10. Trust?

187 18 28
                                    

"Riku? RIKU??" Tsukumo Ryo mengguncang tubuh Riku. "Moshi-moshi? Hei, halooo? Kau kenapa? Kau dengar aku??"

"Uhh.. Hhah?" Riku mengerjapkan matanya bingung, manik matanya berhasil bertatapan dengan milik Ryo.

"Nah, sekarang kau mendengarku. Ada apa?? Aku bisa terkejut kalau kau tiba-tiba bernafas seperti itu."

Air kembali mengalir dari pelupuk mata Riku. "Ukh, Tsukumo-san.. Aku harus bagaimana..?"

"Hm?"

"Kacau.. Pikiranku, perasaanku," Riku mulai meracau. "Takut.."

"Apa yang kau takutkan?"Ryo memiringkan kepalanya. "Kalau kau cemas staf itu akan menyentuh lehermu lagi, tim keamanan pasti sudah menendangnya sebelum ia berhasil naik ke panggung."

Riku menggeleng. Bukan itu yang Riku cemaskan. "Tsukumo-san, apa aku.. Bisa tampil?" Pemuda itu terisak.

Ryo mengedipkan matanya beberapa kali. Aah~ ia menghela nafas. Center idolish7 ternyata serapuh ini.

Pria itu menggigit bibirnya sejenak, menekan senyuman yang hendak merekah di wajahnya. Berusaha menahan suara tawanya agar tidak terlepas sementara hatinya menjerit kegirangan.

"Tentu saja kau bisaa, Riku. Kau pandai meraih hati orang-orang. Lalu apa yang kau takutkan? Tinggal gunakan keahlianmu. Gunakan tarian dan suaramu maka semuanya akan baik-baik saja."

Riku menggeleng lagi. Tidak. Bukan bagian itu yang membuatnya ragu. Riku merasa semuanya tidak bisa berjalan semulus itu.

"Apa kau takut mempermalukan dirimu sendiri?" Tsukumo melembutkan suaranya.

Malu? Tentu saja kemungkinan itu ada. Tapi beban emosional yang membuatnya rapuh bukan itu. Riku tidak takut untuk malu sendirian. Lalu apa yang Riku takutkan?

"Apa kau takut mempermalukan teman-temanmu? Mengecewakan semua orang yang mendukungmu?"

Deg!
Riku menelan ludahnya. Tsukumo Ryo berhasil menembak tepat pada poinnya.

"Un.." Riku mengangguk. Riku mengeratkan cengkeramannya pada kemeja pria di depannya. "Bagaimana jika aku tidak bisa tampil karena.. Kondisiku seperti ini?" Ada sisa isakan dalam suaranya. "Bagaimana jika nanti aku membuat teman-temanku gagal?"

"Hushh hussh, jangan bicara seperti itu. Rikuu, aku tau kau sudah berjuang selama ini. Kau paasti bisa mengatasinya. Lihat? Aku saja mempercayaimu, lho. Kau seharusnya lebih percaya pada dirimu sendiri."

Riku sadar kepercayaan dirinya sedang berada di titik paling rendah. Satu pemicu yang berasal dari sentuhan di leher itu ternyata berhasil membuat pikiran Riku berantakan hingga mengundang datangnya pikiran negatif lainnya.

Tubuhnya terasa lemah, pun pertahanan mentalnya runtuh. Jika sudah berada dalam kondisi ini, siapa yang bisa tenang sempurna dalam waktu singkat? Riku khawatir emosinya belum cukup stabil untuk bisa tampil di panggung nanti.

Riku takut membuat Idolish7 jatuh.

Riku tak mau mengecewakan kerja keras teman-temannya.

Riku tak mau menjadi alasan mereka gagal karena ia takut mendapat penolakan.

Riku takut dirinya dibuang.

"Horaa, nafasmu keras lagi. Ayo tenangkan pikiranmu." Tangan Ryo bergerak naik turun mengusap punggung Riku untuk kesekian kalinya sembari berbisik yosh, yosh.

"Nee, Riku. Tentu saja perasaanmu itu saangat wajar. Takut? Kacau? Siapa pun yang ada di posisimu pasti akan merasakan hal yang sama. Siapa sangka seseorang akan melakukan sesuatu yang membuatmu merasa terancam?" suara Ryo terdengar penuh simpati.

IDOLISH7: AcheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang