Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⋇⋆✦⋆⋇
Malam saat pertengkaran itu terjadi Yechan dan Jaehan memilih menenangkan diri dahulu. Membiarkan masing-masing memikirkan yang terbaik.
Jaehan tidak benar-benar marah sampai ingin menyudahi bantuannya terhadap Yechan. Ia masih memiliki keinginan untuk menyelesaikan kasus itu. Ia pun perlahan mengerti bagaimana perasaan hantu Yechan saat ini.
Jaehan tetaplah Jaehan.
Dahulu pun seperti ini, merasa menyesal telah membantu mereka tapi berakhir tetap menuntaskannya.
Meski nyawanya ikut terancam.
Jaehan tetap bertekad untuk menyelesaikannya.
Tok tok tok
"Eh?..." Yechan membulatkan matanya, menatap kedua tangannya yang bisa menyentuh pintu kamar Jaehan. Baru saja ia mengetuk pintu yang masih tertutup itu.
"Aku sudah bisa menyentuh benda?" Gumamnya berbisik pada diri sendiri.
Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan Jaehan dengan wajah sayu.
"Kak aku bisa nyentuh barang sekarang," ujarnya semangat.
Sementara Yechan yang terlihat bersemangat atas pencapaiannya, disana Jaehan justru merutuki dalam hatinya.
"Bodoh, itu karena lu makin nyerap energi gue."
Mereka saling bertatapan namun tidak lama tubuh Jaehan ambruk, kesadarannya hilang karena tak bisa menahan rasa lemas pada tubuhnya.
Refleks Yechan cukup cepat akibat rasa panik, ia langsung menangkap tubuh lemah Jaehan dan kini tubuh ringkih itu 100% bertumpu padanya.
Yechan terus mengguncang tubuh lemas itu, Jaehan sudah benar-benar kehilangan kesadarannya. Yechan bodoh memang karena baru menyadari betapa pucatnya wajah Jaehan saat ini.
Dengan cepat ia langsung mengangkat Jaehan ala bridal style lalu ia letakan dikasur empuknya.
Elusan itu berhenti saat Yechan menyadari mata Jaehan mulai terbuka.
"Kakak, ada yang sakit?" Yechan bertanya cemas.
Jaehan menggeleng pelan.
"Maafin aku ya Kak, aku udah kelewatan," ucap Yechan menyesali sikapnya yang sempat emosional pada Jaehan. Ia berpikir karena itu Jaehan sampai sakit seperti ini.
"Hmm."
"Kakak marah ya sama aku?"
"Iyaa, tadi."
"Sekarang?"
"Udah enggak. Lo kan udah minta maaf."
Yechan menghela nafas lega, Jaehan benar-benar sangat baik padanya.
"Makasih kak, kakak baik banget aku jadi makin cinta- eh maksud aku makasih, makasih banyak ya kak."
Yechan menepuk mulutnya yang asal bicara. Entah itupun asal bicara atau memang ia mulai menyimpan rasa yang tak seharusnya pada Jaehan.
"Sama sama." Jaehan enggan menanggapi, ia sendiri pun tak mengetahui bagaimana perasaannya terhadap hantu bodoh namun tampan itu.
Ia merasa sesak dan sakit hati saat Yechan tidak memikirkan perasaannya, dan saat mendengar ucapan asal Yechan barusan, tanpa sadar membuat bibirnya sedikit terangkat.
"Kakak akhir-akhir ini kelihatan gak sehat, apa gak mau diperiksakan aja ke dokter?"
"Iyaa nanti gue periksa."
"Aku ikut ya."
Jaehan tidak menanggapi lagi, ia memilih memejamkan matanya. Lelah, namun sedikit khawatir jika saja ia tak bisa membuka kembali matanya.
"Aku temenin kakak bobo sampe pules ya."
"Hmm.."
***
"Kamu yakin Hyuk?"
Yang Hyuk tengah duduk bersama orang tua Yechan. Membicarakan langkah lebih lanjut yang harus mereka lakukan untuk mengungkap kasus Yechan ini.
Dia baru saja menceritakan alasan paling logis kepada orang tua Yechan agar beliau mau membuka kembali kasus tersebut. Dia tak mungkin menceritakan semua yang Jaehan jelaskan karena itu pasti akan sulit dipercaya. Jaman sekarang siapa yang percaya dengan ucapan seorang dukun (?)
Umm, itu terlalu kasar. Jaehan bukan dukun tapi kemampuannya jelas masih sangat dipertanyakan dan tidak semua orang dapat mempercayainya.
"Malam itu Hyuk memang gak ikut dateng Om, tapi Hyuk tau kalo malam itu Yechan ikut balap liar. Hyuk sempat curiga saat itu, tapi lokasi ditemukannya Yechan memang jauh dari tempat balap itu, jadi bisa aja kemungkinan Yechan kecelakaan tunggal. Tapi rasanya tetap janggal Om karena aku tau Yechan sangat memperhatikan kondisi di jalan, dia gak mungkin berkendara dalam keadaan mabuk."
Dahulu saat kasus ini sempat diusut, kesimpulan yang ditarik adalah Yechan yang berkendara dalam keadaan mabuk hingga menyebabkan kecelakaan tunggal yang fatal, sampai akhirnya kasus itu ditutup.
Ayah dan Ibu Yechan termenung cukup lama. Mempertimbangkan apa yang Hyuk ucapkan. Apakah ini memang diperlukan? Apakah akan sepadan jika luka lama ini kembali dibuka?
Sudah cukup menyakitkan Yechan yang tak pernah lagi membuka mata hingga detik ini sejak satu tahun lamanya pasca kecelakaan itu.
"Hyuk?"
"Iyaa Om?" Hyuk menatap Ayah Yechan penuh harapan.
"Saya percayakan semua sama kamu. Tuntaskan sampai Yechan dapat keadilan. Om percaya sama kamu."
Hyuk tak bisa menyembunyikan senyum leganya. Akhirnya ia bisa meyakinkan kedua orang tua sahabatnya itu. Semoga semuanya dapat cepat terungkap.
"Terimakasih banyak Om, Tante."
"Kami yang berterimakasih Hyuk. Jika perlu sesuatu jangan sungkan untuk menghubungi kami ya." Kali ini Ibu Yechan yang bersuara. Wanita paruh baya berparas cantik itu bahkan tersenyum lembut.
Dalam hati Hyuk berucap atas tekadnya, "sedikit lagi Chan, gue janji kasus ini bakal segera terungkap. Bertahan untuk kita semua ya Chan. Gue mohon!"