CHAPTER 11 - AAN

13.5K 824 3
                                    

Hari sudah malam, jam pun sudah menunjukkan pukul 12 malam. Manusia-manusia pun pastinya sudah terkapar nyaman di atas ranjang. tapi tidak dengan satu manusia ini, raga bernama Anata Shevarta dan jiwa bernama Kania Amara. Jiwa yang berumur 17 tahun dan raga yang berumur 16 tahun. Gadis yang mengalami kejadian mustahil itu masih tetep terjaga di saat malam sudah larut seperti ini.

Terdapat sebuah alasan yang membuat gadis itu tetap melotot di saat malam sudah larut.

Menamatkan drama Korea yang sedari jam 8 malam tadi ia lihat.

Mata yang sudah memerah antara karena mengantuk atau terlalu lama di depan laptop. Anata tetap memaksa matanya itu untuk terbuka, ingin di lanjutkan besok tapi nanggung karena 1 episode lagi drama yang ia tonton ini akan ending.

Menepuk pipinya kencang, Anata menggeleng kan kepalanya saat mata cantik nya sudah terasa berat dan ingin di pejamkan.

Tidak, dia tidak boleh tidur, dia harus melihat ending dari drama ini. Dan memastikan bahwa akhirnya akan happy ending.

"Kalo sampai ni drama sad ending, bakal gue samperin tu sutradara!, Gila aja.. gue udah bela-belain melototin mata tapi ujung nya malah hiks hiks srott"

Anata kembali fokus kepada laptop nya, tak terasa 30 menit sudah berlalu dan 5 menit lagi durasi dari bab terakhir drama yang ia tonton ini akan habis.

Anata tersenyum gemas sembari menggigit kuku jari nya saat sang pemeran utama pria ingin mencium bibir pemeran utama wanita.

Menggigit bibir bawahnya, hingga....

Brak! Brak! Brak!

Reflek Anata langsung menoleh ke samping, melihat jendela kamarnya yang tadi seperti di dobrak oleh seseorang.

Meneguk ludah nya kasar, Anata menaruh laptop nya di atas selimut tebal nya.

Menghiraukan adegan yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.

Pelan-pelan tapi pasti, Anata mendekati jendela kamarnya yang di tutupi oleh korden, menyibak sedikit korden itu lalu Anata mengintip dengan hati-hati.

Merasa tak ada siapa-siapa, Anata langsung membuka lebar-lebar korden jendela miliknya, mencoba melihat lagi apakah ada seseorang atau tidak. Tapi walau ingin di lihat sampai celah-celah tikus pun Anata tak menemukan apa-apa, tiba-tiba ia merinding.

Bulu kuduknya berdiri seketika, ini sudah tengah malam, di tambah suasana rumah pun sangat sepi.

Anata memang tak takut dengan hantu...

Hanya saja Anata tak siap jika si hantu itu memperlihatkan wuj—.

"BWAA!"

"AAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!"

Anata berlari terbirit-birit dari jendela, bahkan ia sempat terpleset karpet saat ingin berlari untuk membuka pintu.

"HUA! EMAK! EMAK! ALHAMDUL— YA ALLAH! ASTAGFIRULLAH HALLADZIM! JURIG! JURIGG!!"

Menarik celana piyama pendek nya karena sempat melorot, Anata kembali berlari membuka pintu dan keluar dari kamarnya.

Meninggalkan seseorang yang tertawa terbahak-bahak di luar jendela kamar Anata.

"HAHAHAHAHA, Anjing! Perut gue sakit!, Hahhahhahha!"

Alenta, si biak kerok nya tertawa sampai terjungkal-jungkal.

Iseng berjalan-jalan di samping kamar Anata, hitung-hitung sembari menunggu masker wajah nya kering, Alenta tak menyangka jika ia melihat Anata yang masih belum tidur.

Entah memang dia gabut atau apa, tengah malam seperti ini malah maskeran.

Sempat mengintip sedikit di celah jendela Anata yang tak tertutupi korden, Alenta langsung mengerti jika manusia yang menjabat sebagai adik nya itu tengah bergadang sembari menonton sesuatu di laptop nya.

Adik Antagonis NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang