BAB 10 TAMAN KOTA

29 5 3
                                    

Hari ini, pemotretan Matahari berjalan dengan lancar dan cepat selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, pemotretan Matahari berjalan dengan lancar dan cepat selesai. Dimulai dari jam 8 pagi, Matahari berhasil menyelesaikan semua sesi foto sebelum tengah hari. Setelah semua selesai, Matahari melangkah masuk ke dalam ruangan yang disediakan untuk tim, Matahari memilih duduk di pojokan, menikmati sedikit waktu untuk bersantai. Dia meraih ponselnya dan memeriksa pesan-pesan yang masuk. Tiba-tiba, ponselnya bergetar, menunjukkan ada panggilan masuk. Tertera nama "Awan" di layar.

"Halo, Awan," sapa Matahari terdengar lembut di telinga Awan.

"Halo, Matahari! Gimana pemotretannya? Udah selesai?" tanya Awan dari seberang telepon, suaranya terdengar ceria. Semalam Matahari memberitahu Awan bahwa dia ada pemotretan hari ini, Matahari hanya ingin berbagi saja karena dia merasa Awan ternyata seru juga untuk diajak cerita.

"Pemotretannya lancar, iya udah selesai baru aja." Jawab Matahari.

"Hmm, Tari udah enggak punya kesibukan lain 'kan setelah pemotretan?"

"Iya, habis ini gue langsung mau pulang, kenapa?"

"Main yuk, mau enggak?" Awan berharap Matahari mau, dia berencana untuk mengajak Matahari ke taman kota, menjelang sore hari biasanya banyak pedagang kaki lima disana. Awan ingin menghabiskan sore hari bersama Matahari untuk kulineran.

Matahari tersenyum, ah bolehlah sekali-sekali melepas penat bersama Awan. Matahari sekarang merasa nyaman dengan Awan, entahlah, padahal awal bertemu dia agak sedikit terganggu dengan sikap Awan. Tapi lama-kelamaan dia jadi terbiasa dengan sikap Awan yang suka menggombalinya, dan saat Awan tidak ada atau membolos pelajaran dia merasa kesepian. Matahari juga tidak tahu dengan hati mungilnya ini, apakah dia sudah mulai menyukai Awan?

"Gue mau," ucap Matahari dibalik telepon.

"Oke, sharelock, biar aku jemput."

Tut tut tut

Matahari belum selesai bicara, tapi teleponnya sudah ditutup. Dia baru saja ingin bilang bahwa dia bawa mobil, tapi, si Awan udah main tutup-tutup aja.

"Terus mobil gue gimana ya?" Matahari tahu Awan pasti akan datang menggunakan motor, Matahari berpikir sejenak hingga dia melihat manajernya lewat, sepintas ide muncul.

"Kak, boleh minta tolong enggak?" Tanya Matahari kepada sang manajer.

"Apa tuh?" Jawab Wulan, Manajer dari Matahari.

"Anterin mobil gue ke rumah ya kak, soalnya temen gue bentar lagi kesini dan gue mau main bareng sama temen gue dulu."

Wulan mengangguk, "oh, gue kira apaan, lo tenang aja mobil lo, gue anter dengan selamat sampai ke rumah."

"Oke thanks kak."

*****

Awan tersenyum saat Matahari berjalan menghampirinya, langkahnya terasa ringan meskipun hati mereka berdebar-debar. Matahari semakin hari semakin cantik di matanya, seolah-olah setiap tatapan mereka semakin memperindah sinar yang dipancarkannya. Awan tidak bisa menyembunyikan kekagumannya, dan senyumnya pun semakin lebar ketika jarak mereka semakin dekat.

Awan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang