Aku hanya Pembawa Sial

74 12 2
                                    

Ruangan dengan yang terang namun hampa, berwarna putih dan terdapat kasur yang ditiduri oleh seorang bersurai putih.

Ruangan yang diketahui luas seperti hotel namun memiliki infus yang tergantung, penanda bahwa tempat itu bukan tempat sembarang.

"Ughh~" pria bertubuh kecil itu terbangun dari pingsan yang ia alami selama 5 hari.

Ia melihat sekeliling mencoba mengenali sekitarnya. Izana langsung terbangun dengan cepat hingga membuat perut yang telah diperban itu merasa sakit dan perih, "akh!" Ia meremas baju yang longgar itu.

Rasa sakit, nyeri, dan keterkejutan dirinya menjadi satu. Ia kembali melihat sekeliling, "di-di mana?.." ia melihat pria yang sedang tertidur dengan wajah yang terlihat lelah.

Melihat pria yang sedang tertidur di kursi dengan buku yang menutupi wajahnya, Izana kembali tenang. Dirinya menghela nafas saat mengetahui bahwa pria itulah yang membawanya.

Izana turun dari kasurnya, ia menarik tiang yang terdapat infus di gantungannya, ia mendekati pria itu. Tubuhnya sedikit sempoyongan karena efek pingsan terlalu lama.

Izana mengambil buku yang ada di wajah pria itu dengan perlahan. Izana berusaha agar Kakuchou tidak terbangun karena dirinya, ia melihat Kakuchou yang sangat lelah itu membuat nya merasa bersalah karena melakukan hal yang aneh-aneh.

Saat tangan Izana menjauh dari pria itu, ia dikejutkan dengan Kakuchou yang langsung menarik kerah bajunya dan menggenggam pergelangan tangannya begitu kencang. Tubuh Izana menjadi lebih dekat dengan tubuh Kakuchou karena tarikan itu, infus dirinya juga mengetat karenanya.

Bersamaan itu, tubuh Izana tersentak karena rasa nyeri yang bertambah muncul dari perutnya, "ugh!" Spontan Izana menggenggam baju Kakuchou yang ada di hadapannya. Kakuchou dengan cepat melepaskan genggamannya saat mendengar suara Izana yang seperti kesakitan.

Wajah khawatir dan bersalah terlihat jelas di wajah Kakuchou, "apa yang sedang kau lakukan? jangan melakukan hal seperti ini..." Kakuchou memandu Izana untuk kembali ke kasurnya, ia menarik tiang tempat tergantungnya infus itu.

Izana duduk di kasur tempatnya tertidur tadi, "jika sudah bangun jangan langsung turun seperti tadi... berbahaya~" Kakuchou berlutut di hadapan Izana, ia meletakkan salah satu kaki Izana di lututnya.

Izana tentu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kakuchou, namun ia memilih untuk tetap diam dengan wajah datarnya.
Kakuchou mengangkat kaki lain milik Izana, ia mencium jari-jari di kaki Izana, "jangan menyakiti tubuh... karena aku juga dapat merasakan sakit itu. Tubuhmu milikku dan akan selalu begitu."

Kakuchou bangkit, ia mendekati tubuh Izana. Kedua tangannya ia letakkan di samping tubuh Izana agar pergerakan pria kecil itu mengecil. Wajah keduanya begitu dekat, bahkan deru nafas Kakuchou dapat dirasakan jelas oleh Izana.

Kedua tangan Izana terangkat dan dengan reflek menarik dasi Kakuchou. Bibir mereka menempel dan menciptakan suasana yang bergairah. Kakuchou mencengkeram pinggang kecil itu dan menariknya agar ciuman itu semakin dalam.

Kakuchou melepaskan ciuman itu, ia menggenggam tangan kecil Izana. Tatapan Kakuchou melembut dan itu dapat dirasakan oleh Izana, "jangan... aku tidak ingin melukai tubuh indahmu~" Kakuchou menyentuh pipi Izana, ia mencium kening Izana.

Wajah Izana tersipu dengan menampakkan pipi merah dan pupil mata yang membesar itu bahkan membuatnya terlihat lucu. Kakuchou berdiri, ia berjalan menuju tempat duduk yang ia tempati tadi. Kakuchou membuka laptopnya, "aku akan panggilkan dokter untuk memeriksamu. Aku harus melakukan pekerjaanku dulu."

Wajah kekecewaan terlihat jelas di wajah Izana, namun Kakuchou berusaha untuk tidak memedulikan itu karena kondisi Izana yang baru saja bangun dari pingsannya.

Tak lama kemudian, dokter pribadi keluarga Kakuchou masuk. Izana bisa merasakan bahwa dokter itu hanya seorang beta karena tidak bisa mencium pheromone nya sedikitpun.

Dan semua itu dapat membuatnya semakin yakin karena ia tidak berpengaruh dengan Pheromone yang ia keluarkan. Namun tubuhnya terasa panas dan berat saat pheromone Kakuchou ikut menyebar di ruangan itu, "tuan... jangan lakukan hal itu" ucap dokter dengan rambut panjang terikat berwarna hitam dan kuning, kacamata yang ia pakai juga membuat kesan yang berwibawa dan.. cantik?

Izana terkejut dan sedikit merasa malu, ia berpikir bahwa pria berwajah cantik itu dapat merasakan pheromone yang ia keluarkan. Sementara Kakuchou, ia melihat ke arah sumber suara.

Kakuchou berjalan mendekati keduanya, ia mengangkat dagu Izana agar dirinya bisa melihat ke arah wajahnya, "dia yang memulai... aku pikir ia menantangku" Wajah Izana terlihat bahwa ia sedang gugup ditambah pheromone Kakuchou yang semakin tersebar dan tentu itu berpengaruh padanya karena keduanya telah menjadi seorang pasangan.

Pria yang memakai kacamata tadi hanya menghela nafas, "aku akan memberikan obat heat nanti. Jangan melakukan hubungan intim karena kondisinya yang belum memungkinkan." Kakuchou melepaskan Izana.

Ia melihat pria itu dengan tatapan jengkel, "sialan juga kau." Di sisi lain, Izana masih panik karena ia duluan yang mengeluarkan pheromone namun justru dirinya yang kalah dan terpengaruh oleh pheromone yang dikeluarkan oleh Kakuchou.

Dokter itu keluar dari ruangan itu, keduanya hanya terdiam karena ulah usil yang dilakukan oleh Izana, "maaf.." ucapnya dengan nada pelan. Kakuchou tersenyum, "bukan salahmu."

Kakuchou mengira bahwa Izana ingin bermain-main dengannya, sehingga ia tidak akan menyalahkan Izana tentang itu. Kakuchou mendekati Izana, ia mencium bibir mungil itu sekilas dan menatap wajah cantik Izana, "tenang... okay? Cup." Kakuchou mengecup kembali bibir mungil Izana.

Izana entah mengapa teringat dengan anak yang ia kandung, tangannya menyentuh perut dirinya. Tatapan mata yang awalnya bersemangat kini meredup. Kakuchou melihat itu, "anak itu tidak apa, jangan lakukan hal yang berbahaya." Kakuchou kembali duduk, ia melipat kakinya dan menyangga tangannya di sisi kursi, wajahnya ikut bersandar di tangan itu.

Ia melihat wajah kecewa Izana, wajah datar dan tatapan tajamnya itu melihat ke arah Izana yang terlihat begitu putus asa, "semua sudah terjadi, jangan menyakiti tubuhmu untuk mengubahnya, mengerti?"

Air mata Izana yang terbendung keluar, menetes dan terjatuh di baju yang ia kenakan. Terlihat tetesan itu menjadi air yang deras. Izana menutup wajahnya karena malu harus berhadapan dengan Kakuchou.

"kenapa?.. kau harusnya membenciku, aku sudah akan membunuhmu, aku akan membunuh anak ini, aku membuat dirimu sengsara, aku membuatmu selalu sial. Semua karena aku! kenapa?.." Air mata itu terus turun dari kedua mata indah Izana, bulu mata yang awalnya kering menjadi basah karena air mata yang terus mengalir.

Kakuchou tersenyum, "karena kau.. milikku"


TBC
Halooo semuaa!! Author ga bosen nyebutin makasihh banyak dengan kalian yang sudah membaca, memberi vote, komen. Pokoknya LOVE buat kalian semuaa
❤️❤️❤️
Jangan lupa vote or komen yaa!!
Dadaaa
🍃🍃🍃

You are Only Mine and Always be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang