🌘🌑🌒
Alaric berusaha keras untuk menjaga ketenangannya di tengah kerumunan yang begitu padat. Bau darah manusia memenuhi inderanya, tajam dan menggoda, menciptakan godaan yang tak terelakkan. Ia sudah terbiasa menahan diri, namun di sini, di sekolah manusia yang dipenuhi siswa-siswa tak berdosa, bau darah segar begitu menguji kesabarannya.
Jari-jarinya mengepal, menahan gejolak dalam dirinya yang hampir tak terkendali. Wajahnya tetap tenang, tanpa ekspresi yang menunjukkan perjuangan batinnya. Bagi manusia di sekitarnya, ia mungkin tampak seperti siswa baru yang tampan dan tenang. Namun, di balik penampilannya yang anggun, Alaric berjuang menekan sisi lain dirinya—vampir yang ingin menerkam.
Ketika pandangannya bertemu dengan Kamari di tengah kerumunan, sesuatu dalam dirinya terasa tenang sejenak. Dia berusaha menyampaikan kepadanya melalui tatapan bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa dia mampu mengendalikan diri. Tapi Alaric tahu, hari ini akan menjadi hari yang panjang.
Alaric menghela napas panjang, mencoba meredakan gejolak dalam dirinya. Dia tetap menjaga sikap dinginnya, tidak memberikan respons apa pun pada pertanyaan dan bisikan kagum dari murid-murid di sekitarnya. Mata tajamnya hanya tertuju pada sosok Kamari yang baru saja berbalik dan melangkah pergi, meninggalkannya di tengah kerumunan yang mengaguminya.
Alaric tahu betul Kamari mungkin merasa bingung dan terkejut melihatnya di sini. Mengingat pertemuan mereka sebelumnya, situasi ini pasti membuat Kamari semakin mempertanyakan alasan kehadirannya di sekolah manusia. Meski dia ingin mengejar Kamari dan menjelaskan semuanya, Alaric juga sadar akan peran yang harus ia jalani di sini—berpura-pura menjadi siswa biasa, menjaga rahasianya dari semua orang.
Sambil menatap punggung Kamari yang semakin menjauh, Alaric merasakan adanya keterikatan kuat yang membuatnya enggan melepaskan pandangannya.
Begitu lonceng berbunyi, riuh rendah kerumunan segera bubar, meninggalkan Alaric sendirian di bangku nya. Murid-murid kembali ke tempat duduk masing-masing saat seorang guru memasuki ruangan. Setelah memastikan semua siswa sudah tenang, guru itu menatap Alaric, memberi isyarat agar dia maju ke depan kelas.
“Baiklah, sebelum kita mulai pelajaran hari ini, mari kita sambut murid baru kita,” ucap guru itu sambil tersenyum, mengisyaratkan Alaric untuk memperkenalkan diri.
Alaric melangkah ke depan kelas dengan tenang, pandangannya menyapu sekilas ke seluruh ruangan. Meskipun wajahnya tetap tenang, dalam hati ia merasa sedikit risih, terutama karena sorot mata penuh kekaguman dari beberapa murid yang tertuju padanya.
“Namaku Alaric,” katanya singkat, suaranya terdengar tenang tapi dalam, berhasil menarik perhatian semua orang di ruangan itu. "Aku baru pindah ke sini dan... berharap bisa beradaptasi dengan baik.”
Singkat dan lugas, sesuai dengan karakternya. Alaric lalu memberi isyarat kecil sebagai tanda ia selesai memperkenalkan diri. Setelah beberapa detik hening, murid-murid mulai berbisik pelan, terpesona oleh aura misterius yang dimilikinya.
🌘🌑🌒
Saat bel istirahat berbunyi, suasana di sekolah penuh dengan bisikan dan tawa riuh mengenai murid baru yang misterius dan tampan—Alaric. Nama itu terucap di mana-mana, menjadi topik obrolan di tiap sudut, dari lorong-lorong sekolah hingga bangku kantin. Semua murid, terutama para perempuan, penasaran dengan sosoknya yang tak hanya tampan tapi juga memiliki aura misterius yang memikat.
Kamari berjalan melewati kerumunan yang tak henti-hentinya berbicara tentang Alaric. Ia bisa mendengar potongan-potongan kalimat seperti, “Dia seperti pangeran,” atau, “Aku belum pernah lihat seseorang seperti dia.” Namun, Kamari sendiri merasa canggung setiap kali nama Alaric disebut. Di satu sisi, ia tahu bahwa Alaric adalah vampir yang terikat oleh rahasia besar, tetapi di sisi lain, ia harus berpura-pura tidak mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [SELESAI]
Teen FictionAlaric, seorang vampir, hidup dengan naluri berburu yang sudah menjadi bagian dari kodrat alamnya-di mana makhluk berdarah dingin seperti dirinya memburu makhluk berdarah hangat untuk bertahan hidup. Namun, keadaan berubah ketika ia jatuh cinta pada...