8🤍

431 49 8
                                    

Kaki Wonyoung yang baru menapaki paving minimarket tempatnya bekerja sontak berhenti ketika matanya melihat sesorang yang tengah bersandar di kap mobil porsche hitam di depannya.

"Haruto."

Pria itu mengangkat wajah. Tersenyum manis pada Wonyoung meski raut kelelahan tercetak jelas di wajahnya.

Beberapa detik selanjutnya tubuh Wonyoung masuk ke dalam pelukan hangat Haruto.

"Kangen banget." Lirih Haruto. Hidungnya menghirup dalam aroma tubuh Wonyoung yang menguar di ceruk lehernya.

"Lebay banget sih, Ru. Baru juga gak ketemu dua hari." Ujar Wonyoung terkekeh pelan. Namun tangannya setia mengusap punggung lebar Haruto.

"Dua hari itu sudah kayak dua tahun buat gue."

"Iya deh percaya."

Haruto tertawa sembari menguraikan pelukan mereka. Kemudian menunduk untuk mencium perut Wonyoung yang semakin besar.

"Ayo, pulang." Merangkul lengan atas Wonyoung, Haruto mengajaknya masuk ke dalam mobil.

"Lo baru banget sampai, Ru?" tanya Wonyoung ketika melihat tas ransel Haruto di jok belakang.

Seketika wanita itu menahan napas sambil menekan punggungnya ke kursi saat Haruto mendekat. Jarak mereka yang sangat dekat membuat Wonyoung bisa merasakan deru nafas Haruto yang beraroma mint.

"Iya." Jawab Haruto sambil memasang seatbet Wonyoung. Mengusap sekali perut Wonyoung sebelum duduk dengan benar di kursinya.

"Jadi lo dari Seoul ke Daegu bawa mobil ini?" Wonyoung kira ini mobil yang baru Haruto sewa lagi.

Haruto mengangguk, "Bagus gak mobilnya? Gue baru beli ini."

Wonyoung kaget. Setau dia mobil Haruto sebelumnya masih bagus, tapi tau-tau sudah beli lagi. Orang kaya memang beda.

Akhirnya Wonyoung mengangguk kaku, "Emang mobil lo yang kemarin kemana?"

"Sudah gak suka gue. Lagian gue kan pengen membuka lembaran hidup baru sama lo jadi mobil gue juga harus baru."

Sebenarnya alasan sesungguhnya karena mobil audi Haruto kemarin sudah pernah membawa banyak wanita. Haruto hanya tidak ingin Wonyoung menduduki jok bekas mantan-mantannya dulu.

"Gue kan udah bilang gak mau nikah sama lo."

"Bukan gak mau, tapi belum mau." Jawab Haruto sambil tersenyum yakin menatap Wonyoung.

Wonyoung memutar bola matanya. Paling malas kalau sudah harus membahas hal seperti ini dengan Haruto. Memilih diam, ia tolehkan kepalanya ke arah jendela. Melihat jejeran gedung-gedung yang mereka lewati. Lama kelamaan mata Wonyoung mengantuk. Haruto membawa mobilnya sangat lembut sehingga Wonyoung terlena. Namun baru terpejam sebentar, Wonyoung tersentak kaget saat pintu di sebelahnya dibuka dari luar.

"Ayo turun, makan dulu. Lo pasti belum makan malam." Ujar Haruto lembut seraya mengusap pucuk kepala Wonyoung.

Haruto segera merangkul tubuh Wonyoung begitu wanita itu keluar dari mobil. Menghalaunya dari angin malam yang berhembus sedikit kencang. Kemudiam mereka memasuki restoran bintang lima yang terkenal di kota tersebut.

🤍🤍🤍

Mungkin karena saking kelelahannya, Haruto sampai kesiangan bangun. Pria itu tak mendengar saat Wonyoung mengetuk pintu kamarnya untuk sarapan. Dan Haruto sangat menyesal atas itu. Sebab ketika ia keluar kamar, Haruto dikejutkan dengan kehadiran pria berkulit putih yang sedang bercanda dengan adik-adik Wonyoung. Bahkan Wonyoung juga ada disana. Duduk tepat di sebelah kiri pria itu dengan senyum yang tersungging lebar di bibir.

Marry me ||WONRUTO|| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang