Boboiboy Fanfiction
© Boboiboy | Animonsta Studio
A/N: seluruh cerita ini merupakan karangan semata dan penulis tidak mengambil keuntungan dari penulisan cerita ini. Apabila ada kesamaan ide, nama tokoh atau tempat, semua itu murni ketidaksengajaan.
≫ ──── ≪•◦ ❈ ◦•≫ ──── ≪
Sejujurnya aku tidak berharap banyak perihal Duri menyukai hadiah yang aku siapkan untuknya. Aku juga sudah mempersiapkan mentalku jika Duri akan menolaknya dengan kasar. Tapi semua itu tidak bisa mengurangi rasa gugupku saat berhadapan dengannya. Ini serasa seolah aku harus berhadapan langsung dengan dosenku yang galak untuk ujian lisan. Padahal dia hanya seorang anak kecil yang bahkan jauh lebih muda dari adik bungsuku.
"Aku telah menyiapkan hadiah untuk Yang Mulia, meski sepertinya tidak akan sesuai dengan selera Yang Mulia." Saat mengatakannya, aku memberikan isyarat pada Maripos untuk mengambilkan kotak berisi kue yang sudah aku buat.
Duri, seperti yang aku duga, terlihat penasaran begitu melihat Maripos meletakkan kotak tersebut di hadapannya. Sepertinya warna dan motif dari kotak tersebut telah berhasil mencuri perhatiannya, Kapten Fang memilih dengan tepat. Kebanyakan anak akan mulai memeriksa hadiah mereka dengan cara menggoyangkannya, tetapi Duri sebagai seorang Pangeran nampaknya tau itu bukan hal yang sopan dilakukan, terlebih di hadapan orang yang memberikannya. Walau terlihat bersemangat, Duri mulai membuka hadiahnya dengan tenang. Dia mulai dengan melepaskan pita satin yang aku gunakan untuk mengikat sekaligus menjadi pemanis dari kotak tersebut, kemudian membuka tutup kotak dengan hati-hati.
Aku memperhatikan dengan gugup saat senyuman ceria pada wajah Duri perlahan memudar. Aku tau dia tak akan menyukainya.
"Ini.. kue." Duri berkata. Dia terdengar kecewa seolah mengharapkan aku memberikan sesuatu yang lebih Istimewa padanya.
"Ya. Aku membuat kuenya pagi ini, tapi tampaknya itu tidak sesuai dengan selera Yang Mulia." Dengan sedih aku harus menerima fakta bahwa aku gagal membuatnya bahagia. Memangang kue adalah salah satu keahlianku dan adik-adikku selalu menyukainya, tetapi tentu saja itu tidak cukup untuk memuaskan seorang bangsawan.
"Tunggu, kakak yang membuat ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Kulihat Duri tertawa kecil, dia memegang kotak itu dan menatapku seolah dia baru saja diberikan sebuah harta karun. Aku tak paham, bagaimana bisa suasana hati anak ini berubah begini cepat? Bukankah dia terlihat sedih saat mengetahui aku hanya memberikannya kue dan bukan sesuatu yang Istimewa? Lalu mengapa dia tersenyum bahagia sekarang ini?
Suasana hati anak-anak itu memang sama sulitnya untuk ditebak seperti suasana hati wanita.
Satu hal yang pasti adalah aku telah menepati janjiku pada Duri dan kini aku memiliki seorang anak kecil yang akan selalu datang ke istanaku meminta untuk dibuatkan kue.
...
Kerajaan Ignisia adalah sebuah Kerajaan tanpa raja dan tanpa pangeran mahkota saat ini. Dapat dikatakan jika mereka ini seperti sebuah negara tanpa kepala negara. Seharusnya ini saja sudah cukup untuk membuat pergolakan politik dan perang saudara terjadi di Kerajaan ini, tetapi nyatanya pemerintahan di Ignisia masih dapat berjalan dengan baik bahkan hingga penobatan Halilintar di masa depan. Semua ini berkat Perdana Menteri Ignisia yang menjalankan pemerintahan Ignisia sejak sang Raja jatuh sakit dan tak lagi dapat menjalankan pemerintahan. Dari apa yang adikku ceritakan, Perdana Menteri adalah orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan pemerintahan selama Raja baru Ignisia belum terpilih, tetapi dia tiba-tiba saja menghilang saat Halilintar akan dinobatkan menjadi Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit yang Sama
Fanfiction~"Nyatanya, kita semua berada di bawah langit yang sama, bukan begitu, Taufan?"~