Boboiboy Fanfiction
© Boboiboy | Animonsta Studio
A/N: seluruh cerita ini merupakan karangan semata dan penulis tidak mengambil keuntungan dari penulisan cerita ini. Apabila ada kesamaan ide, nama tokoh atau tempat, semua itu murni ketidaksengajaan.
≫ ──── ≪•◦ ❈ ◦•≫ ──── ≪
Jika aku bertemu Pavan lagi, aku akan menyuruh Kapten Fang menghantam kepalanya agar remaja itu sadar akan tindakannya, yang bukan hanya membahayakan dirinya tetapi seluruh keluarganya. Dia harus bersujud dan berterima kasih padaku karena membuatnya dan keluarganya tidak dijual sebagai budak. Aku telah menghabiskan 3 hari untuk membujuk Halilintar agar membatalkan hukuman bagi Kapten Fang dan keluarga Pavan dengan tambahan 2 hari ekstra untuk mencegah Halilintar menuju kediaman Count Morgan dan membunuh Pavan secara langsung.
Memikirkan kesulitan yang aku alami dalam 5 hari terakhir untuk menyelamatkan mereka, aku merasa aku berhak mendapatkan hadiah. Paling tidak ucapan terima kasih.
Tentu aku tidak mengharapkan Pavan dan keluarganya akan datang ke Istana Mentari Terbenam untuk berterima kasih padaku. Memangnya bangsawan mana yang mau repot-repot mengucapkan terima kasih pada seorang pangeran yang sudah dibuang? Satu-satunya hiburan yang aku peroleh adalah Kapten Fang yang berterima kasih padaku dengan tulus juga berjanji akan terus menjagaku. Itu saja sudah cukup untukku.
Setelah apa yang menimpaku, Halilintar memperketat pengawasannya padaku. Dia juga melarang aku untuk pergi kemanapun tanpa membawa lebih dari 2 pengawal. Aku benar-benar tak paham mengapa Halilintar begitu khawatir padaku hingga menjadi seperti ini, apa mungkin ini berkaitan dengan Taufan yang nyaris meratakan Ignisia 5 tahun yang lalu? Kurasa bukan karena itu. Sudahlah, aku tak ingin memikirkannya.
Aku memiliki masalah lain untuk dipikirkan saat ini. Hal itu adalah anak kecil yang sedang bermain dengan Maripos saat ini. Anak kecil yang memiliki wajah dan nama yang sama persis dengan adik kandungku sendiri di duniaku, Pangeran Duri. Anak ini menjadi sering datang ke Istanaku entah untuk apa. Dia tak pernah berbicara padaku dan hanya bermain bersama Maripos. Saat aku mengajaknya berbicara, dia malah melihatku dengan tatapan aneh. Seolah-olah aku mengajaknya berbicara adalah hal yang tak seharusku aku lakukan.
Selain bermain bersama Maripos, dia juga sering mencoret-coret kanvas kosong milikku atau berlarian di taman bersama beberapa pelayan lain. Lebih sering dia mengajak Papileon untuk bermain bersamanya. Melihat sikapnya ini, kurasa apa yang dikatakan di dalam novel tentang Taufan yang tak memiliki hubungan baik dengan saudara-saudaranya adalah hal yang benar. Mungkin Halilintar adalah pengecualian.
"Yang Mulia, anda nampak pucat. Apa anda baik-baik saja?" Kapten Fang berkata saat dia menghampiriku. Aku, yang saat itu sedang duduk di bangku taman memperhatikan Maripos dan Duri bermain, hanya memberikan senyuman padanya. Sebenarnya kondisi tubuhku baik-baik saja, rasa lelah yang telah kurasakan saat pertama kali terbangun di dunia ini sudah bukan halangan lagi bagiku, meski terkadang aku berharap aku tak merasakannya. Yang bermasalah adalah perasaanku. Setiap kali aku melihat Duri, aku selalu merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan saat pertama kali melihatnya.
Aku telah mencoba mengingat isi novel "The True Heir of Ignisia" yang diceritakan oleh adikku, tetapi tak peduli sekeras apapun aku berusaha mengingatnya, tak ada satupun saat dia membahas mengenai kematian salah satu pangeran selain Halilintar. Itupun hanya menjadi bagian akhir dari novel. Lalu mengapa aku memiliki perasaan ini? Tidak, tepatnya adalah mengapa Taufan merasakan hal ini? Apakah ada sesuatu yang terjadi sebelum aku masuk ke dalam tubuh Taufan? Seperti dia tak sengaja membuat Duri hampir mati? Karena itu akan menjelaskan sikap Duri padaku juga perasaan yang kurasakan saat ini. Aku ingin bertanya pada Maripos atau Halilintar, sayangnya mereka pasti akan merasa aneh aku bertanya mengenai hal tersebut pada mereka. Arsip mengenai Taufan juga tidak berguna sama sekali, karena tak ada di dalamnya membahas tentang mengapa hubungan Taufan dan saudara-saudaranya memburuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit yang Sama
Fanfiction~"Nyatanya, kita semua berada di bawah langit yang sama, bukan begitu, Taufan?"~