Hampir seminggu ini Haruto selalu gusar. Tidak bisa menikmati hidupnya dengan tenang. Penyesalan dan rasa bersalahnya pada Wonyoung terus mencuat di hatinya. Ia sampai hampir melewatkan seminar proposalnya kalau saja Jeongwoo tidak menjemputnya di apartemen.
"Lo kenapa si, Njing? Kalau ada masalah tu cerita." Ujar Jeongwoo meluapkan kekesalannya pada Haruto setelah pria itu menyelesaikan seminarnya.
Sekarang mereka sedang berada di dalam mobil Jeongwoo untuk pulang ke apartemen Haruto.
Haruto mengacak rambutnya frustasi. "Pusing gue."
"Ya pusing kenapa, ler?"
"Gue kepikiran Wonyoung terus."
Ckiit!
Jeongwoo yang terkejut mendengar itu sampai mengerem mendadak.
"Anjing. Bisa nyetir yang bener ga si lo?!" Hampir saja kepala Haruto terbentur dashboard.
"Kena angin mana lo bisa kepikiran Wonyoung? Terakhir kan lo ribut sama Liz gara-gara tu cewek." Tanya Jeongwoo tanpa menghiraukan umpatan Haruto sebelumnya.
Sejak kejadian Liz marah-marah di kantin pada Haruto, pria itu masih menutup rapat mulutnya tiap Jeongwoo bertanya apa masalahnya dengan Liz dan Wonyoung. Itu sebabnya Jeongwoo sampai kaget begitu.
"Panjang, Woo. Nanti aja gue ceritain di apart gue."
Jeongwoo tak bicara lagi dan kembali melajukan mobilnya menuju apartemen Haruto.
"Bangsat! Lo merkosa Wonyoung cuma gara-gara itu?!" Jeongwoo sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran Haruto. Pria blasteran Jepang itu sudah menceritakan semuanya.
Haruto menatap Jeongwoo sangsi, "Cuma lo bilang?!"
"Ya lo pikir aja anjing. Jabatan ketua BEM lo tuker sama masa depan dia. Lo gak punya hati si kalo kata gue." Jeongwoo geleng-geleng kepala. Tak menyangka selama ini bersahabat dengan cowok brengsek seperti Haruto.
"Ditambah lagi Wonyoung ternyata ngelakuin itu buat ngelindungin lo sendiri---Ralat, lo sekeluarga." Ujarnya yang makin tersulut emosi.
"Lo keterluan banget, To."
Kepala Haruto tertunduk dalam. Ucapan Jeongwoo menghantam kesadarannya bertubi-tubi. Ternyata ucapan Liz tempo hari menjadi kenyataan. Haruto sungguh sangat menyesali perbuatannya sekarang. Andai waktu bisa diulang, Haruto tidak akan melakukan itu pada Wonyoung. Ia justru akan sangat berterimakasih.
Jeongwoo menghela napas panjang. Mencoba menekan emosinya. Selanjutnya ia menepuk pundak Haruto dan berujar, "Cari dia. Lo harus tanggungjawab, To. Atau anak lo juga bakal bernasib sama seperti ibunya."
Pria berkulit tan itu juga tau seberat apa kehidupan Wonyoung sebelum diangkat menjadi putri keluarga Jang. Liz yang dulu menceritakan semuanya. Ia turut merasa prihatin atas itu.
Dan disinilah Haruto sekarang.
Berdiri di depan gerbang besar yang menutupi rumah mewah keluarga Jang. Dengan jantung yang berdegup kencang, ia menekan bel beberapa kali. Sebenarnya ia siap tidak siap bertemu Wonyoung sekarang karena terlalu malu atas perbuatannya.
Beberapa saat kemudian. Gerbang tinggi tersebut akhirnya dibuka oleh seorang pria bertubuh besar tinggi.
"Cari siapa tuan?"
"Wonyoung. Apa dia ada di rumah?"
Pria berwajah sangar itu terdiam beberapa detik sebelum mengangguk dan membuka gerbang lebih lebar.
"Silahkan dimasukkan saja mobilnya."
Haruto mengucapkan terimakasih kemudian mengendari mobilnya memasuki pekarangan rumah tersebut. Setelahnya ia kembali harus menekan bel lagi, namun kali ini pintu di depannya terbuka lebih cepat dibanding tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry me ||WONRUTO|| END
Fanfiction|M| Wonyoung selalu menutup diri dari laki-laki manapun agar tak mengulangi nasib seperti dirinya yang tumbuh dewasa tanpa orang tua kandung. Namun takdir berkata lain. Wonyoung mengandung janin teman sekelasnya di kampus yang sama sekali tidak mau...