Teman Baik - Alasan

7 0 0
                                    

Aku terdiam sesaat. Sejujurnya alasanku ini cukup tidak masuk akal, namun tidak ada salahnya aku mengungkapkannya kepada Malaikat Penjaga. Lagipula, aku sudah mati. Tidak ada yang tahu akan apa yang terjadi di alam selanjutnya, mungkin ini kesempatan terakhir aku bisa berbicara dengan seseorang dan mengeluarkan seluruh keluh kesah dari dalam hatiku.

"Aku hanya merasa bahwa aku tidak punya tujuan dalam hidup."

"Tujuan? Bisakah kau menjelaskan lebih lanjut?"

Aku menghela napas yang agak panjang sebelum melanjutkan pembicaraan ini.

"Aku hanya bingung dengan segala hal yang ada di dalam kehidupan. Selama ini, kegiatanku hanyalah bekerja untuk mencari uang, namun uang tersebut pun hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan, tempat tinggal dan yang lainnya."

Malaikat Penjaga terdiam sesaat sebelum selanjutnya berkomentar.

"Kau tidak salah di poin itu. Aku terka kau merasa hidupku terasa datar?"

Aku tertawa kecil.

"Betul. Aku merasa bahwa tidak ada satupun hal yang menyenangkan di dalam hidupku. Mungkin hanya dariku yang belum berusaha cukup keras, namun aku merasa sudah melakukan yang terbaik."

"Memang apa yang sudah kau lakukan?"

Aku menghela napas kembali.

"Entahlah. Aku memang memiliki masalah dengan kecemasan sosial. Aku sudah berusaha untuk terbuka dengan siapapun, namun tetap saja rasa takut dan cemas menghalangi dan menggangguku, terutama di kantor."

"Kantor?"

"Betuk, kantor tempat aku bekerja. Aku merasa tidak ada yang suka denganku di sana. Banyak karyawan yang lebih nyaman apabila aku tidak ada."

Malaikat Penjaga terdiam sesaat.

"Itulah alasanku mengapa aku tidak menjawab secara langsung pertanyaan yang ditanyakan oleh Malaikat Pencabut Nyawa tadi. Manusia normal pastinya akan langsung menjawab dengan cepat dan tegas bahwa mereka tidak ingin mati, namun untuk diriku..."

Aku terdiam sesaat sebelum melanjutkan.

"Entah kenapa aku merasa dunia tidak akan banyak berubah, baik aku masih ada ataupun tidak ada."

Mendengar pernyataan tersebut, Malaikat Penjaga tertawa kecil.

"Aku tidak bisa berbohong dengan berkata bahwa aku tidak setuju denganmu, Aksara."

Mataku melebar sedikit dan menatap Malaikat Penjaga walaupun wajahnya transparan.

"Benarkah?"

"Betul. Lebih tepatnya, aku tidak bisa memutuskan untuk setuju ataupun tidak setuju denganmu."

Aku memiringkan kepalaku sedikit, bingung dengan pernyataannya.

"Mengapa seperti itu?"

"Aku hanyalah seorang malaikat. Aku tidak dibentuk untuk memiliki emosi seperti Tuhan membentuk manusia. Selama menjaga di perbatasan ini, aku selalu menemukan berbagai macam ragam manusia memaknai kehidupan mereka. Semuanya mengutarakan pendapat yang berbeda dan unik, termasuk dirimu."

"Aku?"

Ia tertawa sedikit.

"Betul, Aksara. Kau pun memiliki pendapat yang unik terkait bagaimana kau memaknai kehidupan. Namun, ada satu hal yang aku temukan sama antara kau dengan manusia-manusia lain yang mungkin hilang arah atau tersesat sepertimu."

"Apa hal tersebut?"

Ia terdiam sesaat sebelum selanjutnya berbicara kembali.

"Kau belum menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya."

"Makna kehidupan yang sesungguhnya? Apa maksudmu?"

"Dari apa yang aku tangkap dari alasanmu, hidupmu datar, hanya bekerja dan sebagainya, itu hanyalah fungsi dasar dari kehidupan. Manusia memang sewajarnya hidup untuk bekerja atau sekolah dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun, sesungguhnya kehidupan bagi manusia lebih dari itu."

"Apa maksudmu dengan lebih dari itu? Bukankah memang manusia hanya bekerja untuk mendapatkan uang untuk makan?"

Malaikat Penjaga tertawa kecil.

"Betul. Kau tidak salah, namun ingatlah bahwa Tuhan membentuk manusia spesial. Kau dan manusia lainnya memiliki emosi dan hati. Apabila manusia hanya bekerja dan makan, kalian semua tidak ada bedanya dengan hewan. Lantas kenapa manusia diciptakan dengan emosi dan hati?"

Aku terdiam sesaat mendengar pernyataan tersebut. Memang betul, apabila manusia hanya hidup untuk bekerja dan makan, kami tidak ada bedanya dengan hewan atau bahkan tumbuhan.

"Lantas, apa yang seharusnya manusia lakukan?"

Malaikat Penjaga terdiam sejenak, sebelum selanjutnya menjawab.

"Carilah tujuan. Tujuan mengapa kau hidup dan untuk apa kau hidup."

#30DWC

#30DWCJilid46

#Day29

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang