18. MEREKA MENJAUHINYA

79 26 68
                                    

HAPPY READING!!!

Kini, Shakila masih terduduk lemas di lantai rumah sakit. Tubuhnya terlalu lemas hingga rasanya sudah tak sanggup lagi untuk hanya sekedar berdiri.

Bintang meninggalkan begitu saja di sini tanpa menolongnya berdiri terlebih dahulu.

"Shakila."

Panggilan dari seseorang yang suaranya amat sangat ia kenal membuatnya kembali mengangkat pandangannya.

Cowok itu membantu kekasihnya itu untuk bangun dari sana.

"Kamu, beneran ngelakuin itu?"

"Sa, kamu sama kayak mereka gak percaya sama aku?" tanya gadis itu tak percaya.

"jangan bohong, Kil."

"AKU GAK BOHONG SA, KAMU SAMA AJA YA KAYAK MEREKA!" teriak gadis itu.

"Aku kecewa sama kamu, Kil!"

Gadis itu menghela nafas pelan.

"Aku jauh lebih kecewa sama kamu, selama ini aku diam di saat kamu dekat sama adek aku sendiri, padahal posisinya aku yang pacar kamu!" gadis itu menggantungkan ucapannya.

"Tapi aku gak bisa diem aja di saat semua orang nuduh aku ngelakuin sesuatu yang sama sekali gak aku lakuin!"

"Kenapa, Sa? kenapa kamu gak percaya?"

Ia mati-matian untuk menahan tangisnya.

"Karena kamu gak pantes untuk di percaya!" ucapnya lalu segera pergi meninggalkan nya begitu saja.

Gadis itu memandang kepergian kekasihnya itu dengan air mata yang mulai mengalir. Ia sudah tidak sanggup untuk menahan tangisnya lagi.

Kenapa tuhan? kenapa ia tak di beri kesempatan untuk hidup bahagia?

Dunia terlalu jahat untuk gadis rapuh seperti dirinya.

Kalau memang ia tak di beri kesempatan untuk bahagia, kenapa ia harus di lahirkan di dunia?

Kenapa semua orang tidak mempercayainya? seburuk itu kah dirinya?

****

Gadis itu kini sudah kembali di rumahnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Tubuhnya terasa amat lemas, kepalanya begitu pusing.

sangat pusing.

Ia merutuki nasibnya yang begitu memprihatinkan.

Kenapa Cahaya bisa melakukan hal bodoh seperti itu hingga membuatnya yang di tuduh seperti ini.

Karena terlalu cape dan lemas ia pun ketiduran, tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

****

Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Shakila bangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sangat nyeri semua, terlebih bagian pipi dan perutnya.

Ia sebenernya ingin izin untuk tidak berangkat sekolah hari ini, tapi kalau papa dan mamanya tahu ia pasti akan kena omel.

Tidak mau mengambil resiko, ia pun memutuskan untuk berangkat sekolah saja.

Selesai menyiapkan semuanya ia pun segera turun ke bawah. Suasana rumah ini begitu sepi, sepertinya papa, mama, dan abangnya masih di rumah sakit.

Shakila memutuskan untuk berangkat sekolah saja tanpa sarapan terlebih dahulu. Toh, siapa juga yang masak, di rumah ini saja hanya ada dirinya.

Setelah tiga puluh menit di perjalanan akhirnya ia sampai juga di sekolah. Shakila pun segera berjalan menuju kelasnya.

"Loh Kar, kok pindah si?" tanya Shakila ketika melihat Karina memindahkan tasnya ke bangku yang lainnya.

"Gua ogah duduk sama pembunuh kayak Lo!" jawab Karina.

"Maksud lo apa,Kar?"

"Lo yang udah nyebebabin Cahaya masuk rumah sakit sampai kritis, Kil. Gue tahu Lo benci sama dia, tapi gak seharusnya Lo ngelakuin itu" ujar Dara.

"Kalian itu salah paham, gua gak mungkin ngelakuin itu sama Cahaya. Toh, gak ada untungnya juga kan buat gua."

"Udah lah, Kil. Gua gak mau duduk sama Lo!"

"Duduk sama gue, Kil" ucap Dio.

Sementara Karina dan Dara hanya memutar bola matanya malas. Setelah itu kedua orang itu segera pergi meninggalkan kelas.

"Lo..... percaya sama gua, Di?"

"Percaya sama Lo musyrik, tapi gua yakin Lo gak sejahat itu."

****

Bel pulang sudah berbunyi, dan kini Shakila tengah berada di jalan untuk pulang. Sekolah hari ini terasa begitu berat baginya, karena Karina, Dara, Angkasa, dan juga Deo yang menghindarinya. Hanya Dio yang mempercayainya.

Tapi ia masih bersyukur karena seenggaknya masih ada satu orang yang percaya padanya.

Tiba-tiba saja motor yang di kendarai oleh Shakila berhenti.

"Kenapa berhenti, pak?" tanya Shakila ke tukang ojek itu.

"Sepertinya motornya mogok, neng" jawab tukang ojek itu.

"Ya ampun, yaudah saya turun di sini aja deh, pak" ujar gadis itu lalu segera turun dari motor dan tak lupa juga membayarnya.

Ia memutuskan untuk melanjutkan pulang jalan kaki saja. Toh, juga sudah tidak terlalu jauh lagi.

Saat hendak melanjutkan jalan ia tak sengaja melihat seorang anak kecil yang tengah mengorak-arik tempat sampah.

Gadis itu pun menghampiri anak kecil itu.

"Dek" panggilnya.

Anak kecil yang sepertinya masih berusia 10 tahun itu pun mendekat ke arahnya.

"Ini kakak ada sedikit uang untuk kamu beli makanan" ucap Shakila. Ia tahu anak itu pasti tengah mencari-cari sisa makanan di tong sampah, dan Shakila tidak tega melihatnya.

"Makasih ya, kak. Kakak orang baik" ucap anak itu begitu bahagia ketika mendapatkan uang dari Shakila.

"Sama-sama, yaudah kamu beli makanan ya pakai uang itu."

Anak itu pun segera pergi dari sana untuk membeli makanan untuk dirinya makan.

Shakila pun kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang.

Akhirnya ia sudah sampai juga di rumah. Saat ia membuka pintu utama rumahnya, ia melihat Bintang yang sepertinya memang sedang menunggunya.

"Siap-siap terus ikut gua" ujar laki-laki itu.

"Gua capek" ucap gadis itu lemas.

Bintang menatap wajah adiknya sebentar, tangannya naik mengusap pipi gadis itu namun langsung di tahan oleh gadis itu.

"Gua tunggu di mobil."

"Kemana?" pertanyaan Shakila membuatnya mengehentikan langkahnya.

Laki-laki itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berucap pelan. "Cahaya udah siuman."

"Cuman maaf dari Cahaya yang bisa nyelametin Lo."

Lalu laki-laki itu segera berjalan ke luar.

****

Halo semuanya apa kabar nih??

Gimana-gimana part kali ini?

Jangan lupa untuk vote and komen yaaa!!!!


See you next chapter ✨

LUKA BERAKHIR DUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang