Bab 22

187 22 2
                                    

Di ruang rawat rumah sakit seorang wanita menangis sesenggukan di samping bangsal putri nya, berkali kali ia meninta maaf sambil menggenggam erat tangan sang anak.

"Maaf"

"Maaf"

Sang putri tak menjawab rintihan ibu nya, wajah nya memandang kecewa sang ibu tapi ia juga tak bisa berbuat apa apa yang terjadi sudah tidak bisa di ulang kembali. Hingga panggilan lirih menarik atensi nya, pandangan penuh tanya dari sang adik yang baru saja tersadar dari pingsan nya. Sang Kakak hanya bisa mengulas senyum tipis.

"Yori"

Melihat putri bungsu nya tersadar dengan cepat Chika berpindah memeluk Yori.

"Maaf in Bunda ya Yor" tangsi Chika semakin pecah kala memeluk tubuh mungil Yori.

Yori diam membeku tak tau harus berbuat apa, di satu sisi ia senang Chika kembali tapi di sisi lain ia juga sedih akan hal lain. Mata nya menoleh kesegala arah mencari keberadaan Cece nya.

"Cece mana?" Tanya Yori membuat Freya kembali tertunduk menggenggam erat selimut nya.

Tak kunjung mendapat jawaban Yori kembali menanyakan hal yang sama. "Cece mana Bun, Kak?"

Sama saja entah Freya atau Chika ke dua nya diam tak menjawab. "CECE DI MANA?!" Tanya Yori ke 3 kali nya dengan nada yang di tinggi kan.

Ia melepas kasar pelukan Chika hendak pergi mencari Fiony.

"Yori tenang dulu kamu masih belum boleh jalan" larang Chika mencoba mengentikan Yori yang hendak pergi.

"Minggir Bun Yori mau nyari Cece!"

"Yori tenang dulu kamu belom boleh jalan"

"MINGGIR BUN!"

"Ck! Yori duduk!" Tegas Freya membuat Yori tersentak.

"C-cece" tangis Yori pecah dengan sigap Chika kembali memeluk Yori mencoba memberi ketenangan.

"Maaf" lirih Freya membuang muka menghadap arah lain.

Perlahan tangis itu mulai mereda, setelah Yori tenang baru lah Chika mencoba berbicara dengan nya.

"Yori tenang dulu ya, Cece lagi di ruangan lain nanti kalok Yori udah boleh buat jalan Bunda anter Yori ketemu Cece" tutur lembut Chika memeluk sang putri bungsu, Yori mengangguk paham.

///-///

"Ck! Kita harus cpt temuin si brengsek itu!" Kesal seorang pria memukul pintu dengan keras.

"Tenang dulu Cio, kita semua tau lu kesel tapi keep calm Cio" ucap pria lain menenangkan teman nya.

"Mau tenang gimana Nan dia udah seret anak anak ke masalah ini gimana gua mau tenang!"

"Anak-anak nya Aran udah gua anggap kek anak anak gua sendiri Nan!"

"Bukan cuma lu yang nganggep itu Cio, Gua juga apa lagi Freya sama Flora deket"

"Ck! Awas aja tu brengsek kalok sampek ketemu habis dia di tangan gua!" Geram pria itu.

...

Setelah di izinkan jalan oleh dokter baru lah Chika menepati janji nya ke Yori. Dengan bantuan kursi roda Yori di antar Chika menuju rung rawat milik Fiony. Betapa sakit nya hati Yori kala melihat kondisi Fiony yang sudah 11 12 dengan kondisi Aran,bahkan lebih parah.

"Ce" lirih Yori.

"Buda keluar dulu ya Yor" izin Chika lalu meninggalkan Yori.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjalanan Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang