13. Stage

160 18 19
                                    

Lagi-lagi masih di tempat yang sama.

Zero Arena.

Ketujuh member Idolish7 kini telah berada di backstage.

Dari arah panggung utama, riuh suara penonton terdengar mengiringi tiap nyanyian dan gerakan yang dibawakan oleh Trigger. Atmosfer di luar sana terasa begitu hidup, dimeriahkan oleh sorakan dan tepuk tangan sementara di dalam back stage, suasananya begitu hening.

Pertukaran urutan tampil antara Idolish7 dengan Trigger pada akhirnya benar-benar terjadi. Setidaknya, kesepakatan ini dapat menjadi solusi di tengah situasi yang mendesak dan tak terduga. Setidaknya, ada lebih banyak waktu yang tersedia bagi Idolish7 untuk mempersiapkan diri. Bagi Riku.

Seharusnya Riku merasa lega.

Tapi kenapa ia merasa keputusan ini diambil secara sepihak?

Riku duduk termenung di salah satu kursi. Pandangannya tertunduk, menatap kosong ke arah ubin. Ia mengeratkan cengkeramannya pada tas di pangkuannya yang berisi segala barang penting miliknya termasuk inhaler. Sengaja ia bawa untuk berjaga-jaga. Dalam diamnya, Riku sama sekali tak merasakan adanya ketenangan pada pikirannya.

Aku bisa.

Riku berkali-kali menekankan kalimat itu dalam kepalanya tapi tetap saja, ia belum mampu meredakan kalut yang melanda.

Sampai kapan kau akan terus diam dan merahasiakan sesuatu yang membuat kondisimu memburuk?

Untuk kesekian kalinya ucapan Iori kembali terlintas, lengkap dengan intonasi dinginnya.

Kenapa Iori harus bicara seperti itu? batin Riku.

Jauh di dalam hatinya, Riku menyayangkan sikap yang Iori tunjukkan.

Iori tidak perlu menanyakan hal seperti itu..

Apa dia meragukanku??

Kenapa ia tidak bisa cukup percaya saja padaku?

Yang Riku butuhkan adalah dukungan, bukan prasangka penuh keraguan. Apa yang ingin Riku dengar adalah sesuatu seperti, semua akan baik-baik saja, kami ada di belakangmu, kami akan mendukungmu. Riku tidak mengharapkan rentetan pertanyaan yang justru membuatnya tersudutkan.

Padahal aku sudah berusaha.

Kenyataannya Riku memang mati-matian menekan perasaan takutnya, tapi apa yang dia dapatkan?

Riku tidak menyukai cara teman-temannya memandangnya. Mereka bersimpati? Mengasihani? Kekhawatiran teman-teman grupnya justru disalah pahami sebagai kecurigaan.

Apa mereka menganggapku lemah?

Bagi Riku, tatapan itu seolah-olah memvalidasi kelemahan yang selama ini ia sembunyikan, hingga tanpa disadari membuatnya mulai mempertanyakan dirinya sendiri.

Apa benar aku seburuk itu?

Apakah mereka pikir aku benar-benar tidak bisa melakukannya?

Riku benci itu. Benci bagaimana tatapan mereka perlahan-lahan mengubah pandangannya tentang dirinya sendiri. Benci bagaimana ia mulai menyetujui prasangka itu, membuatnya merasa seperti orang yang tidak bisa diandalkan.

Sama seperti yang dilakukan Ten-nii.

Ten-nii selalu menganggapku lemah, karena itu ia selalu mengatakan aku tidak pantas menjadi idol.

Kenapa Ten-nii tidak mau percaya padaku?

Kenapa mereka semua meragukanku??

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IDOLISH7: AcheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang