sore hari

8 1 0
                                    

"Anggap saja semua ini hanyalah hiburan semata, mama sama papa selalu tengkar di ruang tamu karena hal kecil, Dedi, adik bungsuku belum juga pulang sore ini, entah masih ngumpul dimana tapi yang jelas seharusnya bel pulang sekolah sudah bebunyi dan membubarkan isi kelas jam 13.30 tadi" suara hati Rena berkicau sendiri.

Sore menjelang malam
Matahari sudah lelah menyinari
Hanya tersisa hamparan sinar orange di ujung bumi barat di balik pepohonan. Dia bisa melihatnya dari jendela kamarnya, sore yang tak bersahabat.

Di lantai dasar, suara bising adu mulut mama dan papanya masih saja menggema, sangat mengganggu tapi dia juga tidak tahu cara menengahi, jadi biarkan saja, nanti juga mereka akan bosan.

Tapi jangan sampai Dedi ketahuan pulang telat saat mereka tengah emosi begitu, apalagi ada bau minuman keras dari mulut Dedi, itu pemisalan saja. Tapi tidak menutup kemungkinan semua itu terjadi. Dia tahu watak adiknya itu, kalau sudah pulangnya telat, sudah barang tentu dia masih nongkrong di rumah Bito, teman sekelasnya yang terkenal super duper nakal, kerjaannya hanya minum. Reni tahu semuanya. Hanya saja dia tidak tega melaporkan semua itu kepada mama papanya.

Di luar rumah terlihat matahari semakin menunjukkan kepulangannya, kini gelap mulai menyapa suasana taman rumah Reni.
Lalu samar-samar dia melihat sesuatu yang janggal di taman, dari kejauhan dia melihat seperti ada yang tengah duduk di kursi taman, dia mendekati jendela untuk lebih bisa melihat dengan jelas.

Reni menyipitkan matanya, mempertajam penglihatan. Masih terlihat samar-samar.

Sosok itu lalu terjatuh dari kursi, tergeletak tak berdaya.

Reni terkaget saat melihat sosok itu kemudian bangkit lagi dan terbang dengan sangat cepat dan hinggap di jendela kamar tepat di hadapannya kini.

Reni spontan mendorong badannya ke belakang, terpental dan...

"dugggg...."

Kepalanya membentur meja.

Masih dalam setengah ingatannya, sosok itu jelas terlihat di jendela,
Seekor burung hitam besar dengan mata merah bersinar memandang tajam.

Kepalanya terasa berat dan pusing,
Mulutnya terkunci.

Burung itu terus sajaembidik pandangannya ke arah mata Reni,

"to..to..tolong"

"brakk"

Pintu kamar terbuka.

"Reni...nak... Kamu kenapa?"

"ini semua salah mu Pa,, untuk apa kamu mengurung Reni di kamar?" ucap mamanya sambil menunjuk ke arah seseorang yang kini merangkulnya.

" Nak,, kamu gak papa kan? Ini papa, bangun Reni.."

Burung itu tiba-tiba hilang dari pandangan Reni.

" jangan suka melamun di waktu sore begini Reni, bahaya."

" ini gara-gara kamu pa, sekarang kita bawa Reni ke rumah sakit, kepalanya berdarah"

"SHADOW" Dia selalu disiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang