04.

18 8 0
                                    

Hari ini disekolah elit, sekolah yang tidak mengenal apa itu uang receh sedang mengadakan bazar tahunan untuk acara amal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini disekolah elit, sekolah yang tidak mengenal apa itu uang receh sedang mengadakan bazar tahunan untuk acara amal. Acara ini memang sudah ada sejak lama dan terus diadakan sebagai salah satu kegiatan rutin di SMA Seoul, sekolahnya para raja.

Selain memang memiliki gedung sekolah yang besar dan luas, sekolah ini juga memiliki fasilitas mewah lainnya. Seperti lapangan golf, lapangan sepak bola indoor dan outdoor, lapangan basket, kolam renang, lapangan menembak pun juga ada.

SMA SEOUL juga memiliki segudang prestasi dari segi akademik, banyak sekali perlombaan yang dimenangkan oleh sekolang bergengsi ini, baik bidang olahraga maupun non akademik. Setelah lulus dari sekolah ini, kalian tidak perlu bingung untuk mendapatkan bangku kuliah di universitas mana pun terutama di luar negri. Apalagi jika kalian berprestasi jelas sangat mudah melanjutkan ke Universitas Seoul yang mana masih menjadi satu yayasan dengan SMA Seoul.

"Rain, bokap elo udah dateng?" Tanya Nalendra yang sedang mendribel bola basket.

"Iya, udah semingguan ini" Jawabnya tanpa menatap Nalendra.

"Yaahh kagak bisa main ke rumah lo lagi dah" Sahut Agam yang tengah berjemur dibawah terik panas matahari.

Rainer hanya tersenyum kecil, kedua bola matanya masih sibuk dengan ponselnya. Agam memang sering main ke rumah Rainer atau Nalendra. Dalam seminggu Agam bisa ke rumah Rainer 3-4 hari sisanya gantian ke rumah Nalendra.

Ntah apa yang membuat Agam tidak betah dirumah, padahal rumahnya sendiri tak kalah megah dari rumah Nalendra.

"Eh Nal, terus kemarin jadinya gimana sama nasib itu bocah yang elo bully?" Menegakkan badannya kemudian melihat ke arah Nalendra.

"Bully? Siapa lagi yang lo bully Nal?" Tanya Rainer tiba-tiba.

"Ntah, kayaknya itu bocah dapat mangsa baru" Melemparkan dagunya ke arah Nalendra.

Sang empu yang mempunyai nama masih belum menjawab dan lebih memilih untuk diam bermain basket. Tubuhnya yang atletis sudah di basahi dengan keringat, mulai dari ujung rambut hingga kaki. Rambutnya yang panjang dan basah akibat keringat membuatnya tampak tampan. Masih lengkap dengan seragam sekolah dan kaos putih sebagai dalamannya menjadi outfit bermain basket siang ini.

Lemparan terakhir yang tak pernah meleset. Nalendra mencetak point. Mengambil bola basketnya kemudian mendribel dan berjalan ke arah teman-temannya yang sedang menunggunya di pinggir lapangan.

"Gue kagak ngebully coy, gue cuman sedikit kesel aja sama itu bocah. Gara-gara dia jalan sembarangan motor gue jadi nyungsep" Jelas Nalendra.

"Kapan?" Tanya Rainer.

"Hoo, kemarin lusa sih"

"Terus ketemu?"

Nalendra mengangguk, "Cewek, gue males ribut sama cewe" Pernyataan ini jelas membuat Agam sahabat kecilnya tertawa terbahak-bahak.

Seorang Nalendra memang tidak akan pernah membully seorang wanita. Bukan pengecut, tapi kalo sampai kakak keduanya tahu dia membully makhlyk berjenis wanita, bisa-bisa dia yang akan di bully habis-habisan oleh kakak kesayangannya itu.

Snow LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang