Haruto sudah mulai bekerja di perusahaan Jungkook sejak tiga hari yang lalu. Setelah selesai sidang skripsi, sang ayah memintanya untuk bekerja langsung di perusahaannya tapi hanya sebagai staf biasa. Jungkook ingin anaknya meniti karir dari bawah agar Haruto tidak semena-mena nanti jika sudah berstatus sebagai pemegang perusahaan.
Dan hari ini Haruto sudah disibukkan dengan banyak berkas yang menumpuk di atas mejanya. Otaknya tidak diberikan bersantai sedikit sejak datang pagi tadi sampai menjelang siang seperti sekarang.
"Gini amat orang kerja, anjing." Umpat Haruto pelan agar orang yang duduk di kubilel sebelah tak mendengar. Tangannya lalu bergerak mengambil satu bundel kertas di tumpukan paling atas.
Drrtt.. Drrttt...
Ponsel Haruto di atas meja bergetar. Haruto melirik. Ternyata panggilan video dari sang istri. Dengan cepat ia menerima panggilan tersebut.
"Haloo..." Wonyoung tersenyum manis sambil melambaikan tangan.
Senyum Haruto turut mengembang lebar. Semua beban yang menekan pundaknya sejak tadi seketika hilang. "Hai sayang.. Mau kemana? Cantik banget istri aku."
Pipi Wonyoung merona. Meski sudah menikah hampir sebulan lamanya ia tetap tersipu malu saat dipuji Haruto.
"Oppa.."
"Yaa sayang..." Haruto mengulum senyum. Selalu gemas dengan Wonyoung saat memanggilnya begitu.
"Aku mau berangkat ke rumah sakit sama eomma sebentar lagi."
Ekspresi Haruto sontak berubah panik. "Kamu mules lagi, sayang?"
Beberapa akhir ini Wonyoung memang kerap sakit perut tapi kata dokter itu masih kontraksi palsu.
"Enggak, cuma cek HIV dan yang lainnya. Kan semalam aku udah bilang."
Haruto pasti lupa, padahal semalam Wonyoung sudah minta izin. Itu sebabnya Wonyoung menelfon suaminya lagi. Fyi, Lisa tidak bisa ikut mengantar karena sedang ada pekerjaan di luar kota. Jadi Wonyoung hanya pergi ditemani Rose.
"Padahal oppa pengen ikut juga." Haruto mendesah kecewa.
Semenjak Wonyoung mulai memanggilnya oppa, Haruto juga mengubah panggilan dirinya sendiri.
"Oppa kan lagi kerja, gak enak juga sama daddy masa baru kerja tiga hari langsung izin."
"Yaudah, nanti kalau sudah pulang oppa jemput di rumah eomma."
Sejak insiden pengakuan Rose dan Kiyong kalau Wonyoung adalah Vicky, istrinya itu selalu dipaksa menginap di rumah keluarga Jang. Bukan apa-apa, Haruto jadi tidak leluasa saja mau ngapa-ngapain dengan istrinya. Apalagi Rose yang selalu selalu mengambil atensi Wonyoung.
Jadi supaya adil, Haruto mengajak Wonyoung tinggal di rumah mereka sendiri. Rumah yang Haruto beli dari penjualan salah satu sahamnya. Sehingga mereka tidak lagi harus tinggal bersama Lisa ataupun Rose. Hanya saja saat bekerja, Haruto terkadang akan menitipkan Wonyoung di rumah salah satu ibu mereka.
Sementara itu, Wonyoung mengangguk patuh. "Tapi aku juga mau minta izin satu lagi, oppa."
"Apa, sayang?"
Wonyoung melipat bibirnya ke dalam sejenak, kebiasaannya ketika gusar. "Pulang dari rumah sakit nanti kan eomma mau ngajak mampir ke salon..."
Haruto mengangguk mendengar penuturan Wonyoung yang belum selesai.
"Eum.. Boleh gak aku potong rambut?" Tanya Wonyoung hati-hati. Matanya menatap was-was Haruto yang kini mengendurkan senyum. Haruto sangat menyukai rambut panjang Wonyoung. Itu sebabnya ia merasa gelisah untuk memotongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry me ||WONRUTO|| END
Fanfiction|M| Wonyoung selalu menutup diri dari laki-laki manapun agar tak mengulangi nasib seperti dirinya yang tumbuh dewasa tanpa orang tua kandung. Namun takdir berkata lain. Wonyoung mengandung janin teman sekelasnya di kampus yang sama sekali tidak mau...