Guys ini panjang bgt biar cepet end
🤍🤍🤍
Karena satu dan lain hal, Haruto dan Wonyoung baru bisa pulang ke Seoul esok harinya menggunakan pesawat jet pribadi milik keluarga Watanabe. Kata Jungkook supaya menantunya tidak duduk berlama-lama di dalam pesawat. Jadi dalam kurun waktu satu setengah jam, suami istri itu sudah tiba di Seoul.
Dan kini mereka sudah berdiri di depan pintu apartemen Haruto.
"Hapalin pinnya." ujar Haruto seraya memasukkan pin apartemennya dengan diperhatikan Wonyoung.
"Tanggal lahir aku?" Wonyoung menatap Haruto kaget.
"Iya sayang." Haruto tersenyum, mengusap rambut istrinya lalu merangkul wanita itu. "Ayo masuk."
Jantung Wonyoung berdegup lebih cepat begitu menginjakkan kaki di lantai apartemen Haruto, terlebih saat Haruto mengajaknya menuju kamar pria itu. Ingatannya sontak terlempar pada kejadian malam itu. Sehingga langkahnya terasa berat untuk masuk kedalam.
Haruto yang menyadari perubahan Wonyoung menoleh, "Maaf, pasti kamar aku bawa kenangan buruk buat kamu. Kita pakai kamar yang lain aja ya?"
Wonyoung menahan lengan Haruto yang hendak mengajaknya pergi, "Gapapa, disini aja. Biar gimanapun aku tetap harus melawan rasa takut aku."
"Yaudah, tapi kalau kamu gak nyaman di kamar ini bilang sama aku ya." ujarnya sembari mengusap lembut kedua pipi Wonyoung. Mereka pun masuk ke dalam.
Wonyoung menatap seisi kamar Haruto yang masih sama seperti dulu. Matanya seketika terpejam rapat saat menatap ke arah ranjang. Bayangan Haruto yang memperkosanya dulu kembali terputar.
"Sayang."
"H-huh? A-aku ke kamar mandi dulu." Ujar Wonyoung gelagapan kemudian pergi ke kamar mandi sebelum Haruto menjawab.
Haruto menatap sendu punggung Wonyoung. Rasa bersalah kembali menggerotinya melihat wajah ketakutan Wonyoung. Meski mereka sudah melakukannya lagi, Haruto masih belum sepenuhnya menghilangkan trauma wanita itu.
Beberapa waktu berlalu, Wonyoung sudah bisa mengendalikan dirinya.
Kini mereka sedang tiduran di ranjang, saling berhadapan, dengan kepala Wonyoung yang berada di atas lengan Haruto.Mata wanita itu terpejam, menikmati elusan sang suami di rambutnya. Sementara tangannya melingkar di perut Haruto.
"Sayang, boleh aku nanya sesuatu."
"Tanya aja, Ru."
"Kapan kamu diusir sama orangtua angkatmu?"
Wonyoung membuka mata, seketika bersitatap dengan mata Haruto yang juga menatapnya. Namun tak lama sebab Wonyoung mengalihkan pandangannya.
"Malam setelah kita bicara di restoran."
Tangan Haruto yang mengusap rambut Wonyoung terhenti, ingatannya tertuju pada malam dimana ia dan Danielle menemukan Wonyoung yang jalan sendirian sambil menangis.
"Maaf, seharusnya aku langsung tanggungjawab waktu itu." Haruto memeluk erat Wonyoung.
Wonyoung mengangguk dalam pelukan mereka, "Gak usah dibahas lagi."
Haruto kembali mengusap rambut panjang Wonyoung. "Tapi kalau dipikir-pikir aku justru beruntung bisa menghamili kamu."
Wonyoung refleks memukul dada Haruto, tak terima dengan perkataannya.
Haruto tertawa dan menggenggam tangan Wonyoung yang berada di dadanya. "Dengar dulu sayang." Ujarnya lalu mencium tangan itu.
"Kalau kamu gak hamil mungkin aku gak akan bisa dekat kayak gini sama kamu. Dan mungkin sekarang kita masih jadi orang asing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry me ||WONRUTO|| END
Fanfiction|M| Wonyoung selalu menutup diri dari laki-laki manapun agar tak mengulangi nasib seperti dirinya yang tumbuh dewasa tanpa orang tua kandung. Namun takdir berkata lain. Wonyoung mengandung janin teman sekelasnya di kampus yang sama sekali tidak mau...