pandangannya waktu itu.




Sementara,



Dua pasang mata itu saling tatap, diluar gelap mulai menutup pandangan sekitar, samar-samar bintang terlihat dilangit kelabu, dan Aisyah masih saja menatap mata ayahnya penuh harap.
Tatapannya sendu.






Pria itu lalu menghampiri Aisyah dan tetap menahan butir air mata yang sedari tadi hendak jatuh, entah kenapa dirinya merasa lemah saat sepasang mata kecil itu memandang ke arahnya, sepasang mata yang meminta untuk di mengerti maksudnya.


Sepasang mata yang ingin selalu diperhatikan kegundahannya.




"Maafkan ayah, Aisyah." ucapnya memecah keheningan.



"Aisyah kangen bunda, Yah. Aisyah kangen kakak. Kakak dimana?" rengeknya pelan.





Dipeluknya Aisyah penuh sesal. Tanpa sepengetahuan Aisyah butir air mata itu telah mengalir melewati pipi.



" Maafkan ayah sayang, kakak Sum baik kok, dia hanya lagi sibuk dengan pekerjaannya diluar, nanti kakak akan pulang untuk menemui Aisyah, jangan hawatir, ya" jawabnya berbohong.





"kok ayah tahu kakak baik-baik saja? Sekarang dia dimana,Yah? Aisyah ingin ketemu kakak" pintanya dengan tatapan yang lebih membuat sang ayah kaku dalam senyum haru.





" Sekarang Aisyah makan dulu, nanti kita jalan-jalan, Aisyah mau kemana?




"Aisyah mau ke makam bunda, yah"

"SHADOW" Dia selalu disiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang