16.Masalah

13 6 0
                                    

Ayra melajukan motornya dengan kecepatan tinggi,berulang kali menyalip banyak kendaraan di jalan raya yang masih padat padatnya.hampir setengah jam akhirnya Ayra tiba di pekarangan rumah nya.ia segera membuka helmnya lalu turun dari motornya setelah menyugar rambutnya.ia mendapati mobil papanya yang sudah ada berada di pekarangan rumah.ia mengatur pernafasan nya lalu mulai melangkah menuju teras rumah,saat ia ingin membuka pintu rumah tiba tiba pergerakan nya terhenti,ia beralih menatap pantulan dirinya dari kaca jendela yang berada tepat disebelah pintu masuk.disana ia mendapati wajahnya yang terdapat banyak luka lebam,bahkan ada sedikit darah di ujung bibir dan sudut mata kirinya.disana juga terlihat penampilan nya yang terlihat urak urakan.

Namun tak ada pilihan lain,ia memang harus menghadapi nya,toh di dalam ada kedua kakaknya yang pasti akan membelanya.akhirnya perlahan Ayra membuka pintu rumah itu lalu memberanikan dirinya untuk masuk dan langsung mendapati papanya yang sedang duduk di sofa dengan segelas kopi di tangan kirinya dan sedang dipijitin oleh selfyi,sedangkan Ari baru saja turun dari lantai atas dan sekarang sedang berpijak pada tangga kelima dari bawah.

"Dari mana saja kamu?!"tegas Hendra dengan tatapan nya yang tajam.

Ayra hanya diam tak menjawab pertanyaan dari papanya.akhirnya Hendra bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati putri bungsunya itu.

"Tawuran dimana hah?!!!"senggak Hendra yang membuat Ayra terlonjak kaget bahkan matanya berlinang air mata.

"Mau sok hebat iya?!!!"sentak Hendra lagi.

"Mau sok jagoan kamu?!!!"senggak nya lagi.

"Mau kamu apa hah?!!..."bentak Hendra yang mendangakkan dagu Ayra untuk menatapnya.

"Pa..pa...pa.."cegah selfyi yang menyentuh lengan papanya.

"Coba kamu pikir apa kata orang orang di luar sana... seorang anak perempuan dari keluarga zalvanka berkeliaran di malam hari,bahkan tawuran"senggak Hendra yang menghempaskan dagu Ayra.

"Buat malu kamu!"

"Harusnya papa yang malu karena selalu bentak Ayra,marahin Ayra,mukul Ayra...papa nggak mikir apa gimana perasaan mama diatas sana....pa...."

Plakkkk

Tamparan itu menghentikan ucapan Ayra.

"Papa"kejut selfyi dan Ari.

"Mau jadi anak durhaka kamu hah?!"ucap Hendra yang menjambak rambut Ayra .

"Papa cukup!!!!"tegas Ari.

Plakkkk

Hendra melemparkan gelas berisi kopi yang ada di tangan nya hingga gelas itu pecah tepat di hadapan Ari.

"Diam"peringat Hendra.

"Pa..pa...udah paa...Ayra darah daging papa..."ucap selfyi yang berusaha melerai.

"Jangan halangi papa selfyi "ucap Hendra selembut mungkin.

Di ujung ucapan Hendra terdengar suara kekehan remeh dari bibir manis Ayra.

"Jangan halangi papa selfyi "ulang Ayra yang meniru ucapan papanya dengan nada yang di lembut lembutkan.

"Lembut banget ya pa..."ucap Ayra menusuk.

"Sekarang Ayra mau tanya sama papa...kenapa sih Ayra selalu salah di mata papa?..papa selalu bentak Ayra,papa tampar Ayra,Jambak Ayra...tapi papa selalu bisa lembut ke kak selfyi sama kak Ari,seemosi apapun papa..."

"Kenapa pa?...kak selfyi juga sering keluar malem,bahkan pernah sampe nggak pulang...nggak papa tuh sama papa,cuman di tanyain dari mana nak?...sakit loh pa....papa nggak adil ke Ayra..."penuturan Ayra begitu menusuk untuk di dengar.

Abroorcandy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang