🌘🌑🌒
Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa sedikit tegang ketika Emily memutuskan untuk bertanya tentang Alaric. Dia melihat Kamari duduk di sampingnya, tampak ceria namun juga sedikit gelisah.
“Kamari,” Emily memulai, memandang putrinya dengan penuh perhatian. “Siapa pemuda itu, yang selalu menunggu di sekolah bersamamu?”
Kamari menoleh, terkejut oleh pertanyaan ibunya. “Oh, itu Alaric. Dia murid baru di sekolahku,” jawabnya, berusaha terdengar santai meskipun hatinya berdebar.
“Apakah kalian dekat?” tanya Emily, mengamati reaksi Kamari dengan seksama. Sebagai seorang ibu, ia merasa perlu mengetahui lebih banyak tentang orang-orang yang dekat dengan putrinya.
Kamari mengangguk, meskipun ada keraguan di dalam dirinya. “Iya, kita baru saja mulai berkenalan. Dia… dia sangat baik dan berbeda dari yang lain.”
Emily tidak langsung puas dengan jawaban itu. “Berbeda dalam hal apa? Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, sayang. Ini adalah pertama kalinya aku melihatmu begitu dekat dengan seorang pemuda.”
Mendengar nada khawatir dalam suara ibunya, Kamari merasa semakin cemas. “Aku tahu, Bu. Tapi Alaric bukan seperti yang lain. Dia… dia membuatku merasa nyaman,” Kamari mencoba meyakinkan ibunya, meskipun ada bagian dalam dirinya yang meragukan perasaannya sendiri.
Emily menghela napas, menatap jalan di depan mereka. “Kau tahu bahwa ada banyak hal yang harus diperhatikan. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Ingat, tidak semua orang memiliki niat baik.”
“Aku mengerti, Bu. Aku akan hati-hati,” Kamari menjawab, berusaha menenangkan ibunya. “Tapi aku merasa Alaric tidak seperti itu. Dia berbeda.”
Emily mengangguk, tetapi kekhawatiran masih terlihat di wajahnya. “Baiklah, jika kau merasa nyaman, aku akan percaya padamu. Tapi ingat, jika ada sesuatu yang tidak beres, kau harus memberi tahu kami.”
“Ya, Bu. Aku janji,” Kamari berusaha meyakinkan Emily. Dia tahu bahwa Alaric adalah bagian penting dalam hidupnya saat ini, dan dia tidak ingin ibunya merasa khawatir lebih jauh.
Mobil melanjutkan perjalanan, sementara Kamari merenungkan perasaannya terhadap Alaric dan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh hubungan mereka di masa depan. Dia berharap bisa menjaga hubungan ini, meskipun ada bayangan ancaman yang terus mengintai di balik senyuman Alaric.
Mobil mereka melaju di jalanan hutan pinus yang mulai redup seiring dengan senja yang semakin mendekat. Cahaya jingga yang lembut memancar dari cakrawala, menerangi pepohonan di sepanjang jalan. Suasana ini seolah menciptakan latar belakang yang damai, tetapi di hati Kamari, perasaan campur aduk terus membara.
Emily memandangi pemandangan di luar jendela, sementara Kamari menatap kosong ke arah jalan. Pikiran tentang Alaric terus mengisi benaknya, menciptakan gelombang rasa ingin tahu dan ketakutan. Bagaimana jika ada sesuatu yang salah? Bagaimana jika Alaric ternyata menyimpan rahasia gelap yang bisa membahayakannya?
"Kamari?" suara Emily memecah lamunan gadis itu. "Kau baik-baik saja?"
Kamari menoleh cepat, terkejut mendapati ibunya menatapnya dengan khawatir. "Ya, Bu. Aku baik-baik saja," jawabnya, mencoba menyembunyikan kegelisahan di dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [SELESAI]
TienerfictieAlaric, seorang vampir, hidup dengan naluri berburu yang sudah menjadi bagian dari kodrat alamnya-di mana makhluk berdarah dingin seperti dirinya memburu makhluk berdarah hangat untuk bertahan hidup. Namun, keadaan berubah ketika ia jatuh cinta pada...