19. MINTA MAAF?

54 18 57
                                    


HAPPY READING!!!


Pintu ruang inap Cahaya terbuka. Menampilkan Bintang lalu di susul oleh Shakila.

Mata Shakila langsung bertatapan dengan mata Angkasa yang tengah menyuapi gadis itu. Hatinya terasa begitu sakit, ia benar-benar sangat lelah dengan semuanya.

Danendra yang tengah duduk di sofa pun langsung berdiri ketika melihatnya datang.

"Minta maaf sama Cahaya!" perintah Danendra.

Shakila menatap Danendra sekilas lalu beralih menatap Cahaya yang tengah menahan tawa.

"Gua gak salah!"

"Dia yang ngelakuin itu sendiri, gua yang kena!" pandangan Shakila beralih menatap mata Angkasa, sementara cowok itu hanya menatapnya balik dengan tatapan sendu.

"DASAR ANAK KURANG AJAR! MINTA MAAF SEKARANG!" teriak Danendra.

"SHAKILA, AYO MINTA MAAF!" teriak Mira.

"GUA GAK MAU MINTA MAAF ATAS KESALAHAN YANG GAK GUA BERBUAT!"

PLAK ......

Pipinya kembali di tampar oleh papanya untuk yang kesekian kalinya. Rasanya begitu sakit, tapi percayalah sakit di hatinya jauh lebih besar.

"Anak pungut gak usah banyak tingkah!" ucap Danendra menahan amarah.

Ucapan yang keluar dari mulut Danendra bagaikan bom yang menghantam semua orang di ruangan ini. Semuanya kaget dengan ucapan laki-laki itu, kecuali Mira dan Bintang.

Hening beberapa saat di ruangan itu. Dada Shakila terasa begitu sakit, seperti di tusuk oleh beribu-ribu jarum.

"Anak pungut?" tanya gadis itu tak percaya. Ia berharap ia hanya salah dengar.

"Iya, yang sebenarnya anak pungut dan di temui di tong sampah itu kamu bukan Cahaya! jadi seharusnya kamu sadari posisi kamu di sini!"

Gadis itu masih diam tak percaya di tempat berdirinya. Kakinya terasa begitu sangat lemas.

Sementara Mira hanya diam. Ia tak cukup berani untuk angkat bicara.

Setelah diam cukup lama Mira kembali angkat bicara. "Minta maaf, Shakila" ucapnya lembut.

"Maaf...." tanpa sadar gadis itu mengucapkan kata maaf.

Semua orang di saat diam. Hanya terdengar suara Isak tangis gadis itu.

Cahaya yang sedari tadi diam kini buka suara. "Berlutut dan cium kaki gue, Kil."

Shakila menggeleng, ia menoleh ke arah Bintang berharap laki-laki itu bisa membantunya. Namun bahunya malah di dorong dan membuat gadis itu langsung terjatuh dan berlutut di hadapan Cahaya.

Shakila bisa merasakan pandangannya yang semakin memburam.

"Maaf...."

"Maafin gua, Cahaya." ucap gadis itu lalu mau tak mau harus mencium kaki Cahaya.

"Iyaa, gua maafin, Kil."

Setelah nya gadis itu kembali berdiri.

"Puas Lo semua?!" bentaknya, air matanya mulai mengalir. Ia sudah tak sanggup menahan tangisnya lagi.

"Pantes gue di perlakukan layaknya seperti sampah, ternyata gue cuman anak pungut."

"Kil!" tegur Bintang.

"Kalau gua tahu gua cuman anak pungut, gua gak akan pernah mau untuk balik ke rumah."

Gadis itu tersenyum tipis masih dengan air mata yang senantiasa mengalir dari kedua matanya.

LUKA BERAKHIR DUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang