Siaran langsung Kimi to AinaNIGHT hari ini telah selesai. Meskipun telah terjadi sesuatu di luar dugaan, setidaknya acara tersebut dapat berjalan hingga akhir dengan cukup baik.
"Riku, kau tidak apa-apa?" Yamato bergegas mendekat ke arah Riku begitu acara usai. Dari balik kacamatanya, pandangan cemas sang leader begitu kentara.
"Un." Riku menjawab singkat.
"Apa ada yang sakit? Kenapa kau tadi tiba-tiba diam?" Iori ikut bertanya.
"Un." Lagi-lagi Riku hanya bergumam tak jelas tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Itu tidak menjawab apapun!
Iori ingin bertanya lebih banyak tapi urung. Pandangannya lekat memperhatikan sang center yang tampak syok. Mendesak Nanase-san saat ini bukan keputusan yang bagus. Nanase-san bahkan tak mengucapkan apapun sejak siaran berakhir..
Tentu saja partner sub-unitnya itu bingung.
"Otsukaresama, minna-san," Tsumugi datang menghampiri ke-7 idol. Perhatiannya lebih dulu diberikan kepada Riku. "Riku-san, apa kau baik-baik saja?"
Riku tidak ada masalah dengan kehadiran Tsumugi, tapi beberapa staf yang entah kenapa juga ikut di belakangnya membuat pemuda itu merasa risih hingga nafasnya mulai terasa pendek.
Pemuda berambut crimson itu menggeleng. "Jangan," ucapnya dengan suara rendah. Ia mengangkat salah satu tangannya, "Tolong jangan tanya apapun."
Tsumugi menggigit bibir. Ia mengerti sesuatu yang aneh sedang terjadi, tapi ia memilih untuk menghormati permintaan member grup asuhannya itu. "Haik.. Kalau begitu Riku-san, mari kita kembali ke dorm dan segera beristirahat." Ia mengusap lengan Riku dan menuntun pemuda itu untuk meninggalkan ruangan.
Malam itu, atmosfer di sana terasa tegang. Semuanya saling bertatapan cemas, menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu Riku tapi mereka tidak berkomentar lagi. Semuanya sepakat untuk memberikan ruang bagi sang center untuk menenangkan diri. Tsumugi dan ketujuh pemuda di sana pun meninggalkan ruang studio.
Malam itu meninggalkan tanda tanya besar yang tidak terjawab mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada Riku.
----
Keesokan harinya.
Riku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Di dalam ruangan berdinding putih, Riku duduk dengan gugup. Sorot matanya ragu-ragu memperhatikan dokter di hadapannya yang sibuk menulis sesuatu pada dokumen rekam medis sang center Idolish7 itu. Suasana ruangan terasa hening, hanya terdengar gemerisik kertas yang tergores pena. Riku memain-mainkan tangannya untuk mengusir gelisahnya selagi bertanya-tanya dalam hati kondisi tubuhnya sudah seburuk apa.
"Kau perlu lebih memperhatikan kondisi tubuhmu, Nanase-san."
Riku menghentikan gerakan tangannya saat pria di depannya bersuara. Ia mulai memusatkan fokusnya pada ucapan sang dokter.
"Nanase-san pasti juga sudah mengetahuinya. Aktivitas fisik yang berlebihan bisa memicu serangan asma untuk kambuh. Dan sepertinya, kegiatanmu semakin padat sehingga tubuhmu terlalu terbebani," papar sang dokter. Suaranya lembut namun tegas, "Tolong diskusikan secara serius dengan manajermu dan jika memungkinkan, tolong kurangi jadwal kegiatanmu hingga kau benar-benar pulih. Tolong jangan terlalu memaksakan diri. Kesehatanmu jauh lebih penting."
Helaan nafas terdengar dari mulut Riku. "Haik, Sensei."
"Baiklah, aku akan menuliskan resep obat untukmu. Pastikan untuk mengonsumsinya secara teratur. Tolong jaga pola makanmu dan istirahat yang cukup," pesan sang dokter seraya kembali fokus dengan kertas dan pena di genggamannya. Menggoreskan tulisan abstrak di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOLISH7: Ache
FanfictionRiku dan Ten. Nanase dan Kujou. Marga mereka berbeda. Sekalipun mereka adalah saudara kembar, hubungan keduanya tak lagi sama. Tak ada lagi afeksi hangat. Senyuman pun sekedar sandiwara di depan kamera. Yang tersisa hanyalah goresan luka akibat masa...