Sacrifice [21].

97 18 0
                                    

🌘🌑🌒

Pagi yang baru saja dimulai di sekolah disambut oleh tatapan penasaran para murid yang tak habis-habisnya membicarakan sosok Alaric. Kehadirannya yang misterius dengan aura yang seolah berasal dari zaman lain benar-benar membuat setiap orang tergoda untuk mencari tahu lebih jauh. Namun, hanya Kamari yang mengetahui kebenaran tentang siapa dia sesungguhnya—dan itulah yang membuatnya merasa was-was.

Di kelas, Kamari berusaha menenangkan diri, mencoba fokus pada materi pelajaran yang diberikan. Namun, pikirannya melayang-layang, membayangkan setiap momen yang telah ia lalui bersama Alaric. Ada sesuatu yang lebih dalam dan intens yang mulai tumbuh di antara mereka, sesuatu yang sulit untuk diabaikan.

Sementara itu, di koridor sekolah, Alaric berusaha menahan dirinya dari sorotan mata yang terus mengikutinya. Dia tahu bahwa penampilannya yang memikat serta aura dinginnya menarik perhatian. Namun, seperti yang Seon dan Leonard peringatkan, dia harus lebih berhati-hati. Setiap tatapan, bisikan, dan rasa penasaran dari orang-orang bisa saja menimbulkan kecurigaan.

Ketika jam istirahat tiba, Kamari dan Alaric berjalan beriringan di koridor. Tatapan para siswa yang mereka lewati semakin terasa intens, tapi Kamari mencoba untuk mengabaikannya. Di sudut sepi koridor, mereka berhenti.

"Aku harus memastikan kalau kau aman," kata Alaric pelan, suaranya dalam dan penuh perhatian. “Banyak yang memperhatikan kita. Kalau ini terus berlanjut, orang-orang mungkin akan bertanya-tanya lebih jauh.”

Kamari mengangguk. “Aku tahu. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Kalau kita tiba-tiba berhenti bicara atau berinteraksi, itu juga akan terlihat aneh.”

Senyum tipis terlukis di wajah Alaric. “Kita akan menemukan cara, Kamari. Tapi ingat, aku ada di sini untukmu. Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu.”

Di luar, Leonard mengawasi dari kejauhan, memastikan bahwa tidak ada yang melihat atau mendekati Alaric dan Kamari. Walaupun awalnya dia ragu, rasa tanggung jawab dan loyalitasnya pada Alaric kini membuatnya ikut berperan dalam melindungi hubungan ini.

Namun, yang tidak mereka ketahui, di antara para siswa, ada satu mata yang memperhatikan dengan penuh perhatian. Seseorang yang penasaran, bahkan lebih daripada murid lain di sekolah. Sosok itu bukan siswa biasa; dia telah merasakan ada sesuatu yang berbeda tentang Alaric sejak pertama kali melihatnya. Pandangannya tertuju pada Alaric dan Kamari dengan intensitas yang penuh misteri.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Kamari dan Alaric semakin dalam, dan gosip tentang mereka terus menyebar. Kamari merasa cemas, takut bahwa ada yang mencurigai sesuatu tentang Alaric. Sementara Alaric menyadari risiko ini, ia bertekad untuk melindungi Kamari apapun yang terjadi.

🌘🌑🌒

Saat hari berganti malam, di dalam kastil yang terletak jauh di dalam hutan, Alaric duduk merenung di ruang pertemuan besar. Pikirannya tak lepas dari Kamari, dan bayangan senyumnya memenuhi benaknya. Ia menyadari bahwa semakin dalam perasaannya pada Kamari, semakin besar risiko yang harus dihadapi. Tidak ada yang bisa meramalkan apa yang akan terjadi jika para Tertua mengetahui bahwa ia telah menjalin hubungan dengan manusia.

Seon, yang tampaknya lebih memahami perasaan Alaric daripada penghuni kastil lainnya, menghampirinya. Seon tahu bahwa Alaric sedang dalam dilema, dan dia ingin membantu sahabatnya itu.

"Kau tidak sendirian dalam hal ini, Alaric," kata Seon sambil duduk di sebelahnya. "Aku tahu apa yang kau rasakan. Ketika kau mencintai seseorang, kau ingin melindunginya, apa pun yang terjadi. Dan… aku tahu kau cukup bijaksana untuk menyadari risikonya."

Alaric mengangguk, namun kegelisahan masih terlihat di matanya. "Risikonya bukan hanya bagi kami, Seon. Ada lebih dari sekadar perasaan di sini. Aku tahu hubungan ini melanggar aturan, tapi aku juga tahu aku tak bisa mengabaikan perasaanku. Rasanya seperti… aku tak lagi mampu kembali pada hidup yang sebelumnya."

Sacrifice [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang